Lokasi Pengunjung Blog

Monday, April 26, 2010

Jazz Mben Senen

GELARAN “Jazz Mben Senen” di Bentara Budaya (BBY) Yogyakarta, Senin (5/4) sedikit berbeda dari biasanya. Acara yang menjadi ajang kumpul komunitas jazz Jogja itu tampak lebih ramai, meski panggung dan peralatan musik masih sama sederhananya dengan gelaran-gelaran sebelumnya.

Acara dibuka dengan sederhana dan musisi kontemporer Memet Chairul Slamet menyambut kedatangan para pecinta musik di halaman BBY. Tak berapa lama ia mengajak penonton untuk hening, seraya memutar suara seorang laki-laki yang telah terekam di handycam.

“Terima kasih pemrakarsa acara ini, Mas Agung, Mas Djadug (Djadug Ferianto), Mas Aji Wartono....tamu-tamu yang jauh-jauh datang dari Jakarta Mas Dwiki (Dwiki Darmawan), Mbak Iik (Trie Utami), Mbak Iga Mawarni, juga Bu Waldjinah...Saya menaruh hormat karena dari acara seperti ini bisa tercetus kepedulian sosial. Maaf saya tidak bisa hadir” begitulah penggalan rekaman yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa si empunya suara sedang sakit. Namun, rekaman itulah yang membuktikan bahwa ia tidak bisa datang, karena sesuatu.

Ya, pemilik suara itu adalah komposer, arranger, conductor orkestra Singgih Sanjaya (48) yang sedang terbaring, karena stroke. Dosen Jurusan Musik FSP ISI Yogyakarta itu kini tengah rawat jalan setelah sebelumnya 10 hari menginap di RS Panti Rapih.

Acara “Jazz Mben Senen” kali ini memang mendatangkan musisi papan atas seperti Dwiki Darmawan, Trie Utami, Iga Mawarni, dan Waldjinah. Tentu mereka datang ke Jogja bukan dalam rangka ngejob, tetapi kepedulian terhadap Singgih Sanjayalah yang membuat mereka mau datang tanpa bayaran.

Konser Amal

Begitu kuatnya ikatan emosional para musisi jazz, sehingga ikatan emosi dalam panggung pun berlanjut menjadi konser amal untuk membantu musibah sesamanya. “Musisi jazz itu sudah terbiasa punya ikatan emosi di panggung, seperti saat improvisasi. Dan, ini kelebihan komunitas. Kebiasaan itu terbawa sampai di luar panggung seperti kepedulian yang tejadi malam ini,” ujar Memet.

Dwiki Darmawan mengenal sosok Singgih sebagai musisi sekolahan yang berani “nakal”. “Saya juga mengenal ia sebagai orang yang gigih memperjuangkan kemajuan pendidikan di institusinya,” ujar Dwiki yang beberapa kali bekerja sama dengan Singgih itu.

Para musisi yang terbiasa dengan run down acara yang tertib, persiapan matang, dan segala keribetannnya, malam itu harus legawa bermain dengan alat seadanya, santai, spontan, dan merakyat.

Setelah sebelumnya Ustad Nanan mengajak berdoa bersama untuk kesembuhan Singgih, Dwiki Darmawan dengan pianikanya membuka konser istimewa itu jamming bersama para musisi jazz Jogja dalam “Blues for Today”. Disusul Waldjinah yang diiringi orkes keroncong Congyang ISI Yogyakarta.

“Saya sebenarnya lagi flu, sakit, tapi karena Singgih saya datang. Mengko nek nyanyine rodo mblero ojo diguyu lo yo,” kata Waldjinah yang malam itu akhirnya menyanyikan “Ayo Ngguyu” dan “Tanjung Perak”.
Suasana semakin hangat, sementara tampah sekiler (sumbangan sukarela) terus berputar di jajaran penonton. Iga Mawarni yang tampak masih cantik dengan suara jazzy-nya menembangkan hitsnya “Kasmaran”, juga lagu “Simponi yang Indah” yang dipopulerkan Bob Tutupoli dan Once.

Penampilan si cabe rawit Tri Utami yang berimprovisasi dengan Dwiki dan Djadug memungkasi pentas bintang malam itu. Dan, akhirnya MC mengumumkan sumbangan sukarela untuk Singgih Sanjaya terkumpul Rp 2,5 juta. (Sumber Suara Merdeka/ Sony Wibisono-37)

Itulah sepenggal cerita dari acara bertajuk “JAZZ MBEN SENEN” yang diselenggarakan rutin setiap hari Senin malam mulai jam 21.00 sd jam 24.00 di halaman Bentara Budaya Jogjakarta.

Silahkan nonton kalau pas bertandang ke Jogja.

Monday, April 12, 2010

Sunday, April 4, 2010

SAXOPHONE BOCAH


Saxophone memang sungguh menarik. Tak terkecuali si bocah inipun juga tertarik.

(Gbr. Google Image)

Friday, April 2, 2010

I LOVE SAXOPHONE



I LOVE SAXOPHONE. Ya, itulah tulisan yang tertera di T Shirt kita, golongan sax mania. Siapa mau?

T Shirt ini dihadiahkan (gratis) kepada teman2 pembeli saxophone per April 2010.