Lokasi Pengunjung Blog

Monday, March 30, 2009

I Lap Sax


Ya, ini gambar kite lagi ngelap saxophone. I lap sax, gitu loh...

Kayaknya gambar ini bagus juga ya kalau disablon di kaos T Shirt. Piye Jal?

Hobi Pakde


Wis jan, Pakde kita yang satu ini paling hobi nyebul, ngebul en..., ngibul. Lho?

Sunday, March 29, 2009

Pakde Sukro..., nemu untu


Maksud Pakde sih mau mbuang ludah di corong saxophone itu, ee..., malah nemu gigi palsu. "Lho, itu gigi siapa Pakde?"
"Ho'o nih, gigi falsu fakde cofot. He he he..." Kata Pakde sambil terkekeh memperlihatkan deretan giginya..., yang copot.

De Pakde..., ada2 saja.

Pakde Sukro..., in action


Weleh weleh..., pakde gaya banget lho. Nyebul saxophone sembari angkat2 kaki. Lagunya apa De? "Fengawan Folo" jawab pakde dengan lafal yang kurang jelas. Maklum mulutnya keganjel mouthpiece. He he...

Tokoh kita..., Pakde Sukro.


Ini tokoh kartun kita yang akan menemani hari2 mendatang kita dengan lagak dan aksinya yang penuh gaya. Sebenarnya sosok tokoh ini punya nama cukup panjang, yaitu Sukro Saxono Ajar Nyebul Nyoknyok Iso Nyoknyok Ra Iso. Tapi kita cukup memanggilnya Pakde Sukro, atau Pakde gitu aja.

Pakde Sukro punya ciri, hidung serupa terong, berkacamata bulat, kumisnya lebat, janggutnya dobel, pipi agak tembem en berjerawat. Blankon bertengger di kepalanya, bajunya surjan motif lurik dan sarungnya putih polos. Sandalnya selop ala Jogja.

Kegemarannya nyebul saxophone, ngrokok cangklong dan tentu saja..., mbanyol. Wis jan...

Saturday, March 28, 2009

Video..., crazy

Berkat teman2 juga akhirnya kita punya kolom untuk video, tidak hanya satu kolom, bahkan ada dua. Yang satu untuk tayangan video favorit, semisal permainan saxophone Stan Getz, yang lain kolom untuk penayangan "aksi" kita2 nanti.

Edisi pertama ini, video favorit kita isi dengan suara alunan merdu tenor saxophone yang dimainkan oleh tenoris Stan Getz. Saya suka dengan tiupan tenornya yang terdengar gandem marem itu. Sedangkan sosok yang lagi "berlagu" melantunkan lagu Crazy (biasanya lagu ini dinyanyikan oleh Julio Iglesias), adalah teman kita, mas Sugeng. Di sela2 kesibukannya sebagai dokter ahli anestesi, beliau menyempatkan diri "ngesax". Rupanya beliau tidak puas hanya dengan membius para pasiennya. Beliau ingin juga membius kita2 dengan permainan saxophone altonya. Wis jan...

Secara berkala, tayangan video itu nantinya akan selalu berganti. Bagaimana kalau kita ganti lagu2 nya seminggu sekali. Dan khusus untuk urusan video ini, kita akan dibantu oleh mas Yudhawar. Piye Jal?

Small, Medium, Large...


Ukuran clarinet ini, dan juga alat musik tiup lainnya seperti saxophone dsb., ada bermacam macam. Ada ukuran S,M,L,XL,double X bahkan triple X (kayak ukuran baju aja).

Gitu deh, ee..., gitu loh.

Close Up..., close and up


Ini gambar lubang nada, tutup lubang serta tangkai2 nya. Dengan adanya sistim tutup serta tangkai ini maka sebesar apapun dan sejauh apapun letak lubang itu, jari2 lentik kita masih dapat mengendalikan, "menari nari" dan memainkan nada2 alat tiup itu.

Gitu deh...

Friday, March 27, 2009

Daftar Pabrik Saxophone Jaman Dulu



Inilah daftar nama beberapa para pembuat saxophone di masa lalu yang bisa kita catat. Di luar daftar ini barangkali saja masih ada. Kalau ada yang mengetahuinya, silahkan menambahkannya ke dalam daftar.

Beberapa produk saxophone buatan mereka saat ini ada (ataupun pernah ada) dalam koleksi kita (dan semuanya saya dapatkan di Indonesia), di antaranya merek2:
Adolphe Sax, Buffet Crampon, Rampone, Hawkes, Gras. J., Conn C.G., Dolnet, Kessel Matthias J.H., Couesnon, Henri Selmer, Buescher, Romeo Orsi, Leblanc, Holton, Keilwerth, King Instrument, Amati, Boosey & Hawkes.

Tambahan lain adalah merek: Stentor, SML, Hammerschmidt (Ah, susah amat nulisnya...)

Gitu deh...

Pelecehan Saxophone..


Main saxophone tidak serius begini, mouthpiece bukannya ditiup tapi malah cuma diemut dan diklamut begini, boleh dong kita kategorikan sebagai..., pelecehan SAXophone. Ya nggak, ya nggak...

Piye Jal?

Thursday, March 26, 2009

VW Kodok


Kenapa ya, mobil VW macam ini disebut VW Kodok. Emang kayak kodok? Kalau suara saxophone kayak kodok..., itu sih memang bener. Terutama kalau kita lagi pertama kali belajar niup. Ngak ngek ngok..., begitulah bunyinya.

Range of the flute


Ini adalah gambaran flute "dewa" alias gedhe dhawa (besar dan panjang). Meskipun ukuran flute ini "mantab", hingga tuts2 piano itu dilampauinya, tapi bukan berarti dia bisa melayani wilayah nada sebanyak tuts piano itu.

Paling pol satu jenis flute cuma mampu bersuara sebanyak atau setinggi 3 oktaf. Maka dari itu flute dan juga alat2 musik tiup lain seperti clarinet, oboe, bassoon, saxophone, trumpet dll. dibuat dalam aneka ukuran, dari ukuran pendek kecil hingga ukuran besar sebesar besarnya. Yang besar dipakai untuk melayani wilayah (range) nada2 rendah, dan sebaliknya, yang kecil untuk wilayah nada2 tinggi.

Gitu deh...

Wednesday, March 25, 2009

Oboe dan English Horn


Oboe dan oboe yang lebih gede (biasa disebut English Horn) di gambar sebelah kanan ini juga mengadopsi sistim Boehm. Dengan begitu bodi english horn tak perlu lagi melengkung seperti modelnya di masa lalu.

Gitu deh...

Antara Bas Clarinet, Flute dan Saxophone


Segera setelah sistem pengaturan nada yang lebih baik ditemukan dan diterapkan oleh T.Boehm pada flute (dikenal dengan sebutan Boehm System), maka alat musik tiup lain yang sejenis, menirunya. Tak terkecuali Bas Clarinet seperti nampak pada gambar ini.

Sebelah kiri adalah bas clarinet model kuno, sedang yang kanan bas clarinet dengan pengatur nada ala Boehm. Yang kuno bentuknya aneh dan lucu, meliuk liuk persis keris pusaka sultan Jogja. Bas Clarinet kuno itu terpaksa dibuat meliuk seperti itu agar jari2 si pemain tetap dapat meraih lubang nada yang cuma berupa liang2 kecil di bagian bodi. Untuk bas clarinet yang "moderen" bodinya cukup lurus saja. Hanya bagian leher dan corong yang perlu ditekuk supaya tidak kelewat panjang.

Di kemudian waktu, bas clarinet inilah yang menginspirasi Adolphe Sax untuk menciptakan sebuah alat musik tiup model baru, yakni saxophone. Perbedaan paling nyata antara bas clarinet dengan saxophone adalah pada bentuk bodinya. Bas clarinet memiliki bodi berbentuk silinder (lurus kayak pipa pralon), sementara saxophone bodinya berbentuk kerucut, alias kecil di pangkal dan membesar di ujungnya.

Gitu deh...

Sousaphone…, si trumpet gede


Meski besar dan berat tapi trumpet gede ini tetap harus bisa dimainkan sembari berbaris atau jalan2. Dan cara menggotong yang dirasa paling enak adalah bukan digendong, bukan pula dibopong, tapi dikalungkan melintang badan. Jadilah kemudian Sousaphone, trumpet bas berbentuk bulat melingkar kayak ular Anaconda sedang melilit mangsa seperti digambar ini.

Corong Sousaphone itu juga sengaja dibuat begitu lebar, maksudnya agar suaranya bisa lebih menggelegar. Tapi saking lebar dan besarnya, corong itu malah gampang terantuk, gampang kepentok pentok dan..., penyok deh.

Tuesday, March 24, 2009

Bag Pipe..., tuh die


Bag Pipe ini termasuk jenis alat musik tiup tradisional. Dari mana hayo...?
Dan di foto ini ada 5 batang pipa terlihat. Namun rupanya anak2 ini tidak percaya begitu saja. Mereka yakin masih ada satu batang "pipa" lainnya yang tersembunyi di balik "rok" si Om itu. "Tuh die pipanye..." kata si bocah kepada temannya sambil tertawa cekikikan...

Flute besar, flute kecil..., semua bisa dimainkan


Ini gambar sekelompok pemain flute. Mereka memainkan flute beraneka ukuran, dari flute kecil yang biasa juga disebut piccolo hingga flute besar atau bas flute. Saking panjangnya, bas flute itu harus ditekuk supaya tidak "klowor2" kedodoran.
Gitu deh...

Suling besar, suling kecil…, semua bisa diatur.


Bagaimana mungkin jari lentik kita bisa mengatur nada di suling segede ini? Suling besar tentunya butuh jari yang besar juga dong, soalnya letak lubang2 pengatur nadanya khan jadi saling berjauhan. Tapi mana bisa jari kita digedein dan dimelarin. Kagak bisa tho…

Maka dari itu orang lalu berpikir, mencari akal bagaimana supaya dengan jari2 tangan kita yang kecil ini kita masih bisa mengendalikan dan mengatur lubang2 nada di alat musik tiup yang berukuran jumbo.

Dari hasil otak atik otak, terciptalah kemudian suling dengan system kendali nada berupa rangkaian tombol2 serta klep2 bertangkai, seperti dapat kita lihat pada suling atau flute masa kini. Dengan adanya rangkaian tombol2 pengendali nada ini, ukuran flute, mau besar mau kecil, tidak lagi jadi persoalan. Semua bisa diatur. Gitu aja kok repot…

Monday, March 23, 2009

Bassoon & Jempol


Ini gambar bassoon bagian belakang. Terlihat ada begitu banyak tombol pengatur nada. Dan untuk mengoperasikan tombol2 nada di bagian belakang bassoon itu, jempol tangan kitalah yang berperan dan menjadi super sibuk.

Keadaan ini sangat berbeda dengan kalau kita memainkan saxophone. Pada permainan saxophone, jempol tangan kita boleh dibilang kagak punya kerjaan alias nganggur, kecuali jempol tangan kiri untuk mijit tombol nada oktaf.

Gitu deh...

Bassoon..., baheula


Bassoon, merupakan alat musik tiup jaman baheula yang masih berorientasi pada lubang pengatur nada yang sekedarnya. Sekedar ada lubang yang pas dengan ujung jari.

Ratusan tahun kemudian, barulah saxophone, yang tak lagi berkutat di lubang kecil pas jari itu, ditemukan. Horeee...

Sunday, March 22, 2009

Dulu, jaman sebelum saxophone...


Dulu, jaman sebelum saxophone, alat musik tiup menghadapi kendala amat berat, yaitu bagaimana membuat alat musik tiup yang mampu bersuara rendah dan mudah dimainkan. Memang, untuk memainkan nada rendah diperlukan sebuah alat yang besar dan panjang. Nah, persoalannya, jempol dan jari yang akan mengoperasikan alat itu langsing, pendek, dan tidak bisa melar seenaknya. Jadi, Jaka Sembung makan kedondong, enggak nyambung dong!

Paling-paling kalau ingin membuat alat yang agak besar, alat itu kemudian dilengkungkan seperti busur sehingga tetap dapat diraih oleh tangan. Mau yang lebih besar lagi, sudah tidak berdaya, sudah apa daya tangan tak sampai...

Soal ligature..


Sesuatu yang mengikat reed pada mouthpiece kita kenal dengan nama ligature. Modelnya ada beraneka, ada yang berbentuk ring dengan dua sekrup, atau ring dengan satu sekrup atau malah tanpa pakai sekrup. Bahannya bisa dari metal, kulit, karet dll. Mereknya juga beragam, ada merek ini dan itu. Harganya, ada yang mahal dan ada yang tidak.

Masing2 produsen ligature berupaya mempromosikan produknya, kadang dengan cara2 yang menurut saya agak "nekat". Lho kok nekat? Lha hiya lah, soalnya ada yang bilang kalau ligature buatannya bisa bikin suara saxophone menjadi lebih rounded sound, more brilliant sound, free blowing, easy staccato dsb.

Saya sendiri tidak sependapat dengan pernyataan seperti itu. Menurut saya sejauh pengikat atau ligature itu bisa mengikat dengan ketat reed pada mouthpiece, itu sudah cukup. Dengan kata lain, bahkan tali sepatupun bisa kita fungsikan sebagai ligature...

Itu menurut saya lho. Bagaimana pendapat teman2, adakah pengaruh legature terhadap suara saxophone kita? Piye Jal?

Friday, March 20, 2009

More, more...

Jangan merasa girang dulu saat kita sedang latihan niup saxophone dan tetangga depan rumah nyeletuk: " More, more..."

More, more seperti kata tetangga itu bukan selalu bermakna dia suka dengan tiupan saxophone kita, sehingga minta more, minta nambah. Bisa saja yang dia maksud adalah..., more practise alias permainan kita masih jelek dan masih perlu banyak latihan lagi. Gitu?

Tetap semangat ya, en latihan terus...

Thursday, March 19, 2009

Sax Appeal


Kenapa ya, saxophone sering digambarkan dengan dengkul kaki wanita? Apa gara2 bentuk saxophone yang nekuk dan ketekuk serupa dengkul itu?
Piye Jal?

Wednesday, March 18, 2009

Saxophone Kayu made in Thailand


Di artikel yang lalu saya terlanjur ngomong soal saxophone kayu begini: "Tapi bagaimanapun, saxophone kayu alias saxwood buatan Indonesia ini kini menjadi satu2nya wooden sax di dunia...."

Ternyata...., saya kecele! Saxophone kayu ada juga diproduksi di Thailand! Jadi ya kecewa deh kita.

Sebenarnya, di benak Adolphe Sax, sang pencipta saxophone, saya yakin 100% bahwa tak terbersit niat sedikitpun untuk membuat saxophone itu dari bahan lain selain bahan kuningan atau brass. Material kuningan menjadi pilihannya mengingat sifatnya yang mudah dibentuk, awet, kuat dsb. Diluar bahan itu...., tak usyah ya! Begitu kira2 komentar beliau.

Beberapa orang juga telah bereksperimen membuat saxophone dari bahan plastik dsb. Tapi itu sekedar coba2, sekedar eksperimen. Saxperiment (sax experiment) itu untuk menjadi populer sebagai alat musik serius..., ntar dulu! Kalau sebagai souvenir..., itu sih lain perkara. Gitu deh...

Monday, March 16, 2009

YUK, BERMAIN SAXOPHONE

Melihat sosoknya, sepertinya susah untuk dimainkan. Berat dan rumit, serta butuh napas yang panjang. Tapi kesan pertama sering menipu. Bermain saxophone ternyata mudah dan bisa dilakukan sambil cengar-cengir.

Meski termasuk keluarga alat musik tiup kayu, tapi jarang dijumpai saxophone yang terbuat dari kayu. Saxophone dibuat dari kuningan mengingat sifatnya yang mudah dibentuk. Ada banyak macam saxophone, ada yang lurus seperti yang ditiup Kenny G., ada pula yang melengkung kayak yang dimainkan Dave Koz atau almarhum Embong Rahardjo.

Cara memainkan alat ini sederhana saja, modalnya juga cuma do-re-mi. Makanya, dapat dikatakan saxophone lebih mudah dipelajari dan dimainkan dibandingkan dengan alat musik tiup lainnya macam flute, oboe, clarinet, atau fagot.

Aslinya, suara saxophone itu halus dan lembut, sesuai dengan orkestra zaman itu. Namun, berhubung dalam perkembangannya dipakai sebagai pengiring musik dansa yang ingar bingar, mau tak mau saxophone harus ikut berteriak juga agar bisa didengar. Untuk itu lalu dilakukan modifikasi dengan membuat mouthpiece, sumber bunyi pada saxophone, menjadi lebih ramping dan lancip. Hasilnya, suaranya menjadi lebih keras, lebih wah tidak sekedar weh.

Dalam perkembangannya, saxophone kemudian menjadi alat musik utama pada musik jazz. Tokoh-tokoh yang berkecimpung di situ bisa disebut misalnya John Coltrane, Charlie Parker, dan Steve Lacey. Sekarang alat musik tiup ini sudah menjadi bagian dari hampir setiap musik, mulai dari pop sampai dangdut.

Sambil nyengir, oke saja
Berbeda dengan tuts piano yang dapat menjangkau banyak nada, mulai dari do paling rendah hingga do paling tinggi alias beroktaf-oktaf, saxophone hanya mampu menjelajah beberapa oktaf. Makanya, ia pun dibuat dalam berbagai ukuran demi menghasilkan nada selengkap piano. Jadilah saxophone ukuran S, M, L, XL, double X, dan bahkan triple X. Pokoknya, mirip ukuran baju. Namun, pembagiannya bukan seperti itu, lebih merujuk ke jenis suara.

Wilayah nada tinggi diwakili saxophone mini, sedangkan untuk nada rendah menjadi urusan saxophone berukuran panjang dan besar. Total semua macam saxophone ada 14. Semuanya - kalau mau - dapat dimainkan bersama, ada yang kebagian suara sopran, alto, tenor, bariton, bas, maupun kontra bas.

Dari 14 macam itu, yang sering santer disebut adalah saxophone sopran, alto, dan tenor. Yang sopran bentuknya lurus seperti yang dipakai Kenny G. Sedangkan golongan alto bentuknya sedikit melengkung seperti huruf "J". Jenis ini biasa ditiup oleh Dave Koz. Di atas alto ada saxophone tenor, dan biasa disebut saxophone jazz. Yang lebih besar lagi, saxophone bariton. Saking berat dan besarnya, bagian bow atau bell-nya jadi sering rusak.

Sebelum kebingungan dengan istilah di seputar saxophone, ada baiknya kita telanjangi dulu "bodi" saxophone yang seksi itu. Bentuknya mengerucut mirip belalai gajah. Ukurannya mulai dari 1,5 m sampai lebih dari 5 m. Berhubung besar dan panjang, supaya enak dipakai dan tidak kedodoran, maka perlu diringkas. Bagian ujung dan pangkalnya ditekuk sehingga hasilnya mirip cangklong, pipa untuk merokok.

Di sekujur tubuhnya banyak "bopeng". Lho, tidak seksi lagi dong? Ya, mau apalagi, sebab tanpa "bopeng-bopeng" itu saxophone tidak bisa bunyi. "Bopeng" yang berupa lubang menganga itu dipasangi tutup yang bisa dibuka-tutup. Tutup-tutup lubang itu ada yang dirangkai sehingga dapat menutup bersamaan.

Anatomi saxophone dapat disebut mulai dari atas: mouthpiece yang diemut sewaktu memainkannya, neck tempat memasang mouthpiece, main body tempat lubang-lubang tadi berada, bow yang berbentuk mirip huruf "U", dan bell yang mirip tabung dengan ujung kayak corong. Pada main body sebelum bow ada kait terbuat dari metal atau plastik tempat ngasonya jempol sehingga diberi nama thumbrest. Beberapa senti di atas thumbrest ada strap ring, tempat cantelan strap neck.

Seperti mimi dan mintuno, begitulah mouthpiece dan reed. Saxophone berbunyi hanya jika mouthpiece ditiup. Mouthpiece ini ceper, mirip paruh bebek cerewet, Donal. Bahannya bisa kayu, metal, atau ebonit. Sedang reed terbuat dari bahan rotan yang diiris tipis, ditempelkan di sisi bawah mouthpiece dan diikat kencang dengan ligature. Besar kecil mouthpiece mengikuti ukuran saxophone. Jika kecil, kita masih bisa meniupnya di sudut bibir sehingga masih dapat bersaxophone sambil nyengir. Kalau saxophone nya gede, mouthpiecenya bisa segemuk pisang ambon. Ampun dehl

SATU LUBANG SATU TUTUP
Untuk sampai ke mouthpiece dan reed yang bermacam-macam itu perlu ratusan tahun. Sebelum ada saxophone, alat musik tiup menghadapi kendala amat berat, yaitu bagaimana membuat alat musik tiup yang mampu bersuara rendah dan mudah dimainkan. Memang, untuk memainkan nada rendah diperlukan sebuah alat yang besar dan panjang. Nah, persoalannya, jempol dan jari yang akan mengoperasikan alat itu langsing, pendek, dan tidak bisa melar seenaknya. Jadi, Jaka Sembung makan kedondong, enggak nyambung dong!

Ambil contoh suling bambu yang sering dipakai mengiringi Inul Daratista saat ngebor itu. Bambu sekerat yang diberi enam lubang itu bisa memainkan nada do-re-mi karena lubang kecilnya itu ditutup dan dibuka menggunakan jari. Karena letaknya berdekatan, jari-jari kita pun dengan lincah menari-nari sambil menghasilkan tangga nada.
Sayangnya, karena keterbatasan bentuk dan lubang, setiap ganti nada dasar, suling juga harus diganti. Jadilah kita mengenal suling yang besar, agak besar, pendek, dll. Tak hanya suling, tapi juga clarinet, oboe, basoon, dll., merupakan alat musik zaman baheula yang masih berorientasi pada lubang yang sekedarnya. Sekedar ada lubang yang pas dengan jari.

Karena berkutat hanya pada lubang yang sempit, problem bagaimana membuat lubang yang besar tidak terpikirkan. Paling-paling kalau ingin membuat alat yang agak besar, alat itu kemudian dilengkungkan seperti busur sehingga tetap dapat diraih oleh tangan. Mau yang lebih besar lagi, sudah tidak berdaya, sudah apa daya tangan tak sampai.

Ada sih sedikit kemajuan, dengan ditambahkannya lubang serta tangkai-tangkai untuk membuka dan menutup lubang yang berada di luar jangkauan jari. Satu tangkai disiapkan untuk satu lubang tambahan itu. Jempol dan kelingking dilibatkan untuk menanganinya. Nada yang dihasilkan memang bertambah banyak, namun lubang sempit itu masih saja tidak terpikirkan untuk dibesarkan.

Sampai suatu saat ketika suling salin rupa menjadi flute. Seseorang telah membuat lubang berjumlah banyak dan berjejer. Lubang itu besar, sampai besarnya jari tidak dapat menutupinya sehingga perlu tutup khusus. Nah, ujung jari tinggal menekan tutup ini sehingga lubang pun tertutup. Dibuat pula sistem rangkaian yang memungkinkan dua atau tiga tutup bisa menutup dengan hanya menekan satu tutup. Sebuah awal yang bagus, meski belum ada yang mencoba membesarkan alat musik tiup.

Akhirnya, Adolphe Sax dari Belgia mengatasi kebuntuan itu dengan membuat sistem satu lubang satu tutup. Alat itu dipatenkan dan diproduksi massal tahun 1846. Namanya pun di ambil dari namanya sendiri yaitu sax-o-phone.

DITIUP, JANGAN DIEMUT
Tidak seperti yang terlihat, ternyata nyaxophone (main saxophone) cukup mudah. Beda dengan alatnya yang njlimet dan penuh tombol. Benda ini kalau sudah dipegang seolah-olah lekat di tangan, sangat melekat. Kalau sudah begitu, saxophone pun nurut saja. Mau ditiup lirih dia lirih dihembus keras dia lepas suaranya. Tidak ditiup, ya diam saja.

Saxophone dapat pula menjadi penutup bagi mereka yang memiliki suara - maaf - tidak meng-"Indonesian Idol" atau meng-"AFI". Dengan saxophone kita dapat bernyanyi dengan penuh gaya tanpa dituntut untuk keluar suara. Mau gaya ngebor, ngecor, ataupun nyosor, terserah saja.

Karena hanya bermodalkan do-re-mi, maka dari mendengar lagu di teve saja kita sudah dapat menirukannya dengan persis plek. Dengan meniru saja sudah bisa, apalagi kalau paham not angka. Mahir dahl Makanya, bagi yang buta not balok tak perlu minder. Itu bukan halangan buat meniup saxophone dengan benar.

Tak perlu gemetar ataupun gentar memeluk saxophone. Pegang saja bodinya, tangan kiri di sebelah atas, tangan kanan di sebelah bawah. Kedua jempol dikandangkan saja di thumbrest, sedangkan jari lainnya di atas tombol yang sudah disiapkan.

Setelah semua jari ada di tempatnya, mulailah tekan tombol key. Tekan satu-satu mulai telunjuk kiri, berikutnya jari tengah, dan jari manis. Lanjutkan dengan tangan kanan, dari telunjuk dan berakhir di kelingking. Sekarang lepaskan tekanan satu per satu mulai dari bawah ke atas, bolak-balik. Tekan, lepas, tekan, lepas, dan seterusnya. Tuh, ... sudah bisa 'kan?

Saking mudahnya, kita bisa berpantomim dulu dengan membayangkan memegang saxophone kalau sudah kebelet main tapi belum punya. Lalu lantunkan lagu Song Bird atau Havana.
Kalau saxophone sudah di tangan, pelajaran pertama adalah meniup mouthpiece. Tut-tuuuttt ..., begitu kira-kira cara meniupnya. Agar bisa bunyi, mouthpiece harus ditiup, jangan cuma diemut. Posisinya juga jangan sampai terbalik, sebab bibir akan terasa geli. Yang lihat pun ikut-ikutan geli.

Selamat bersaxophone!

DIAJARI GRATIS
Yang mungkin bisa bikin stres justru di mana mendapatkan saxophone. Barangnya susah ditemukan, harganya mahal, gurunya langka, tukang reparasinya tidak kenal, dan segudang susah lainnya. Namun, jangan putus asa. Di Jakarta ada tempat yang khusus mengurusi dan menjadi gudangnya saxophone maupun macam-macam alat musik tiup lainnya. Semua jenis dan semua merek ada, baru maupun bekas. Harganya miring, kondisinya prima, dan terkadang dapat dicicil. Hebatnya lagi, Anda akan diajari sampai bisa dengan biaya nol rupiah!

Tempat yang berlokasi di kawasan Pasar Rebo itu memiliki misi memasyarakatkan saxophone dan menyaxophone kan masyarakat. Targetnya, mencetak 1.000 penggemar dan pemain saxophone baru dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Pada gilirannya nanti akan membentuk klub penggemar dan pemain saxophone, wadah para anggota untuk belajar dan bertukar pengalaman.

Gitu deh…

(Catatan: Ini adalah tulisan lama saya, dan dimuat dalam majalah Intisari, yang saya angkat kembali. Target 1000 penggemar dan pemain itu kini sudah tercapai. Jadi target ditingkatkan menjadi: mencetak 10 ribu penggemar dan pemain saxophone dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Piye Jal? Bisa kagak ya?)

Saxophone bekas…, coba dulu baru beli.

Beberapa waktu lalu di chat room kita ada orang yang menawarkan saxophone bekas (seken). Kemudian ada tanggapan dari beberapa orang lainnya yang tertarik ingin membelinya. Telephone dan SMS pun berdering di nomer saya, menanyakan perihal saxophone bekas itu, baguskah, murahkah atau mahalkah dst, dsb, dll.

Lha karena saxophone bekas yang dimaksud itu bukan milik saya, dan sayapun belum melihat barangnya, maka saya tidak bisa omong banyak. Lain soal kalau saya sudah melihat, memeriksa dan mencoba memainkan benda itu, saya pasti akan tahu dan bisa menilai kondisinya dsb.

Memang mengurusi saxophone bekas itu tidak sederhana, ada banyak hal yang perlu dilakukan di antaranya: memulihkan kondisinya, membuatnya agar bisa berfungsi lagi secara prima. Kondisi prima artinya ditiupnya enak, tidak ada klep2 nya yang rusak atau bocor, tidak ada per2 nya yang patah, tidak ada ganjel2 nya yang copot. Tampilannya juga mesti bersih dan mulus lagi, tidak ada lagi bagian2 yang penyok dsb.

Mouthpiecenya juga harus enak, kalau perlu diganti dengan mouthpiece baru karena yang lama sudah usang atau rusak atau malah bisa jadi kagak ada. Begitu juga tasnya, mungkin perlu diganti tas baru yang lebih patut dst.

Itulah yang selama ini kita lakukan di Rumah Tiup, memelihara dan menghidupkan kembali saxophone2 bekas agar benda yang cantik itu bisa berperan lagi menyemarakkan dunia yang indah tiada tara ini. Jadi hanya saxophone yang sudah dalam kondisi prima dan siap pakai yang kemudian kita lepas, kita jual. Soal harga, tentu saja dibuat semurah mungkin agar bisa terjangkau oleh budget masing2 kita.

Satu hal yang paling penting dalam memutuskan membeli sebuah saxophone bekas, apapun mereknya, adalah…, jangan membeli tanpa mencobanya terlebih dahulu. COBA DULU…, BARU BELI! Gitu loh…

Nah, di Rumah Tiup kita bebas mencoba, silahkan ngetest. Kalau belum bisa memainkan…, ya ayo tak ajari. Gratis kok. Kalau suatu saat nanti saxophonenya ngadat, jangan khawatir…, bisa dibetulin kok. Dan kalau suatu saat nanti pengin ganti saxophone, tak perlu bingung…, bisa tukar tambah kok.

Wis jan, saxophone pancen…, enak tenaaan. Piye Jal?

Saturday, March 14, 2009

Crazy Sax..., very crazy, very very rare


Tak ada sebutan lain bagi saxophone yang terbuat dari kayu seperti dalam foto ini, selain..., crazy saxophone. Ya, bahwa seseorang atau sekelompok orang telah bersusah payah membuatnya, itu adalah sesuatu yang, terus terang, "gila2 an".

Tapi bagaimanapun, saxophone kayu alias saxwood buatan Indonesia ini kini menjadi satu2nya wooden sax di dunia dan salah satu produknya menjadi koleksi pribadi di rumah tiup. Ee.., namanya saja "woodwind", jadi musti ada dong saxophone yang dibikin dari wood.

Bagi yang ingin melihat dan mencobanya, mampir aja deh ke rumah. Gitu?

Saxophone Silent Bag..., in stock


Demi redamnya suara saxophone, terpaksa deh jari2 kita "merogoh" kantong peredam ini. Tapi lumayan lho, kantong peredam suara alias silent bag ini tidak hanya meredam suara saxophone kala kita latihan, tapi juga bisa meredam..., suara omelan tetangga yang biasanya terganggu en keberisikan. Begitu kira2?

Dan sekarang silent bag untuk saxophone alto maupun saxophone tenor ini sudah tersedia di Rumah Tiup Tante Tina. Silahkan pesan atau datang saja langsung ke rumah tiup di Pasarrebo. Piye Jal?

Friday, March 13, 2009

Ini Clarinet, bukan Saxophone


Jenis saxophone ada beraneka, ada saxophone bariton, sax tenor, sax alto, sax soprano dsb. Ukurannya juga beragam, ada yang besar dan panjang, ada yang berukuran sedang dan ada juga yang lencir, kurus pendek. Soprano saxophone termasuk jenis yang pendek, cuma seukuran panjang lengan kita dan modelnya lurus saja, tidak bengkok kayak model pipa tembakau (cangklong). Kenny G sangat ahli memainkan saxophone sopran ini.

Karena sax soprano itu bentuknya cuma lurus, awam kadang menyebutnya sebagai clarinet. Ya clarinet memang dikenal sebagai alat musik tiup yang bentuknya lurus. Biasanya juga, body clarinet berwarna hitam, karena dibuat dari kayu hitam Africa, atau disebut juga kayu hitam grenadilla alias mpingo.

Tapi tumben, di foto ini nampak clarinet yang terbuat dari bahan brass atau kuningan, bahan yang sama dengan material pembuat saxophone. Bahan kuningan tersebut kemudian dilapis perak sehingga wajah clarinet metal itu nampak putih berkilau...

Perbedaan yang nyata antara clarinet dan saxophone soprano ada pada bentuk tabung bodinya. Bodi saxophone berbentuk kerucut sementara bodi clarinet berbentuk lurus seperti bentuk bodi flute, kecuali corong atau bellnya yang bermodel seperti corong trumpet.

Gitu deh...

Thursday, March 12, 2009

Tuesday, March 10, 2009

Very Rare Hammerschmidt Tenor Saxophone...


Satu lagi foto dari Very Rare Hammerschmidt Tenor Saxophone, Klingsor serial number 090.

Saxophone nyleneh...



Beginilah hasilnya ketika bentuk tombol2 flute dipasang di saxophone. Saxophone jadi nampak aneh, nyleneh alias beda dari yang lain, unik, langka, istimewa dsb.

Foto ini adalah foto dari saxophone tenor merek Klingsor nomer seri 090 buatan Hammerschmidt, Jerman, yang sangat langka dan unik itu. Seumur umur saya baru melihat (dan pegang2 tentu saja), saxophone model kayak gini. Dan kini saxophone Klingsor itu menjadi barang koleksi pribadi.

Yang mengejutkan, saxophone tenor merek Klingsor buatan Hammerschmidt (Germany) yang sudah berumur lebih dari setengah abad ini suaranya amat sangat bagus, membuat kita makin kesengsem aja. Bener lho. Mau nyoba? Silahkan...

Monday, March 9, 2009

Very Rare Hammerschmidt Alto Saxophone...








Dari “The Bassic Sax Blog” saya membaca informasi tentang “Very Rare Hammerschmidt Alto On German eBay” , yaitu sebuah alto saxophone merek Josef Hammerschmidt & Sons, yang dijual di Höchst, Germany. Dikatakan di situ bahwa:

The horn, besides being in amazing condition, looks quite unusual. The octave key assembly is interesting. The thumb rest is the Hammerschmidt moon-shaped one, but the key is shaped quite differently, almost tear-dropped. The wish-bone shaped mechanism however, is typical.

The horn has a very sturdy build, and has rolled tone holes.The sax is very comfortable in the hands. It carries the serial number 032, and was built in 1952, according to the instrument maker that the seller spoke with. This horn represents an extremely rare variety of model, which was only produced in very small numbers.

The artistic keyguards & the interesting octave key assembly are 2 of the features which make this such an usual & rare design.

Dari sumber lain didapat keterangan mengenai riwayat perusahaan Hammerschmidt sbb:

Martin Hammerschmidt started producing clarinets in 1873 in Egerland (now part of the Czech Republic) until 1910 when his son Karl took over the company. Later, in 1934, Karl's 6 sons, all of whom were instrument makers, carried on until the end of the war when they were forced to return to Germany. Here they re-established the company and between approximately 1950 and 1980 also produced alto and tenor saxophones.

The Hammerschmidt company manufactured their saxophones in Burgau, in what was then West Germany. Hammerschmidt sold their saxophones under the trademark name of Klingsor, but only made its own altos and tenors. The Klingsor sopranos and baritones were actually stencils for Hammerschmidt made by J. Keilwerth.

The first saxophones were much influenced by the Buescher and Conn models of the time, but later the lower keys were transferred to the right side of the bell and clear plastic protectors were added, similar to the 1950's style made popular by Keilwerth and the Conn Constellation. Some models were made with metal key protectors.

Some of the instruments were covered with mother of pearl insets on the palm keys, the left pinky cluster, low E-flat/C, all the trill keys including the rarely seen top E-flat trill, the low E-flat and G-sharp trills and the octave key system. There were also engraving details over the whole instrument and on the bell was a picture of a blacksmith banging on an anvil with a hammer and notes flying through the air. The instruments were solidly made, heavy and coupled with accurate rolled tone holes, and gave a fat but edgy sound.

As the influence of cheaper imports from the Far East made their mark on European musical instrument production, the Hammerschmidt company tried to reduce costs by simplifying their designs and by eliminating many of the expensive details. But in 1982, the production of saxophones eventually came to an end with an estimated 5,000 instruments completed.

Hammerschmidt saxophones are hard to find these days, especially the top of the line models, and thus are sought after by (mostly) European instrument collectors.

The Hammerschmidt company still exists today, but now only manufactuers clarinets.

Gambar2 yang terpajang ini adalah gambar saxophone alto yang katanya unik dan langka yang akan dilelang di Jerman itu…

Dan…., percaya atau tidak, semalam saya bagai ketiban durian. Tak disangka tak diduga, sebuah saxophone tenor merek “KLINGSOR” nomor seri 090 dibawa oleh seseorang ke rumah. Jadilah kini sax tenor nan unik dan langka itu masuk di dalam daftar koleksi.

Sedikit berbeda dengan saxophone alto yang dikisahkan di atas, yang tone hole nya ber model roller seperti model tone hole saxophone Conn, sax tenor Klingsor buatan Hammerschmidt yang kini jadi koleksi pribadi Tina Saxophone Music Gallery ini tone holenya bermodel bevel alias dikerat seperti model tone hole saxophone merek Martin.

Foto2 saxophone tenor Klingsor akan segera terbit di judul artikel berikutnya. Sabar ya...

Saturday, March 7, 2009

Belajar Saxophone, apa bisa...


Satu ditambah satu sama dengan tiga. Mana bisa?

Tapi, belajar saxophone tidak serumit dan semustahil bilangan 1 + 1 = 3 itu. Kalau kita punya niat pengin belajar saxophone, tidak mustahil kita bakalan bisa. Kenapa? Soalnya bermain saxophone itu gampang. Coba saja kalau tidak percaya...

Friday, March 6, 2009

Selmer Mark VI Tenor..., hari ini terjual

Untuk semua rekan, dikabarkan bahwa saxophone Selmer Mark VI Tenor, warna silver no seri 1492xx telah terjual ini hari. Moga2 kita bisa dapet lagi ya...

Thursday, March 5, 2009

Silent Bag alias tas peredam suara..., siapa mau?

Siapa mau, silent bag (tas peredam) untuk sax tenor & alto. Lumayan lho, bisa berfungsi sebagai soft case sekaligus sebagai peredam suara saxophone kita. Harga Rp 700.000 saja. Stock terbatas. Pemesanan 1 minggu. Barang bisa dikirim, cuma ya itu, ongkos kirim bayar sendiri lho. Piye Jal?

Saxophone Selmer Mark VI tenor, silver..., dijual.


Saxophone tenor Selmer Mark VI memang sangat beken. Banyak dipakai oleh pemain saxophone papan atas, seperti Stan Getz dsb. Wis tho, pokoknya Mark VI ngetop dah...

Nah, saya bermaksud mengeluarkan dari daftar koleksi alias menjual segera, sebuah Saxophone Tenor merek Selmer Mark VI warna silver, nomor seri 1492xx orisinil. (Padnya sudah perlu diganti dan saat ini sedang dalam persiapan untuk ganti pad/klep baru, biar lebih joss).

Cuma ya itu, harganya "relatif" cukup mahal yaitu Rp 27 juta. Kalau berminat silahkan kontak langsung via telephone ke madame Tina, (021) 8411717 atau HP 08161439838

(Maaf barang sudah terjual sehari kemudian).

Belajar flute, belajar saxophone...


Kebiasaan pemain tiup itu, kalau sudah pintar memainkan satu instrumen tiup lalu pengin juga belajar alat musik tiup lainnya. Seperti teman kita mas Adi ini, beliau sudah lihai nge flute, sudah mahir bermain flute, dan sekarang lagi tertarik untuk belajar saxophone. Yah..., terbawalah kemudian saxophone alto Hohner President. Wis, selamat belajar saxophone yo mas...

Romantis...


Pemain tiup itu ditanggung romantis. Lihat saja gaya mas Regi kala meniup french horn, selain bibirnya aktif, jemarinya juga sibuk..., meraba. He he...

Saxophone..., penyambung lidah


Suara kita tidak meng American Idol? Jangan gundah. Saxophone bisa mewakilinya. Ya, siapa nyana suara saxophone itu begitu merdu, bisa lebih merdu dari suara asli kita2...

Belalang...


Belalang adalah serangga yang paling sehat. Lho kok bisa? Lha hiya lah, khan ada lagunya:..., tepuk ame ame belalang kupu kupu, siang makan nasi kalau malam..., minum susu! Sehat khan?

Begitu juga ngesax (bermain saxophone), bikin sehat lho...

Love Story...


Namanya saja sax mania, penggila sax, jadi apapun yang menyangkut saxophone bisa jadi bahan cerita. Gitu deh...

Wednesday, March 4, 2009

Kenny G pakai saxophone model jadul...


Ini tampang Kenny G sedang megang saxophone sopran. Banyak yang mengira bahwa alat musik yang ditiup oleh Kenny G itu adalah clarinet, bukan saxophone, soalnya bentuknya lurus mirip bentuk clarinet, tidak seperti umumnya saxophone yang berbentuk melengkung serupa pipa cangklong.

Ya, saxophone jenis sopran memiliki panjang yang tidak atau belum melebihi panjang lengan kita, sehingga masih bisa ditangani tanpa perlu ditekuk, jadi cukup dimodel lurus saja.

Lha kalau dilihat dari bentuk palm key serta table key nya, saxophone sopran yang dimainkan oleh Kenny G itu tergolong saxophone jadul, saxophone model lama. Mereknya entah apa, yang terang kalau sudah ditiup oleh Kenny G, suaranya wow..., merdu merayu. Gitu deh...

Tuesday, March 3, 2009

Tetap Semangat...


Meskipun lengan berbalut gips, namun selama jari jemari masih bisa digerakkan untuk meraih en mengatur tombol, bermain saxophone jalan terus. Tetap semangat! Gitu deh...

Sariawan...


Musuh besar bagi pemain saxophone di antaranya adalah sakit “sariawan”. Nah, kali ini kita akan mencoba mengenal, apaan sih sariawan itu.

Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu., terutama bagi kita yang gemar niup saxophone.

Sariawan dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri, seperti kebersihan mulut yang buruk, pemasangan gigi palsu, atau luka pada mulut karena makanan atau minuman yang terlalu panas, dan kondisi tubuh, seperti adanya alergi atau infeksi.

Sariawan identik juga dengan kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin itu memang mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya menyebabkan sariawan. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi jika kita sering mengonsumsi buah dan sayuran.

Sariawan umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan penderita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor psikologis (seperti emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya sariawan.

Kondisi lainnya yang diduga memicu sariawan adalah kekurangan vitamin B, vitamin C, serta zat besi; luka tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur; luka karena menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang; alergi terhadap suatu makanan (seperti cabai dan nanas); gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi); menurunnya kekebalan tubuh (setelah sakit atau stres yang berkepanjangan); dan adanya infeksi oleh mikroorganisme.

Sariawan dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep, obat tetes, maupun obat kumur.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya sariawan, antara lain yaitu menghindari kondisi stres; sering mengonsumsi buah dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin B, vitamin C, dan zat besi; menjaga kesehatan atau kebersihan gigi dan mulut; serta menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada rongga mulut.

Gitu deh…

Kawat Gigi...


Ada dialog yang cukup menarik di blognya mas Andre.

Ada pertanyaan: gini om, saya dulu bermain mellophone n trumpet, nah skrg saya udah pake behel, tp saya brminat sama saxophone.Kira2 ngeganggu gak ya kalo meniup saxophone?

Jawaban mas Andre: Wah,...gak papa,...saya dah pakek gi2 palsu,..Mouthpiece itu kan gak harus digigit,.bisa dijepit pakai BIBIR atas dan bawah..,..enjoy aja....

Itu dialog yang lucu, yang satu memperkarakan soal behel alias kawat gigi, yang lain bicara soal gigi palsu....

Tapi ada benernya juga kata mas Andre, bermain saxophone memang tidak perlu pakai gigi. Bahkan seseorang yang giginya sudah ompong semua, masih bisa lho meniup saxophone dengan merdu. Cuma ya itu..., andai mouthpiece itu bisa ngomong, tentu dia akan protes: "Aih, geli ah!" (Soalnya mouthpiece itu tidak hanya ditiup tapi kesannya juga di..., klamut!) He he...

Lha kalau soal gigi yang pakai kawat atau behel, kita masih perlu masukan dari pengalaman teman2 peniup saxophone yang kebetulan giginya berkawat, jadi problem ataukah kagak. Piye Jal?