Lokasi Pengunjung Blog

Tuesday, July 28, 2009

SAXOPHONE, KADO ULANG TAHUN BUAT MENTARI


Mentari yang satu ini memang pintar. Dia tidak merayakan ulangtahunnya yang istimewa, yang ke 17, dengan berpesta en nraktir teman2 seperti umumnya gadis remaja, tapi lebih memilih saxophone sebagai kado ultahnya. Bayangkan, kalau mbak mentari sekarang mulai belajar saxophone, tahun depan pasti deh bakalan mahir berlagu dan bisa menghibur sohib2nya dengan tiupan saxophonenya nan mengalun merdu.

Ya, saxophone memang sangat pantas sebagai hadiah ulang tahun. Mengapa? Soalnya saxophone bukan sembarang benda cantik yang sekedar untuk disimpan ataupun dipajang, tapi saxophone bisa memandaikan, bisa membuat kita jadi pintar memainkannya serta bisa memberi penghiburan kepada banyak orang.

Begitu kira2…

Piye Jal?

Saturday, July 25, 2009

PESAN DARI JURAGAN


Lurs (para sedulur), saya dapat pesan dari ibu juragan, katanya: "Kalau mau beli or nanya2 kualitas en harga saxophone dll, silahkan hubungi saya, Tina Valentine, di 021 8411717 atau HP 08161439838."

Gitu deh...
Salam hangat, Anton.

Wednesday, July 22, 2009

ALBERT SUMLANG, POTRET SAXOPHONIST JADUL


Siapa yang tak kenal dengan lagu era tahun 70’ an, berjudul Kisah Seorang Pramuria? Siapa yang tak terpukau oleh suara saxophone nan merdu di bagian intro? Dan siapa yang tak kenal dengan sosok Albert Sumlang sang peniup saxophone dari group The Mercy’s itu? Saya rasa banyak dari kita yang mengenalnya. Tapi seperti apakah sosok bung Albert Sumlang itu sekarang? Masih sehatkah beliau? Masihkah bermain saxophone?

Nah, hari Minggu 19 Juli 2009 yang lalu saya bertemu dengan beliau. Ya, saya bertemu bahkan sempat bermain saxophone bersama di acara “mengenang The Mercy’s” yang diselenggarakan oleh satu hotel di kota Cilegon.

Meskipun usia beliau sekarang sudah 68 tahun, namun kalau sudah “manggung”, wow…, masih enerjik dan masih jingkrak2, masih seperti 40 tahun lalu saat pertama kali saya melihatnya di acara “Sekatenan” di Jogja. Tentang hal ini saya pernah menulis demikian:”Bocah lanang kelas 6 SD itu berdiri di depan panggung hiburan di keramaian pasar malam Sekatenan. Matanya nyaris tak berkedip, tertuju pada sebuah benda mengkilat yang sedang ditiup oleh seorang anggota pemain band. Bukan lagu ataupun si peniup yang menarik perhatiannya, tapi alatnya itu lho. Wiiih..., ciamik tenan. Dan sejak saat itu si bocahpun bermimpi.... Dua puluh tahun berlalu, barulah terwujud impian si bocah untuk punya dan memainkan alat musik yang persis kayak cangklong itu”

Bocah lanang itu adalah saya dan peniup saxophone itu ternyata ya bung Albert Sumlang ini.

Dan inilah potret beliau terkini. Lihatlah jemarinya yang mulai nampak keriput. Meski kini keriput, namun jari2 itulah yang telah mengantarkan beliau menjadi pemain saxophone andal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Jari2 itulah yang telah melahirkan beribu untaian nada2 indah lewat tombol2 saxophone, alat musik tiup yang sangat dicintainya.

Do si la sol…, fa mi re do si la sol, fa mi. Do si la sol…, fa mi re do si la sol, fa mi…, mengapa, di dunia ini dst.

Friday, July 3, 2009

YA NYEBUL, YA NYEMBUR



Mas Argo teman kita ini selain pinter main saxophone ternyata juga pandai main api. Dan seandainya api itu bisa disemburkan lewat corong saxophone..., pasti keren deh. Piye mas Argo, bisa dicoba begitu?

Wednesday, July 1, 2009

ANTARA MUSIK DAN DEMOKRASI

Sejak berita meninggalnya Michael Jackson, emosi dunia seperti tertumpah, seperti ketika Putri Diana meninggal pada tahun 1997.

Itulah kalimat pembuka ulasan di “Tajuk Rencana” Koran Kompas edisi beberapa waktu lalu. Pada intinya tajuk itu ingin mengatakan bahwa musik merupakan bahasa universal. Ia tidak membeda bedakan. Ia tidak menciptakan kelas dan tidak muncul dari kelas tertentu hanya untuk kelas tertentu pula. Ia tidak hitam dan tidak putih, tetapi sekaligus bisa hitam dan bisa putih yang bisa diterima oleh hitam dan sekaligus putih.

Jelaslah bagi kita, bahwa fungsi musik adalah sebagai hiburan, sarana edukasi, sensitivitas, atau pengembangan nilai2 luhur dan juga rohani. Dalam bahasa politik, sebenarnya itulah demokrasi, gitu loh…