Lokasi Pengunjung Blog

Showing posts with label saya dan saxophone. Show all posts
Showing posts with label saya dan saxophone. Show all posts

Monday, August 10, 2009

MISTY, Anton on Saxophone



Suatu hari di Mall nan dingin dan sepi…

Ya, daripada kedinginan di Mall sepi, ayo nyebul wae. Dan beberapa lagu bisa kita dengarkan bersama lewat video yang di pojok kanan atas itu. Lagunya antara lain: Misty, Smoke Gets in Your Eyes, If, Killing Me Softly, dll.

Gitu deh…

Anton on Saxophone
Roby on Piano
MasRazie on video-shooting

Sunday, June 28, 2009

Bass Clarinet, mbahnya Saxophone



Bass Clarinet dulu..., baru kemudian lahir Saxophone. Ya, Bass Clarinet ini telah mengilhami Adolphe Sax untuk menciptakan Saxophone.

Perbedaan antara bass clarinet dengan Saxophone adalah pada bentuk tabungnya. Tabung bodi bass clarinet berbentuk silinder atau diameternya sama rata dari ujung ke pangkal, sedangkan bodi saxophone mengerucut.

FROM AFRICA WITH LOVE



Semula saya sangka clarinet yang berwarna hitam itu lantaran dicat. Ee..., ternyata tidak. Clarinet itu memang dibuat dari bahan kayu hitam Afrika yang terkenal paling keras sedunia. (Berat Jenisnya 1,2 atau hampir 2 kali berat jenis kayu jati).

Batang kayu hitam Afrika atau African Black Wood yang telah berumur sekitar 100 tahun akan memiliki "galih" berwarna hitam seperti warna dakocan, sementara kulit luarnya berwarna kuning keju serupa warna boneka barbie, seperti dapat kita lihat pada sosok patung Afrika dalam gambar itu.

Kayu hitam Afrika kualitas nomer satu dipakai untuk membuat alat2 musik tiup seperti Flute, Oboe dan Clarinet. Kualitas dibawahnya akan dijadikan patung dan lain2. Sayangnya kayu hitam Afrika itu kini semakin langka dan malahan terancam punah karena orang asyik menebangi tapi lupa untuk menanamnya kembali. Kalaupun sekarang orang mulai menanam, baru nanti pada usia seabad pohon Grenadila, pohon hitam Afrika itu bisa dipanen...

Jadi, betapa kita perlu menghargai produk2 alat musik tiup berbahan kayu hitam Afrika. Artinya, kalau sampeyan punya janganlah disia sia. Mainkan saja...

(Terima Kasih untuk Mas Didit K yang telah bersedia memotret koleksi Rumah Tiup).

Friday, June 12, 2009

Microtuner…



Ever had this problem? You've just spent 15 minutes carefully selecting and mounting a reed on your mouthpiece. With great care you position it just right and it blows like a dream. Five minutes into the gig and you're blowing a little sharp...so you reach up to the mouthpiece to pull it off a little...and disaster strikes. The ligature slips, the reed skews and in your desperate rush to replace the reed you end up chipping the tip and ruining it. Wouldn't it be handy to be able to adjust the tuning without having to wrestle with the mouthpiece and its delicate reed?

Ya, begitulah ide pemikiran yang mendasari dikembangkannya microtuner, piranti yang ada di bagian ujung neck saxophone untuk menyetel maju mundurnya posisi mouthpiece. Pengembangnya antara lain perusahaan CG. Conn, Julius Keilwerth, dll.

Itu terjadi di jaman dulu sekian puluh tahun lalu, ketika pabrik2 pembuat saxophone sedang getol dan bersemangat bereksperimen dalam memproduksi saxophone. Namun seiring jaman, microtuner itu ditinggalkan. Mungkin keberadaannya dianggap kurang penting dan tidak begitu diperlukan.

Gitu deh…

Thursday, June 4, 2009

SAXOPHONE…, Experimental Design

Dari semua merek saxophone vintage yang ada nampaknya CG. Conn yang paling banyak melakukan ekperimen pada disain saxophone buatannya. Beraneka variasi model dapat kita lihat di berbagai seri produknya. Misalnya: Tone hole ada yang bermodel straight, ada pula yang rolled. Neck ada yang polos, ada juga yang ber microtuner. Octave Key ada yang biasa, ada yang underslung. Bagian pilar ada yang bersekrup dan ada yang tidak. Key di bagian bel ada yang berada di sisi kanan dan kiri, ada yang di kiri semua dan ada yang di kanan semua, dsb.

Dan ternyata asyik juga lho mengamati beragam disain eksperimen saxophone CG. Conn itu. Terlihat sekali betapa para disainernya dulu berusaha membuat saxophone itu sebaik mungkin, seenak mungkin, sekuat mungkin dan seindah mungkin.

Tapi kini hiruk pikuk orang bereksperimen dalam membuat model saxophone itu tak lagi terdengar. Model2 tua itu kini tak lagi diproduksi. Kini model saxophone apapun mereknya nyaris sama semuanya, sudah standar.

Oleh karena itu, saxophone2 tua atau saxophone vintage itu dengan model2 nya yang sangat bervariasi menjadi sangat layak untuk kita koleksi. Lagian, banyak di antaranya yang kini pabriknya sudah tiada lho.

Gitu deh…

Friday, April 17, 2009

The Girl From..., Pasarrebo. He He...


The Girl From Pasarrebo...
Ya,inilah potret the girl itu, potret Tina bersama mas Didiet putra sulungnya.
Dipotret sekian puluh tahun lalu.Dan siapa sangka si anak sulung itu kini juga sudah beranak. Dan tentu saja sang ibu menjelma jadi nenek. Tapi jangan dikira kalau sudah nenek terus jadi jadul. Nenek yang satu ini tetap saja..., nyentrik en kontemporer. Hobinya juga unik, yaitu ngurusi saxophone. Bahkan kadang juga mereparasi, matri2 dsb. Wis jan...

Pokoknya kagak ada deh kata terlambat, kata "terlalu tua" untuk tetap bersenang senang, misalnya untuk mulai belajar bermain saxophone. Gitu deh...

Monday, April 6, 2009

Potret Saxophone Jadul..., Couesnon


Ini adalah potret saxophone jadul, jenis alto. Mereknya Couesnon. Dipotret di bawah cahaya sinar matahari, jadinya nampak berkilau. Bagus ya...

Potret Saxophone Jadul..., Konefa Tilburg



Segera sesudah masa berlaku hak patent Adolphe Sax habis pada tahun 1866, industri pembuat alat musik lain memproduksi saxophone juga. Modifikasi yang pertama kali mereka lakukan pada disain saxophone adalah menambahkan satu lubang nada untuk nada rendah Bb. Tambahan lubang nada rendah itu ditempatkan di bagian “bell”, sehingga bell saxophone kini menjadi lebih panjang. Disain baru dengan bell atau corong yang lebih panjang ini kemudian diadopsi oleh semua saxophone moderen.

Jadi kalau kita tilik dari model corongnya, saxophone merek Konefa Tilburg dalam gambar ini merupakan produk era akhir abad 18, karena corongnya masih pendek, nada paling rendahnya masih B, belum sampai nada Bb.

Selain moncong atau corongnya yang pendek, ciri lain yang dapat menunjukkan bahwa saxophone itu produk jadul adalah Spatula Key atau tombol untuk nada C dan D# rendah, yang modelnya masih polos alias belum menggunakan “roller”. Begitu juga model Table Key nya, masih polos. Tombol oktaf nya juga masih meggunakan sistim dua tombol, belum otomatis pakai satu tombol seperti disain saxophone sekarang.

Sunday, April 5, 2009

Saxophone jadul, minimalis…

Adolphe Sax, asli Belgia, mendaftarkan hak paten untuk saxophone ciptaannya pada pertengahan tahun 1846 untuk jangka waktu 15 tahun. Semuanya ada 14 versi atau jenis dari yang kecil hingga besar, dari saxophone sopranino hingga contrabass. Setiap jenis saxophone itu bertangga nada sebanyak dua setengah oktaf, dari nada B rendah hingga nada F tinggi.

Pada saxophone model lama itu kesederhanannya sangat menonjol. Ini dapat kita lihat di sosok saxophone yang kemarin baru saja saya dapatkan. Meskipun bukan merek Adolphe Sax namun cukup bisa kita pakai untuk mewakili kelompok jenis saxophone jadul minimalis.

Di bagian corong saxophone tenor itu ada tulisan:
CELESTA, KUNINKLIJKE, NEDERL. FABRIEK
VAN MUZIEK INSTRUMENTEN
NV KONEFA, TILBURG
54652.

Ya, itulah mereknya. Dan kalau kita tilik dari segala sesuatunya, nampaknya saxophone Koneva Tilburg itu dibuat sekitar tahun 1880 an. Wow…, jadul nian.

Dan fotonya akan disusulkan segera. Gitu deh...

Tuesday, March 10, 2009

Very Rare Hammerschmidt Tenor Saxophone...


Satu lagi foto dari Very Rare Hammerschmidt Tenor Saxophone, Klingsor serial number 090.

Saxophone nyleneh...



Beginilah hasilnya ketika bentuk tombol2 flute dipasang di saxophone. Saxophone jadi nampak aneh, nyleneh alias beda dari yang lain, unik, langka, istimewa dsb.

Foto ini adalah foto dari saxophone tenor merek Klingsor nomer seri 090 buatan Hammerschmidt, Jerman, yang sangat langka dan unik itu. Seumur umur saya baru melihat (dan pegang2 tentu saja), saxophone model kayak gini. Dan kini saxophone Klingsor itu menjadi barang koleksi pribadi.

Yang mengejutkan, saxophone tenor merek Klingsor buatan Hammerschmidt (Germany) yang sudah berumur lebih dari setengah abad ini suaranya amat sangat bagus, membuat kita makin kesengsem aja. Bener lho. Mau nyoba? Silahkan...

Tuesday, March 3, 2009

Koleksi: Sax Alto Buffet Crampon seri S1


Koleksi: Saxophone Alto Buffet Crampon Seri S1
Made in: Paris, France
Nomer seri: 33003 A
Warna: gold
Kondisi: orisinil
Kategori: cantik
Histori: Merek Buffet Crampon ini merupakan salah satu merek yang terbaik yang diketahui dan banyak dipakai oleh para pemain profesional, mulai dari John Dankworth hingga Gerard Mc Chrystal.
Perusahaan didirikan oleh Evette & Schauffer pada tahun 1887 di Paris, Perancis.

Tampilan:
Saxophone ini tampil sangat memikat, nyaris sempurna. Banyak keistimewaannya. Seluruhnya kuning, seakan berlapis emas. Engrave pada bagian bell nya bermotif floral, berbunga bunga.

Sepertiga bagian socket neck nya dikerat, mennghasilkan tone hole tambahan untuk nada high F#. Genius!

Konstruksi neck cukup solid, ada neck guard yang siap melindungi bagian neck ini dari resiko tertekuk.

Upper octave key bergaya modern dan ada logo digrafir di bagian tengahnya. Pillar tebal melebar, spring key nya ngeper, mantab.

Tone hole tidak rata sejalur, tapi sekelompok hole bagian bawah terletak menyamping dan menjauh dari posisi bell, memberi ruang kepada jari2 tangan kanan kita untuk bekerja lebih leluasa mengatur nada.

Sling berbentuk bulat semacam cincin kawin dan thumbrest nya bisa digeleng gelengkan alias bisa disetel. Clothes guardnya benar2 dapat berfungsi sebagai body guard.

Pillar2 saling terpisah, stack pillar nya lumayan lebar. Stack pillar yang terpisah ini mmemudahkan perawatan karena lebih gampang matrinya daripada model pillar yang dirangkai dalam satu stack. Body brace nya sangat lebar dan menyambung rapat antara bagian body dengan bagian bow.

Disain key guard di bagian bow maupun di sisi kanan bell sungguh artistik. Connecting bell to body bentuknya persis anting2 gipsy yang dibelah.

Lower octave key lever panjangnya pas, tidak nongol. Mekanisme oktafnya sederhana. Finger touch nya sangat mudah diraih oleh jempol tangan kiri. Palm key dan juga side key normal, tidak ada masalah. Perl key enak disentuh dan dimainin. Sesuatu yang nampak istimewa ada pada spatula key, table key, side key F# dan high F# key. Key2 itu mempunyai hak patent tersendiri.

Gitu deh...

Monday, March 2, 2009

Saxophone koleksi...



Bukan yang mulus yang dikoleksi tapi justru saxophone2 tua alias vintage dan bertampang penuh carut marut, penuh dengan jejak kehidupan masa lalunya...

Sunday, February 1, 2009

JOGYA, JOGYES..., kampung halaman



Berikut ini cerita kita tentang kampung halaman yang dikutip dari blog kita yang lain (alamatnya ada di Link Teman, GALERI ANTIK SERBA JADUL).


Jogya, Jogja, Yogya, Yogja dan Jogyes. Ah…, banyak nian nama alias untuk menyebut kota antik, kota sejuta kenangan itu. Dan memang, pancen en sungguh saya punya, tidak hanya satu atau dua, tapi ada sejuta kenangan di kota itu karena …, “ku dibesarkan oleh ibuku (dan bapakku), dikampung halamanku”. Yes, Jogya is kampung halaman!

Di sana, sebagai pusat kota adalah kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, pada tahun 1756. Dan kata Ngayogyakarta itu berasal dari kata ng-ayu-agyo-karto (ayu : beautiful, noble, agyo from ageyo : built, karto : prosperous), it has a meaning that the country was built with a noble wish to bring prosperity. Begitulah ujar salah satu sumber. Nama Ngayogyakarta tak lagi sering disebut. Orang lebih suka menyebutnya Yogyakarta, Yogya, Jogya delele.

Di seputar kraton Jogya terdapat aneka bangunan kuno yang hingga kini masih bertahan semisal: Kantor Pos di utara kraton. Gedung Agung, ada sedikit lebih ke utara lagi, lalu Pasar Beringharjo di sisi jalan Malioboro, stasiun Tugu dsb. Nah, dulu saya tinggal tak jauh dari stasiun kereta api itu, kira2 ditengah antara stasiun dan pasar Beringharjo, dekat dengan jalan Malioboro, yakni di kampung Kemetiran Kidul, kecamatan Gedong Tengen.

Rute jalan dari Kemetiran Kidul, Dagen, Malioboro, Pasar Beringharjo, Gedung Agung dan Kantor Pos, ulang alik, biasa saya lalui (saya jalan kakiin), karena dulu saya bersekolah menuntut ilmu di SD dan SMP Bruderan (Pangudi Luhur) Kidul Loji yang terletak persis di belakang gedung Kantor Pos, di angka kilometer kisaran 0,2 km.

Lha kalau Bruderan itu di km 0,2 lantas titik kilometer nol di mana? “Titik nol” kilometer itu adanya ditengah tengah prapatan jalan depan Kantor Pos, atau lebih dikenal dengan sebutan prapatan kantor pos.

Acara Pasar Malam Sekaten biasa dilangsungkan di Alun Alun persis di depan Kraton Jogja. Aneka ragam jajanan dan hiburan rakyat digelar. Dan..., dari sanalah kisah tentang saxophone ini bermula: Bocah kecil itu berdiri terpaku di depan panggung hiburan pasar malam "Sekatenan". Bukan pemainnya yang menarik perhatian, tapi alatnya itu lho! Kereeeen....

Itu jaman dulu (jadul) ..., sekian puluh tahun lalu.
Gitu deh...

Saturday, December 13, 2008

Sax saxe...


Sungguh saya tidak bisa memahami, ide apa yang ada dibalik penciptaan bemper/key guard dari bahan plastik ini. (Guard yang semestinya berfungsi melindungi, e.., ini malah harus dilindungi saking rapuh dan ringkihnya. Lha wong dibikin dari plastik yang gampang pecah...)

Tuesday, December 9, 2008

C-MELODY

JUDUL: C MELODY
KELOMPOK: SAXOPHONE - vintage
MANUFAKTUR: BUESCHER & C.G. CONN
STATUS: koleksi


KISAH
Saxophone C melody merupakan type saxophone yang ditala dalam nada dasar C, berada di antara type Eb alto dan Bb tenor. Dipromosikan pertama kali untuk masyarakat di Amerika oleh pabrik Amerika, Buescher serta CG. Conn. Dengan type C yang disetem serupa nada dasar piano ini diharapkan masyarakat lebih mudah dan cepat menguasainya.

Strategi pemasaran ini berhasil, orang cepat menjadi pintar. Namun begitu mereka pintar, mereka membutuhkan type lain yang lebih luwes melayani berbagai kunci nada. Type itu adalah alto, tenor, sopran ataupun bariton yang dibuat dalam nada dasar Eb dan Bb. Segera saja C melody ditinggalkan, Kini dia sekedar menjadi benda pajangan…

KHAS
Keberadaannya di antara type alto dan tenor terlihat dari model bagian lehernya. Ada yang menggunakan bentuk leher seperti tenor dan ada yang berleher seperti model alto. Gitu…

THE VERY VINTAGE SAXOPHONE...

JUDUL: THE VERY VINTAGE SAXOPHONE
KELOMPOK: saxophone
MANUFAKTUR: couesnon, dan kessel mathias.
STATUS: koleksi.

KISAH
Pada awalnya disain saxophone masih sangat sederhana. Jumlah kunci nada masih belum lengkap dan belum sempurna. Perancangnya belum memikirkan mengenai kenyamanan operasi. Belum juga dipikirkan segi keindahannya. Masih sekedarnya, ala kadarnya.

KHAS
Roller pada spatula dan table key belum terlihat. Mutiara pada fingertouch belum terpasang. Sistem oktave belum dikembangkan. Nada terendah yaitu posisi Bes belum nampak. Ya itulah di antaranya ciri khas saxophone2 tua seperti pada koleksi ini.

The Vintage Baby Sax...


JUDUL: the vintage baby sax
KELOMPOK: saxophone-vintage
MANUFAKTUR: couesnon
STATUS: koleksi

KISAH
Ukuran saxophone sopran belumlah terlalu panjang, kira-kira hanya selengan saja sehingga sebenarnya belum perlu dimodel tekuk. Tapi rupanya supaya lebih mengesankan, model yang lurus itu kemudian didisain menekuk juga. Dengan dimodel tekuk ini, saxophone sopran itu memang nampak lebih mengesankan sebagai sosok saxophone, bukan clarinet. Dan saxophone jenis sopran yang ditekuk dikenal dengan sebutan “baby sax”.

KHAS
Baby sax couesnon ini memiliki piranti tombol yang unik yaitu tombol yang dioperasikan dengan jempol tangan kanan sebagai alternatif kunci nada c.

Friday, November 21, 2008

Nimbrung..., piye jal?


Nyaxophone di resto atau cafe, nimbrung spontan dengan home band atau home organ setempat, tidak selamanya "memuaskan" lho. Kenapa? Jalarannya, kadang ada beda kemahiran antara organis dengan kita yang saxonis. Misalnya, kita paling lancar kalau main di nada dasar C (alto sax), yang berarti nada Es di piano. Sementara organis/pianis lebih lancar kalau bermain di kunci nada E ketimbang Es. Nah lho... Dan bayangkan, ketika pianis nekat ambil nada dasar E, dan kitapun nekat nyebul sax alto di nada C (Es piano), hasilnya..., ancur dah! (Dan kita yang saxonis pemula, sedih bukan kepalang, merasa kitalah yang kagak gableg, kagak bener). Padahal kan sebenarnya tidak demikian....

Atau bisa jadi kita memang dikerjain oleh band/organis pengiring. Mereka bermain di nada B yang agak tidak umum, bukannya di nada C atau Bes yang sangat umum (padahal bermain instrumentalia). Dengan nada dasar B yang mereka ambil, saxonis harus bermain di Cis (tenor) atau di Gis (alto). Hasilnya..., saxonis kagak berhasil bermain lancar alias kagak cas-cis-cus, karena memang jarang berlatih di kunci itu.

Lalu piye jal? Menghadapi situasi kayak gitu, saxonis tak perlu kecil hati. Justru pengalaman itu harus dijadikan obat perangsang guna berlatih menguasai kunci2 nada Cis, Gis, Fis, Bes ataupun Es, selain kunci nada yang wajib dikuasai yakni G, D, A, E dan B.

Caranya, silahkan lihat dan pelajari kembali tabel " Cara (yang mudah diingat) untuk gonta-ganti nada dasar".

Salam & tetap semangat!
Anton Pri & Tina Sax.