Lokasi Pengunjung Blog

Sunday, October 31, 2010

TAK SEMPAT CEMBERUT


Selalu menyaksikan teman-temin tersenyum sumringah, mana sempat saya ini cemberut. Jadi ya ketularan senyam-senyum juga. Memang bener, bahagia itu bisa menular...

Anton Sax

SENYUM SUMRINGAH





HIBURAN KELUARGA






Tak hanya dinikmati sendiri, tapi saxophone bisa menjadi hiburan sekeluarga. Kita hepi, semua pun hepi...

Anton Sax

YANG SEPUH DAN BELAJAR

YANG MUDA YANG BELAJAR


TUA ATAUPUN MUDA SEMUA BISA

Selama napas masih berhembus dan jari jemari sudah atau masih bisa menjangkau tombol2 nada kita sudah bisa mulai belajar bermain saxophone. Usia tak jadi hambatan. Nge-sax sangat bagus untuk adik2 remaja, bagus juga untuk usia dewasa usia gila kerja, bahkan juga bagus untuk dulur yang berusia purnabakti. Ya, setelah pensiun kenapa kita tidak isi hari2 merdeka itu dengan bermain saxophone menghibur hati.

Pokoknya tak ada kata terlambat untuk kita mulai belajar saxophone. Gitu loh…

Anton Sax

Saturday, October 30, 2010

SELMER BUNDY II ALTO SAX


Ini ada lagi Alto Sax merek Selmer Bundy II made in Amerika warna silver. Tertarik? Ambil saja. Harga Rp 8 juta. Berasa kemurahan? Tambahin aje...

Anton Sax

SI KEMBAR CONN USA ALTO SAX


Pengin saxophone buatan Amerika? Ini dia Alto Saxophone merek CONN made in USA. Harga @ Rp 6,5 juta. Berasa mahal? Ditawar aje...

Anton Sax

Friday, October 29, 2010

LAIN DULU LAIN SEKARANG


Duapuluh lima atau tigapuluh tahun lalu, pemilik saxophone perorangan di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Begitu juga dengan para pemainnya. Ya, dulu saxophone kebanyakan dimiliki hanya oleh instansi ataupun korps musik saja. Mungkin karena harganya (harga barang baru) yang masih mahal pada waktu itu. Bagi orang kebanyakan, saxophone masih merupakan barang mewah yang jauh dari jangkauan. Kalaupun pengin, orang hanya bisa ngiler dan kemecer...

Tapi dua atau tiga tahun belakangan ini berkat kemajuan tehnologi produksi, beberapa negara di Asia (China, Taiwan) mulai memproduksi saxophone. Dengan disain model yang kontemporer (persis seperti model saxophone merek2 terkenal), dan dengan cara pembuatan yang sangat efisien serta ongkos2 kerja yang ekonomis, maka saxophone2 baru buatan mereka itu bisa dipasarkan ke seluruh penjuru dunia dengan harga miring dan sangat bersaing. Memang hiya sih, merek2 mereka belum terkenal. Tapi meskipun merek tidak terkenal kualitas produknya tidak kalah, bisa diadu...

Nah, sekarang inilah kesempatan kita2 untuk mewujudkan keinginan bisa memiliki serta bermain saxophone. Dengan harga saxophone yang kini sudah lebih bisa dijangkau, kenapa kita tidak mulai belajar saxophone kayak teman2 yang lain yang sudah lebih dulu mulai belajar. Nge-sax (main saxophone) asyik lho. Coba saja...

Dan Rumah Tiup menyediakan saxophone2 baru merek Maxtone dan Valentine dengan harga kisaran 4 - 5 juta. Bagi yang belum bisa akan diajari sampai bisa, gratis. Barang digaransi, kalau ngadat bawa saja ke Rumah Tiup untuk diperbaiki. Kalau ingin tukar tambah, boleh juga. Yang penting, teman-temin bisa bermain saxophone, kita udah turut hepi...

Semoga saja tak lama lagi ada banyak saxer di Indonesia, menyemarakkan belantara musik di Indonesia, tralala dan trilili, preeeet!

Wis ngono wae.

Anton Sax

MENGAPA BARITON SAX SELMER SUPER ACTION INI DIKOLEKSI

Katanya nih, saxophone besar bersuara ngebas model kayak Bariton inilah yang pertama kali dibuat oleh penciptanya yaitu pak Adolphe Sax (biasa juga dipanggil Anton Sax). Meskipun ukurannya besar namun alat musik tiup yang satu ini gampang saja dimainkan berkat tombol2 pengendali nadanya yang sudah dimodif sedemikian rupa sehingga orang tak lagi tergantung pada besarnya ataupun jarak ujung2 jari guna membuka dan menutup lubang2 pengatur nada. Mekanisme buka tutup lubang nada kini menggunakan sistim klep2 bertangkai. Nah, berangkat dari saxophone besar ini kemudian baru dibuat berjenis-jenis saxophone lain dengan ukuran yang bervariasi. Dan karena perannya sebagai tonggak sejarah penemuan saxophone, maka saxophone jenis bariton ini patut dikoleksi.

Merek Henri Selmer Paris, dibelantara saxophone menduduki posisi paling top. Salah satu modelnya yaitu Super Balance Action yang diluncurkan sekitar tahun 1936 telah menjadi acuan bagi model2 saxophone masa kini. Model saxophone serupa Super Balance Action itu banyak disukai oleh para pemain saxophone berkaliber, terutama karena enak dipakainya. Dan sebagai penyandang gelar disain panutan, maka saxophone Henri Selmer Super Action 80 seri II made in France (pengembangan dari model Super Balance Action), layak juga dikoleksi.

Diantara saxophone merek lain, Saxophone Bariton Selmer Super Action ini berharga paling mahal. Oleh karenanya baik juga untuk dikoleksi, ee..., ngiras berinvestasi. Makin tua nanti si dia akan makin menjadi. Begitu kira2...

Anton Sax

Thursday, October 28, 2010

KOLEKSI TERBARU, BARITON SAX SELMER SUPER ACTION 80 SERI II



Bariton Sax Henri Selmer Super Action 80 seri II made in France hari ini, Jum'at 29 Okt 2010 masuk dalam daftar koleksi Rumah Tiup.

SONTOLOYO


Sontoloyo itu kata bahasa Jawa yang artinya gembala itik (bebek). Ndilalahnya, saxophone itu punya paruh dan leher yang mirip2 punya si bebek. Jadi bolehlah si "gembala saxophone" itu kini disebut sontoloyo. (Bukan berarti saxnya loyo lho...)

(Gambar hsl modif google image)

Anton Sax

Tuesday, October 26, 2010

KOLEKSI KOK SAXOPHONE


Saxophone itu bukan sekedar benda artistik yang apik kala dipajang ataupun dikenakan seperti kulit macan, gading gajah, intan berlian, guci, motor Harley, mobil Jaguar dsb, namun dia alat musik tiup yang enak dimainkan dan suaranya merdu, yang mampu membuat kita jadi pintar (memainkan), membuat kita bisa terhibur dan menghibur. Sosoknya ringkas, tidak makan tempat. Irit, tidak makan listrik. Perawatannya pun gampang serta barangnya awet. Ragamnya banyak dan modelnya beraneka. Dia juga menjadi simbol kerukunan karena musik itu agawe rukun. Jadi patutlah kiranya saxophone itu dikoleksi. Ini miturut pendapat saya lho…

Dan beberapa kriteria saxophone yang dikoleksi diantaranya yang tua, bersejarah, langka, cantik, serta unik. (Selain saxophone juga dikoleksi alat musik tiup lain yang telah menjadi sumber inspirasi terciptanya saxophone, seperti misalnya flute, trumpet, clarinet, oboe, bassoon dll.)

Saxophone2 tua produksi sebelum atau tak lama sesudah PD II itu kebanyakan memiliki model yang bervariasi, sangat berbeda antara merek yang satu dengan yang lainnya dan ini cukup mengesankan. Kondisinya umumnya tidak mulus lagi tapi sudah penuh carut marut bekas jejak jari tangan, jejak kehidupan masa lalunya.

Saya justru suka dengan carut marutnya itu. Melihatnya, saya malah bisa berfantasi sesuka hati, mengarang-ngarang cerita pengalaman hidupnya. Mungkin saja diantara benda itu ada yang memiliki riwayat yang dramatis dan ironis. Mungkin saxophone tua itu pernah dipakai mengiringi pesta dansa-dansi para penguasa. Sementara mereka berpesta, sementara rakyat jelata dibiarkannya kleleran dan sengsara, kala itu...

Atau juga ada yang mungkin telah disalah gunakan, telah dimanipulasi sedemikian rupa oleh pemiliknya, seorang noni jelita keturunan Belanda. Jejak kasusnya masih bisa dilacak dari noda bekas lipstik yang belepotan menempel di piranti tiupnya. Rupanya piranti itu bukannya ditiup dengan benar tapi malah telah dikulum-kulum tidak karuan. Ada2 saja...

Dan kini sejibun saxophone2 tua itu telah terkumpul, terkoleksi. Ternyata lho, di tanah air kita tercinta ini banyak tersimpan alat-alat musik tiup peninggalan jaman Belanda. Selain yang sudah terkumpul itu, di luar sana tentunya masih ada banyak lagi. Persoalannya adalah, bagaimana membangunkan benda itu dari tidur panjangnya di sudut berbagai gudang di berbagai kota.

Ya, mereka itu perlu dibangunkan, dibangkitkan, disehatkan dan dipelihara agar dapat berperan kembali menyemarakkan dunia yang indah tiada tara ini, agar mereka dapat kembali berlagu tralala dan trilili menghibur hati…

Begitu kira2...

Anton Sax

Monday, October 25, 2010

JURUS JITU ALA TINA, DARI SATU (BIKIN) JADI SERIBU


Dasar saya ini kemaruk, sudah punya satu saxophone rasanya kok belum cukup. Penginnya nambah lagi dengan jenis saxophone yang lain. Memang hiya sih saxophone itu ada berjenis-jenis, diantaranya tenor, alto, dan soprano. Dan masing2 saxophone berukuran besar, sedang dan kecil itu mempunyai wilayah nada yang saling berbeda, yang besar atau tenor bersuara ngebas dan yang mungil atau soprano melengking. Nah, untuk bisa lebih enak mengiringi orang nyanyi perlu kiranya saya melengkapi sax tenor yang saya punya itu dengan sax alto.

Ngebetnya sudah pol-polan, tapi lha wong saya ini cuma pegawai kecil yang bergaji kecil, lalu darimana anggaran bakal pembeli alto? Manyunlah saya berhari-hari, mikirin gimana caranya cepet dapet duit. Nabung sih bisa saja, tapi khan perlu waktu lama…

Barangkali lantaran tak tega melihat saya bermuram durja, suatu ketika tak diduga tak dinyana, Tina, ibunya anak2 nyeletuk:”Pah, kalau pengin nambah saxophone, kenapa kita tidak jual dulu saxophone yang ada. Ntar hasilnya bisa untuk beli dua. Kalaupun nombok khan tidak banyak”. Mendengar usulan itu sayapun terlonjak girang. Ee, ternyata Tina bojoku itu selain cantik juga cerdas…

Mulailah aksi pertama dilakukan yaitu memasang iklan kecil di harian Pos Kota, koran lokal Jakarta. Pagi terbit, sorenya barang terjual. Tiga hari kemudian saya sudah punya lagi dua buah saxophone alto dan tenor idaman. Sejak saat itu urusan menjual maupun berburu saxophone, alat musik yang enak ditiup dan merdu itu, menjadi suatu kegiatan yang mengesankan, maksudnya menyenangkan dan lalu berubah menjadi hobi yang getol Tina lakukan. Hasilnya, dari satu buah saxophone tenor itu kini telah berbuah menjadi banyak.

Ini semua terjadi berkat ide brilian, berkat jurus sederhana namun jitu made in Tina yaitu jual satu untuk beli dua, jual dua untuk beli tiga, jual tiga untuk beli empat dst, yang terbukti telah berhasil memberanak-pinakkan saxophone, membuatnya dari satu bisa jadi seribu…

Dan manakala kita berada ditengah kumpulan benda2 itu, di antara saxophone2, kita akan merasakan betapa mereka itu dibuat dengan tujuan untuk menyenangkan kita. Alat itu telah dibuat sedemikian rupa sehingga enak dimainkan. Dibuat sebegitu rapi sehingga enak dipandang. Dibuat sebegitu cantik sehingga kita jatuh hati. Ya, pastilah mereka itu digarap dengan sepenuh rasa dan sepenuh cinta, untuk kita2. Ah...

Anton Sax

Thursday, October 21, 2010

RUMAH TIUP BUKAN RUMAH BIASA



Versi: Sobat Setia

Ini kisah tentang sebuah rumah yang terletak di tengah perkampungan kawasan Pasarrebo Jakarta Timur, dimana pemiliknya, pasutri Anton & Tina, begitu sangat mencintai alat musik tiup terutama saxophone, sehingga mengkoleksi dan menghiasi rumahnya dengan sejibun alat musik tiup nan sensasional itu.

Tak hanya mengkoleksi, mereka juga berupaya menularkan kesenangan, berusaha agar saxophone benda yang menyenangkan itu bisa lebih dikenal, digemari serta dimiliki oleh masyarakat luas.

Di rumahnya, selain barang koleksi pribadi, terlihat juga saxophone dan macam2 alat musik tiup lain, seken maupun baru, yang disiapkan khusus untuk dijual kepada mereka yang menginginkan. Harganya miring, kualitasnya prima, dan ada pelatihan gratis bagi yang belum bisa.

Awalnya jual-beli itu dilakukan secara sambil lalu dan kecil2 an saja, namun persis disaat negara ini dilanda krismon pada tahun 1998, aktifitas jual-beli alat musik tiup itu mulai ditingkatkan. Bahkan kemudian malah dijadikan sebagai sumber penghidupan, sumber rejeki menggantikan penghasilan Anton sebagai pegawai swasta yang dirasa kurang menjanjikan. Bersama Tina sang nyonya, Anton mulai menggiatkan bisnis jual beli dan reparasi aneka jenis alat musik tiup, saxophone, clarinet, flute, trumpet, oboe, fagot dll., di rumahnya.

Lantaran hampir semua kegiatan jual-beli, mengajari dan mereparasi itu berlangsung di rumah saja maka Anton tak perlu lagi pergi kemana-mana, tak perlu buang waktu percuma di kemacetan jalanan. Dan karena ada banyak waktu, maka Anton bisa makin asyik mengasyiki hobi bersaxophone yang memang sejak lama ditekuninya, juga bisa asyik menulis, melukis dsb. Sementara Tina, selain masih demen bikin lemper kini sibuk mengurusi transaksi sambil sesekali matri-matri memperbaiki saxophone atau apa saja yang ngadat.

Sehari hari Anton & Tina berduaan saja mengurus usaha.“Berduaan gini, asyik lho…” celetuk Tina sambil ketawa-ketiwi hepi. ”Ternyata, kalau kita mau” kata Tina. “Atau kalau terpaksa” timpal Anton.” Hobi bisa disulap menjadi suatu usaha mandiri dan bisa menjadi sumber rejeki yang tak henti menghidupi” kata Anton & Tina nyaris berbarengan.

Sekarang genap 12 tahun kegiatan bisnis itu berlangsung dan pelanggan Anton & Tina sudah banyak tak terkira, ada ribuan. Rumah tinggal yang dibangun pada tahun 1990 itupun kini dikenal oleh para pelanggan dan khalayak sebagai “Rumah Tiup”, sebuah alamat yang enak untuk diucapkan.

Rumah Tiup, kalau dilihat dari modelnya sih biasa saja, tapi aktivitas di dalamnya memang agak luar biasa. Ya, rumah itu telah berkembang dari sekedar rumah seperti pada umumnya berubah menjadi tempat yang istimewa, menjadi semacam sarang kolektor alat musik tiup, sekaligus menjadi pusat jual beli serta menjadi tempat bertemu dan berkumpulnya para penggemar alat musik tiup dari berbagai kalangan, tua-muda, laki-perempuan.

Betul, di sana di Rumah Tiup, ada kehangatan dari teman2 sesama penggemar yang kadang berkumpul saling berbagi ilmu dan pengalaman, ada keramahan, ada keriangan, ada informasi seputar saxophone yang bisa dipungut, ada aneka barang koleksi yang bisa dilihat ataupun dicoba tiup, dan ini dia…, ada sejoli kakek & nenek yang rela melakukan apa saja demi tercapainya keinginan untuk berbagi kebahagiaan melalui saxophone, benda yang sangat dicintainya, yang menyenangkan, enak ditiup dan merdu itu.

Maka tak heran kalau Rumah Tiup banyak dikunjungi oleh para penggemar dan calon penggemar. Di blog “Tina Saxophone Music Gallery” yang dikelolanya, Anton menulis: “Rumah kini ditata serupa galeri. Berbagai alat musik tiup, saxophone, trumpet dan sebangsanya terpajang di sana-sini. Lokasinya yang di tengah perkampungan tak juga menyurutkan minat para penggemar dan calon penggemar untuk tetap mau "blusak blusuk" datang. Mereka datang demi mewujudkan impian untuk memiliki dan bisa memainkan saxophone yang telah lama diidamkan".

Itulah antara lain penyebab mengapa Rumah Tiup terasa istimewa. Ternyata di sana ada mimpi yang bakal terwujud…

Wis jan, pancen bener, Rumah Tiup bukan rumah biasa…

Jakarta, 22 Oktober 2010
Buat dr.Hingawati, sobat setia. Selamat Ultah pada hari ini.

Monday, October 18, 2010

Da Ai TV saluran 59 UHF (Jakarta) dan 49 UHF (Medan)

Da Ai TV adalah sebuah stasiun televisi milik Yayasan Tzu Chi yang disiarkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Sesuai misinya, Da Ai TV memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa dan negara. Siarannya terdiri dari drama, dokunews, talkshow, kartun, dokumenter, dan liputan cilik.

Dengan semangat Kebenaran, Kebajikan dan Keindahan, DAAITV hadir sebagai sebuah stasiun TV keluarga yang membawa manfaat positif bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu acaranya bertajuk Mata Hati. Mata hati menyajikan liputan-liputan tentang kisah kehidupan manusia, dikupas secara mendalam dengan sentuhan humanis. Mengajak pemirsa untuk melihat dengan mata hati dan memaknai kehidupan dari sisi yang berbeda. Mata Hati membagi informasi dan cerita tentang berbagai kegiatan sosial kemanusiaan, pengembangan masyarakat, pelestarian lingkungan,serta aktivitas sosial di dalam maupun luar negeri.

Dan..., "Rumah Tiup" telah menjadi salah satu "bahan liputannya" serta akan ditayangkan mulai hari Selasa dan Rabu besok ini.

Tonton ya liputan tentang "Rumah Tiup" di DAAI TV saluran 59 UHF (Jakarta) dan 49 UHF (Medan),dalam program "Mata hati",5 kali tayang, hari Selasa tgl 19 oktober 2010 jam 18.30 petang,jam 23.00 malam dan hari Rabu 20 oktober 2010 jam 6.30 pagi,jam 11.00 siang serta jam 15.30 sore.

Semoga bermanfaat.

Anton Sax

Friday, October 15, 2010

TONTON YA

Hallo teman2, tonton ya "Rumah Tiup ada di RCTI" tayang ulang hari minggu pagi jam 05.30 dalam acara seputar Indonesia pagi. (Minggu pagi 17 Oktober 2010 jam 05.30). Terima kasih kepada mas Ainam Wicaksono dan mbak Astri selaku produser n reporter.

Wednesday, October 13, 2010

LUAR KEPALA


Main saxophone itu enaknya sembari merem-merem (atau merem-melek?). Jadi kita perlu menghapal notasi suatu lagu itu di luar kepala. Ya, kalau kita sudah hapal luar kepala, ditanggung nge-sax bakalan asyik deh. Mata ini tak perlu lagi melek memelototin buku lagu. Gitu loh...

Anton Sax.

JUWITA MALAM



Ini lagu jadul tapi abadi sepanjang masa. Jadi lantunkan saja lagu ini dengan saxophone dan biarkan bokap mengiringi pakai organ en nyokap menyanyikan syairnya..., Juwi, Juwi, tralala en trilili. Piye Jal?

Anton Sax.

Sunday, October 10, 2010

BUKAN UNTUK DIINJAK


Sax itu tempatnya bukan dibawah, untuk diinjak, tetapi diatas, sejajar dengan kita, untuk ditiup dan dicintai. Halah...

Anton Sax

SIAPA TAK SUKA?


Siapa yang tak suka, main saxophone hepi2 bersama teman-temin, ee..., pulangnya dapet amplop en ampao.

Ya, itulah nasib pengesax tua (tua2 keladi) ini.

Memang, untuk bermain saxophone riang-ria, usia tak jadi hambatan. Tua-muda, semua bisa. Dan sampeyan..., juga pasti bisa lah yauw.

Wednesday, October 6, 2010

SIAP BERAKSI


Ini potret si tenor "Marsinem" yang sedang menunggu waktunya tiba untuk ditiup.

Monday, October 4, 2010

HITAM-HITAM, NGAPA TIDAK?


Biasanya kalau malam Minggu saya ada main, Jum'at siang saya sudah harus ngecat rambut.

Ya, beginilah nasib "pengesax tua". Dandan besus mlipis rapi jali pakai jas en dasi jadi tak guna kalau rambut terlihat putih memplak. Rambut kudu legam, dan kumis juga harus hitam, biar tidak kalah "pamor" kambek yang punya hajat. He he...

Dan inilah potret saya paling mutakhir, semuanya serba hitam. Kemeja hitam, jas hitam, celana hitam, rambut hitam, kumis hitam serta tak ketinggalan...., kacamata hitam.

Serba hitam ala ninja (cuma kagak pakai cadar) ini sudah menjadi semacam kostum wajib disaat saya harus tampil nge-sax, tak peduli siang ataupun malam.

Gitu deh...

Anton Sax

RUMAH TIUP, SAXOPHONE PALACE


Sebenarnya kita lagi bingung nih, ngarang sebutan buat "Rumah Tiup". Mau nyebut
"Rumah Tiup, Bursa Saxophone", ee..., kok kesannya kayak jual beli saham (Bursa Saham). Mau nyebut galeri, ee..., kok galeri.

Jadi gimana kalau kita sebut saja:"Rumah Tiup, Saxophone Palace"? Soalnya khan saxophone itu ibarat rajanya alat musik tiup, sehingga Rumah Tiup cocok kiranya menjadi kediamannya, menjadi istana bagi saxophone.

Piye Jal?
Anton Sax