Lokasi Pengunjung Blog

Tuesday, December 6, 2016

Meniup Rasa Bersukacita

”Do… Re… Mi… Sol… La…,” demikian instruksi dari mulut Anton Prihardianto sambil menekan-nekan tuts alat musik kibor di satu sisi pusat belanja Cilandak Town Square, Jakarta, Sabtu (3/12) pagi. Sang penerima instruksi adalah Indra G Windiaz yang tengah memainkan lagu ”Can’t Help Falling in Love” besutan Elvis Presley dengan tiupan saksofon. Beberapa kali Indra, yang akrab dipanggil Jibal, terlihat kikuk sekalipun sebelumnya ia memainkan kibor mengiringi Anton bermain saksofon. Tak jauh dari mereka berdua tampak Valentina Sri Yuniati yang adalah istri Anton, dan selama beberapa tahun terakhir mengasuh Komunitas Rumah Tiup. Sejumlah saksofon ditaruh mengelilingi meja kecil tempat mereka tampil dalam ajang Social Market Community, yang hari itu dihadiri juga beberapa komunitas lain. ”Kalau saya bergabung, karena ini adalah klangenan,” ujar Jibal. Pegiat teater dan sastra itu menceritakan alasan mereka bergabung bersama Rumah Tiup. Sebagian membawanya kembali pada memori saat masih aktif bermain band, bertahun-tahun lalu. Sebagian lagi, seperti mengingatkan dirinya tatkala bertemu sejumlah anggota lain yang lebih muda. Jibal yang kini mantap menggunakan saksofon jenis alto, setelah sebelumnya menjajal jenis tenor dan sopran, merasakan berkah jejaring sosial sebagai hal terkuat yang dirasakan bersama komunitas tersebut. Salah satunya menyusul praktik saling berbagi ilmu atau teknik dan mentoring oleh sejumlah anggota senior. Jibal menyebutkan, sejumlah senior mengayomi anggota lain dengan turut memberikan solusi teknis kasus per kasus sesuai dengan tantangan yang dihadapi setiap individu dalam memainkan saksofon. Untuk melakukan itu, sejumlah anggota biasanya berkumpul di kediaman Anton dan Valentina yang kerap disapa Tina dibilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di rumah yang dipenuhi sejumlah alat musik tiup, termasuk klarinet, flute, dan sebagainya itu, para anggota biasanya berkumpul sejak Jumat hingga Minggu. Mereka terdiri dari berbagai macam latar belakang, seperti pegawai kantoran, pekerja pelabuhan, ataupun seniman. Yang baru bergabung beberapa bulan terakhir, misalnya, Suparno, tukang bangunan yang kini dipekerjakan Tina dan Anton sebagai teknisi. Tugas Suparno merawat dan memperbaiki kerusakan beragam saksofon. Sebagian di antara tugasnya membenahi kerusakan klep-klep pada alat musik tersebut dari kebocoran udara. Salah satu teknik yang dikembangkannya ialah memasukkan bola lampu ke dalam rongga saksofon untuk mengecek apakah ada sinar yang keluar sebagai penanda kebocoran. ”Alhamdulillah, sekarang sudah bisa bongkar pasang,” ujar Suparno. Terkadang, pertemuan itu diisi dengan reuni kecil-kecilan di antara sebagian anggotanya. Ini terjadi misalnya ketika ada seorang anggota yang kembali datang berkumpul setelah tidak terdengar kabar beritanya bertahun-tahun. ”Dulu datang saat bujangan, sekarang datang lagi sudah membawa anak,” seloroh Anton perihal sebagian di antara fragmen nostalgia itu. Tina mencatat, tak kurang 3.800 orang telah tertaut dalam jejaring komunitas itu. Catatan ini sebagian menyusul ingatannya tentang jumlah pembeli saksofon dalam skema bisnis yang dijalankan. Pasangan itu mengawalinya sebagai kolektor beragam jenis dan merek saksofon. Setelah sekali dua kali mencicipi manisnya keuntungan berdagang saksofon, pasangan ini pun mantap menekuni bisnis. Ini ditambah dengan kondisi perekonomian yang relatif surut menyusul krisis ekonomi tahun 1998 lalu. Anton meninggalkan pekerjaannya di salah satu perusahaan kosmetik untuk fokus menekuni hobinya sejak puluhan tahun lalu dalam bermain saksofon. Selain berjualan saksofon, mereka juga menyediakan jasa reparasi dan penjualan suku cadang. Namun, hal menarik yang dilakukan Anton adalah mengajari pembeli saksofon itu sampai mereka bisa menggunakan alat musik tersebut. ”Cukup empat kali pertemuan, mereka sudah bisa demo (main) saksofon,” kata Anton. Dari sinilah cikal-bakal Komunitas Rumah Tiup bermula setelah sebagian pembeli dan calon pembeli selalu datang lagi untuk mengasah teknik dan kemampuan bermusik mereka. Adapun nama Rumah Tiup, ujar Tina, diperoleh dari celotehan sejumlah pelajar yang kerap menunjuk tempat Tina dan Anton berdagang saksofon tatkala kebutuhan pada alat-alat musik tiup berharga murah itu sedang meluap. ”Nama (Rumah Tiup) sudah kami patenkan,” kata Tina ihwal penahbisan nama pada 2004. Belakangan, kedua anak mereka, yakni Adhesmiera Primayudha dan Ardhaseta Rismayudha, juga menekuni bisnis serupa. Mereka menjalankan usaha di bilangan Cibubur, Jakarta Timur dan Yogyakarta. Laba dan sukacita Pasangan Anton dan Tina memulai jejak mereka di Jakarta sejak 1985. Tina, sebelum mantap melakoni bisnis jual beli saksofon, beberapa kali berpindah-pindah tempat kerja. Hingga pada suatu hari ia menyadari besarnya potensi beroleh laba dari berdagang saksofon. Namun, hal itu mesti diawali dengan kekesalan tatkala Anton memutuskan membeli saksofon merek Selmer buatan Perancis yang mahal, sekitar Rp 1,25 juta. ”Sebagai bandingan, waktu itu harga sebidang tanah 250 meter persegi di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, saya tebus dengan Rp 5 juta,” ujar Tina. Tina kemudian menjual saksofon itu, dan betapa kagetnya ia saat saksofon itu laku senilai Rp 1,5 juta. Pada saat itu, laba Rp 250.000 setara dengan gaji Tina selama dua bulan di kantor tempatnya bekerja. Menyadari bisnis itu menguntungkan, Tina membeli lagi dua saksofon dari hasil penjualan saksofon sebelumnya. Dari dua buah saksofon itu, lantas menghasilkan empat saksofon, lalu menghasilkan delapan saksofon, dan seterusnya. ”Saat itu, setelah dapat delapan saksofon, saya suruh bapak pilih satu saksofon. Akhirnya, ya sudah, saya jualan saksofon,” ujar Tina. Tahun 2003, mereka memproduksi saksofon sendiri dengan merek Valentine dengan pabrik di Taiwan. Menyusul tahun 2007, merek Antonio diproduksi. Akan tetapi, kedua merek tersebut menghadapi pula serangan pembajakan hak cipta. ”Banyak dipalsukan,” ujar Tina. Mereka terus bertahan karena sebagaimana disebutkan Anton, mereka membawa pula misi untuk mengajak bersukacita. Lihat Video Terkait ”Komunitas Rumah Tiup” di kompasprint.com/vod/rmhtiup