Lokasi Pengunjung Blog
Sunday, October 16, 2016
BISNIS HOBI BUKAN BISNIS BIASA
RUMAH TIUP – Tina Saxophone
Bisnis hobi, bukan bisnis biasa.
PENGANTAR KATA
Hobi identik dengan biaya. Oleh karena itu hobi harus dikelola, agar dia bisa membiayai dirinya sendiri. Hobi perlu dikelola agar bisa memberi manfaat dan suka cita yang semakin besar dan tiada henti. Dan ketika hobi menjadi bisnis, maka bisa diharapkan bisnis hobi itu bakal awet, tangguh, dan akan berjalan dengan penuh hasrat, semangat serta kegembiraan......
AWAL CERITA
Meskipun makan ongkos tapi kalau menyangkut soal hobi, tetap saja akan dikejar. Kalau dituruti bisa2 hobi menguras anggaran belanja. Njut piye? Solusinya antara lain adalah dengan menyulap hobi menjadi bisnis, untuk meringankan pembiayaannya.
Itulah jurus yang Rumah Tiup pakai dalam upaya mengkoleksi saxophone kegemaran, jual dulu beberapa saxophone yang ada untuk beli lebih banyak lagi. Jurus itu dilakukan berulang-ulang hingga tak terasa jumlah koleksi kian waktu kian bertambah. Ibaratnya, dari satu kini jadi seribu. Senengnya pol. Bayangkan, punya satu saxophone saja sudah hepi apalagi ada banyak. Hmm....
BISNIS HOBI BUKAN BISNIS BIASA.
Dari cerita diatas tergambar kalau tujuan jual beli saxophone pada awalnya adalah untuk hobi menambah koleksi, menambah kesenangan. Modalnya bukan sejumlah uang yang banyak melainkan hanya bermodal satu atau dua buah saxophone kesayangan. Dalam menjualpun tidak dilakukan dengan jual “begitu saja”, melainkan ada rasa tanggung jawab atau keinginan agar pembeli benar2 menyukai dan bisa memainkan saxophone yang dibelinya itu. Hal ini nyata berbeda dengan bisnis jual beli biasa yang pada umumnya berorientasi pada profit semata,
Bisnis hobi mengandumg unsur rasa, rasa sayange, rasa senenge. Harapan besar dikala menjual, semoga pembeli juga ada rasa seperti kita yang menjual. Semoga saxophone yang dibelinya itu bermanfaat dan mendatangkan suka cita. Itulah sebabnya mengapa Rumah Tiup memberikan pengajaran gratis sampai bisa serta garansi buat para pembeli. Ini untuk memastikan bahwa harapan enjoy itu akan terwujud. Akan sangat menyedihkan kalau saxophone yang dibeli itu kemudian tersia-sia tak digunakan karena rusak ataupun karena kurang bisa memainkannya. Sebaliknya, akan membahagiakan ketika pembeli yang pada awalnya datang ke Rumah Tiup tanpa bisa apa2, lalu selang beberapa waktu kemudian setelah diajari jadi pintar bertralala trilili bermain saxophone. Ya, rasa bahagia itulah sesungguhnya keuntungan utama dari bisnis hobi seperti yang Rumah Tiup lakukan. Bahwa ada juga keuntungan materi, itu benar tapi bukan merupakan tujuan utama.
Saat jualan kita senang, begitu juga rasanya ketika kita beli saxophone lagi. Saxophone itu ada bermacam jenis, merek, model, ukuran, warna dsb, sehingga kalau nemu “barang baru” yang berbeda dengan koleksi yang sudah ada, maka takjublah rasanya, dan masuklah saxophone itu ke dalam daftar, nambah koleksi...., asyiknya nambah.
MENGAJARI GRATIS, BERGARANSI
Semangat berbagi suka cita tercermin didalam publikasi Rumah Tiup, yakni mengajari gratis sampai bisa serta memberi garansi atas pembelian saxophone. Tidak hanya itu, Rumah Tiup juga menjamin barang dalam kondisi prima serta harga yang bersahabat dan ada pertemanan karena semua pelanggan otomatis menjadi keluarga besar Rumah Tiup. Ini rupanya menjadi daya pikat yang kuat bagi calon2 pelanggan. Bayangkan..., diajari gratis!.Dan dijamin pasti bisa. Keren khan...? Seneng khan...?
“Ngliatnya aja udah suka, apalagi bisa punya, apalagi diajari lalu bisa main saxophone..., wiiih, whuaduuuh.” Begitu komentar rata2 pelanggan dengan ekspresi wajah yang berbinar.
Tentang mengajari gratis ini ada banyak teman yang terheran-heran dan bertanya setengah protes:
”Kok gratis sih? Bukankah biaya kursus itu mahal, apalagi kursus saxophone? Kalau narik bayaran khan lumayan...”
“Hiya sih...” kata saya. “Boleh saja ongkos belajar itu mahal. Tapi menurut saya mengajar itu tak lain adalah transfer kebahagiaan, dan untuk urusan membahagiakan itu idealnya harus tanpa pamrih alias gratis, seperti orang tua mengajari putra-putrinya.”
Mendapat jawaban yang seperti pidato itu teman2 kayaknya semakin bingung. Dalam hati mungkin mereka ngomong:”wong edan...” Dalam hati pula saya jawab:” Luweeehhhh...”
BISNIS HOBI, TAK ADA MATINYA
Rumah Tiup yang mengkoleksi, jual beli dan mereparasi saxophone sudah berjalan selama 28 tahun. Jumlah pelanggan sudah lebih dari 4 ribu orang, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Lokasi Rumah Tiup ada 3, pusatnya di Pasar Rebo Jakarta serta dua cabangnya di Cibubur serta Jogja. Dua cabang tersebut dikelola oleh kedua anak kita, kakak beradik, mas Didiet dan mas Risma.
Dan sebagai suatu usaha, mencapai usia 28 tahun itu termasuk lumayan awet, hampir separo umur saya. Kedepan, kalau Rumah Tiup dikelola dengan hasrat yang sama seperti sekarang, bisa diharapkan keawetannya bakal bertambah alias panjang umur. Harapan panjang umur ini didukung oleh kenyataan bahwa musik tidak akan ada matinya. Generasi boleh silih berganti tetapi musik dan bermusik akan tetap tumbuh berkembang.
BISNIS HOBI, TAK PUNYA PESAING
Bagi Rumah Tiup tak ada istilah pesaing. Kalaupun ada, kita memaknainya sebagai teman yang ingin turut berperan serta memasyarakatkan saxophone di Indonesia, sesuai dengan tujuan yang kemudian dikembangkan oleh Rumah Tiup. Yang tadinya Rumah Tiup berbisnis sekedar ingin menambah koleksi, kini lalu berkembang jadi ingin memasyarakatkan saxophone, ingin mengajak sebanyak banyak masyarakat Indonesia untuk bersaxophone riang ria.
AKHIR KATA
Menggarap hobi menjadi bisnis sangatlah menyenangkan, tidak ada capeknya. Dan diantara banyak hobi, ada juga hobi yang punya potensi untuk dibawa lebih jauh lagi dari sekedar dijadikan bisnis, yaitu bisa kita bawa dan pakai sebagai sarana untuk berbagi, melayani, menebar kasih, damai, sejahtera serta suka cita.
(Yang seperti itu bolehlah disebut sebagai “Bisnis hobi dengan kerendahan hati”)
Punya hobi? Yuk, berbisnis.!
Salam tiup, tet tet towet
Anton Prihardianto, hobi mengkoleksi dan bermain saxophone
Tina Saxophone, hobi dagang dan nukang.saxophone
Subscribe to:
Posts (Atom)