Lokasi Pengunjung Blog

Tuesday, April 28, 2009

The Autumn Leaves


Ini lagu jadul yang kita angkat kembali. Selamat berlagu...

Sunday, April 26, 2009

Do re mi ...


Luar biasa… Bayangkan, hanya dari sedikitnya 7 untaian nada do re mi fa sol la dan si, sudah bisa tercipta jutaan komposisi dan lagu di dunia.

Ya, not angka 1,2,3,4,5,6,7, atau not do re mi fa sol la si tersebut memang luar biasa dan sangat memudahkan bagi penyanyi untuk mempelajari sebuah lagu.

Dan omong2, belajar bermain saxophone sama atau kagak ya dengan belajar menyanyi? Ah, anggap saja sama gitu deh…

Jadi, belajar saxophone pakai not angka, pakai do re mi…, ngapa tidak?

The Shadow of Your Smile

I'm In The Mood For Love

Friday, April 24, 2009

Lagu Kebangsaan

Bagi seorang gento (generasi de Britto) misalnya, lagu Mars de Britto merupakan lagu kebangsaan dan terdengar lebih merdu ketimbang lagu apapun. Juga wajib dibawakan dalam sikap sempurna, yakni berdiri tegak, satu tangan menyilang di dada, satu yang lain lurus di samping badan. Harus begitu, tidak boleh tidak! Bayangkan kalau menyanyi lagu kebangsaan itu sambil kedua tangan kita ketowal-ketawil dan pinggul bergoyang ala gento alias goyang maju en mundur doang. Lha kan menggelikan. Orang pikir ini gento lagi nyanyi atau lagi senam pagi?

Ya, memang sih menurut sifatnya lagu kebangsaan adalah lagu yang khusus dikarang dengan komposisi, lirik yang anggun, dan instrumentasi pilihan untuk membangkitkan emosi tertentu, misalnya patriotisme (Indonesia), kebanggaan bangsa dan negara (USA home of the brave), dan potensi suatu negeri (Aus Advance Australia Fair) dsb.

Dan kita sebagai penggemar dan peniup saxophone, musti punya juga “lagu kebangsaan”, yakni satu judul lagu yang sungguh2 kita sukai, kita hafal dan bisa kita mainkan dengan baik dan benar, dengan serius, dimana saja, kapan saja…

Kalau saat ini teman2 belum punya lagu kebangsaan, silahkan mulai dipilih, lagu apa yang kiranya cocok. Mau lagu barat atau lagu lokal, lagu jadul atau lagu baru, terserah saja. Saya sih paling suka memainkan lagu “My Way”. Ya, My Way itulah lagu kebangsaan saya.

Pilihan lagu masih banyak, di antaranya: Over the Rainbow, Dany Boy, The Wonderful World, The Way We Were, Killing Me Softly, Love Letter in The Sand, If, The Girl From Ipanema, Yesterday, Misty, dll. Atau lagu2 Indonesia seperti: Aryati, Juwita Malam, Bunga Anggrek, dsb. Wis tho, pilih saja sendiri. Dan kalau sudah punya lagu favorit tapi belum tahu bagaimana notnya, silahkan kabari saya. Ntar kita bikinkan notasinya. Gitu aja kok repot...

Piye Jal?

Monday, April 20, 2009

Saxophone dan si guk guk...


Saxophone tidak jauh beda dengan "guk guk guk guk" ini. Ada yang berukuran besar dan ada yang ukuran mini. Meskipun beraneka ukuran namun semua mereka itu..., menyenangkan.

Bener loh...

Friday, April 17, 2009

The Girl From..., Pasarrebo. He He...


The Girl From Pasarrebo...
Ya,inilah potret the girl itu, potret Tina bersama mas Didiet putra sulungnya.
Dipotret sekian puluh tahun lalu.Dan siapa sangka si anak sulung itu kini juga sudah beranak. Dan tentu saja sang ibu menjelma jadi nenek. Tapi jangan dikira kalau sudah nenek terus jadi jadul. Nenek yang satu ini tetap saja..., nyentrik en kontemporer. Hobinya juga unik, yaitu ngurusi saxophone. Bahkan kadang juga mereparasi, matri2 dsb. Wis jan...

Pokoknya kagak ada deh kata terlambat, kata "terlalu tua" untuk tetap bersenang senang, misalnya untuk mulai belajar bermain saxophone. Gitu deh...

Wednesday, April 15, 2009

Desafinado..., not angka



Inilah not angka dari lagu Desafinado buah karya Jobim yang dibawakan oleh Stan Getz dengan saxophone tenornya. Kita bisa mempelajari lagu itu lewat not2 angka itu. Setelah kita nanti sungguh2 mengenal dan hafal alur melodi lagu Desafinado itu, baru kemudian kita dapat memainkan dengan penuh gaya, dengan berimprovisasi bagai Stan Getz. Silahkan dimainkan dengan saxophone tenor, alto ataupun sopran di nada dasar G.

Gitu deh...

Tuesday, April 14, 2009

Semua Key Harus Okay...


Membuat key saxophone itu tidak gampang. Bagian2 nya banyak betul dan semua itu kemudian harus disatukan, dipatri dsb. Wis jan..., ternyata memainkan saxophone lebih mudah ketimbang membuatnya.

Gitu deh...

DESAFINADO


Desafinado lyrics:

Se Voce Disser Que Eu Desafi No Amor
Saiba que isto em mim provocaimensa dor
So privilegia dos tern ou vidoigual ao seu
Eu possuo a penas î que deus me deu

Se voce insiste em classificar
Î meu comportamento de anri musical
Eu mesmo menrindo possoargu mencar
Que is ãî ¸ bossa nova que is to ¸ mui to natural

Î que voce nao sabe nem siquer presente
¸ que os desafindos rambem tern coracao
Fotografei voce na minha rolleiflex
Revelouse a sua enor mein gratidao

So nao podera fatar assim do meu amor
¸ le ¸ î maior que voce pode enconirar 'viu'
Voce corn a sua musica es que ecu î principal

¸ que no peito dos desafindos
No fundo do peito bate cala do
¸ que no peito dos desafina
Dos tambem bate um coracao

(Bingung dengan not balok dan bahasa liriknya? Jangan khawatir. Di artikel mendatang akan kita bikin jadi gampang. Piye jal?)

Lapis Perak, Lapis Emas..., warna warni saxophone

Sudah biasa kita melihat saxophone berwarna putih perak ataupun kuning emas. Tidak hanya itu, bahkan ada juga yang merah, hijau, hitam, putih dsb., pokoknya warna warni deh. Namun aneka warna itu hanyalah lapis luarnya saja. Warna dasarnya pastilah kuning, karena saxophone memang terbuat dari bahan kuningan.

Pelapis aneka rupa itu gunanya untuk melindungi bahan kuningan atau brass itu dari karat, dari oksidasi. Dan sudah tentu juga dimaksudkan agar saxophone jadi terlihat lebih keren, gitu loh…

Tapi mana sih yang lebih baik, warna perak atau emas? Saya bilang semua warna itu baik. Ini sekedar soal selera kok, kita suka warna apa, suka yang mana. Lha kalau menyangkut soal apakah perbedaan warna itu mempengaruhi juga “warna” suara saxophone, saya sih cenderung bilang tidak. Yang berpengaruh terhadap warna suara bukanlah warna atau kelir saxophone itu melainkan…., terutama keadaan “jerohan” piranti tiupnya alias MP dan reed nya.

Gitu deh…

Wednesday, April 8, 2009

The Girl From Ipanema..., Stan Getz, Bossanova, Carlos Jobim


Stan Getz adalah salah satu peniup saxophone tenor yang saya sukai. Album rekamannya yang bertajuk “The Girl From Ipanema” telah berperan serta mempopulerkan irama bossanova, irama khas musik Brasil. Dan Ipanema itu sendiri adalah nama suatu tempat di Rio de Janeiro.

Lagu “The Girl From Ipanema” dikarang oleh Antonio Carlos Jobim dan dibawakan Stan Getz sembari mengiringi penyanyi Astrud Gilberto.

Gitu deh…

Monday, April 6, 2009

Potret Saxophone Jadul..., Couesnon


Ini adalah potret saxophone jadul, jenis alto. Mereknya Couesnon. Dipotret di bawah cahaya sinar matahari, jadinya nampak berkilau. Bagus ya...

Potret Saxophone Jadul..., Konefa Tilburg



Segera sesudah masa berlaku hak patent Adolphe Sax habis pada tahun 1866, industri pembuat alat musik lain memproduksi saxophone juga. Modifikasi yang pertama kali mereka lakukan pada disain saxophone adalah menambahkan satu lubang nada untuk nada rendah Bb. Tambahan lubang nada rendah itu ditempatkan di bagian “bell”, sehingga bell saxophone kini menjadi lebih panjang. Disain baru dengan bell atau corong yang lebih panjang ini kemudian diadopsi oleh semua saxophone moderen.

Jadi kalau kita tilik dari model corongnya, saxophone merek Konefa Tilburg dalam gambar ini merupakan produk era akhir abad 18, karena corongnya masih pendek, nada paling rendahnya masih B, belum sampai nada Bb.

Selain moncong atau corongnya yang pendek, ciri lain yang dapat menunjukkan bahwa saxophone itu produk jadul adalah Spatula Key atau tombol untuk nada C dan D# rendah, yang modelnya masih polos alias belum menggunakan “roller”. Begitu juga model Table Key nya, masih polos. Tombol oktaf nya juga masih meggunakan sistim dua tombol, belum otomatis pakai satu tombol seperti disain saxophone sekarang.

Sunday, April 5, 2009

Saxophone jadul, minimalis…

Adolphe Sax, asli Belgia, mendaftarkan hak paten untuk saxophone ciptaannya pada pertengahan tahun 1846 untuk jangka waktu 15 tahun. Semuanya ada 14 versi atau jenis dari yang kecil hingga besar, dari saxophone sopranino hingga contrabass. Setiap jenis saxophone itu bertangga nada sebanyak dua setengah oktaf, dari nada B rendah hingga nada F tinggi.

Pada saxophone model lama itu kesederhanannya sangat menonjol. Ini dapat kita lihat di sosok saxophone yang kemarin baru saja saya dapatkan. Meskipun bukan merek Adolphe Sax namun cukup bisa kita pakai untuk mewakili kelompok jenis saxophone jadul minimalis.

Di bagian corong saxophone tenor itu ada tulisan:
CELESTA, KUNINKLIJKE, NEDERL. FABRIEK
VAN MUZIEK INSTRUMENTEN
NV KONEFA, TILBURG
54652.

Ya, itulah mereknya. Dan kalau kita tilik dari segala sesuatunya, nampaknya saxophone Koneva Tilburg itu dibuat sekitar tahun 1880 an. Wow…, jadul nian.

Dan fotonya akan disusulkan segera. Gitu deh...

Belgium and France…


Si Charlie gug gug ini sedang mengendus jejak sejarah, darimana sih saxophone itu berasal. Oo…, ternyata dari Belgia lalu dikembangkan di Perancis.

Gitu deh...

Saturday, April 4, 2009

Saxophone Naked Lady...


Saxophone naked lady..., emang ada? Ada dong. Salah satu perusahaan saxophone di Amerika, yaitu Conn Ltd., mengeluarkan salah satu model saxophone standardnya yang kemudian lebih populer dengan sebutan naked lady. Julukan naked lady itu muncul gara2 ada gambar grafir wanita "telanjang" dibagian bell nya.

Gitu deh...

Bas Betot paling repot


Saya biasa bermain saxophone bersama piano serta bas betot atau contra bass. Di antara ketiga instrumen musik itu, saxophone yang paling ringkas. Membawanya mudah, tinggal "dicopot lehernya", dikemas, masuk tas dan ditenteng deh...

Beda dengan contra bass atau bas betot, yang selain gendut juga panjang dan kaku seperti dalam gambar itu. Ya, nggotong bas betot itu repot. Kadang mobil taxi pun enggan mengangkutnya...