Lokasi Pengunjung Blog

Saturday, January 17, 2009

SAXOPHONE ALA TOBACCO PIPE


SAXOPHONE ALA TOBACCO PIPE

Kesan pertama ketika dulu saya melihat sosok saxophone adalah:” Ee.., lha kok apik tenan, melengkung kayak pipa cangklong, kayak pipa rokoknya mbah Kakung”. Ya.., bentuk keduanya pancen agak mirip. Bedanya, yang satu berukuran bongsor yang lain bonsai alias imut. Dan sekarang setelah seluk beluk saxophone sedikit saya kenal, ee.., lha kok saya tertarik juga ingin tahu soal apa dan siapa sih sebenarnya pipa cangklong alias tobacco pipe itu…

Selain mbah Kakung yang saya kagumi, ternyata banyak tokoh2 terkenal seantero jagat yang gemar merokok cangklong. Semisal, Einstein, Mc. Arthur, Salvador Dali hingga tokoh kartun Popeye. Di dalam negeri ada pelukis alm. Affandi yang gemar melukis potret dirinya sedang merem melek en klepas klepus menghisap rokok lewat pipa cangklong. Para bangsawan tempo dulu pun ditengarai suka merokok cangklong. Jadi boleh dibilang merokok pakai cangklong itu gaya ngrokoknya golongan “papan atas”. Wis tho, pokoknya kalau seseorang sudah nyangklong, bakalan deh terlihat keren . Terlihat bonafide dan mantaaab…

Ritual merokok cangklong sudah ada sejak 4 abad lalu. Dikenalkan pertama kali oleh Sir Walter Raleigh. Beliau membuat pipa cangklong dan mengajari rekan2 sesama bangsawan Inggris cara merokok cangklong. Sejak itu, tahun 1602, merokok cangklong (pipe smoking) menjadi populer di seluruh Eropa, India, China dan Jepang. Popularitas cangklong ini sedikit menurun saat rokok cerutu mulai beredar. Namun ini tidak berarti cangklong kehilangan penggemarnya. Para perokok cangklong lebih banyak menikmatinya di rumah, nyangklong sembari nongkrong ataupun ngopi dan baca2 apa saja…, cari inspirasi.

Satu hal dari cangklong yang sangat menarik perhatian adalah modelnya yang ada 1001 macam. Selain yang bermodel bebas (free hand) ada pula yang bergaya tradisional. Setiap bentuk memiliki sebutan khas, misalnya: mouthpiece (bagian ujung pipa yang diemut) berbentuk lurus, setengah bengkok atau bengkok banget, pendek, sedang, panjang atau panjang banget dsb. Kemudian bagian bawah cangklong yang gendut, biasa disebut bowl, dimana tembakau ditempatkan, ada yang berbentuk bulat serupa tomat, lonjong kayak telur, atau seperti apel, seperti pot bunga, seperti mangkok bola biliar, kayak bunga tulip dll. Banyak pula model yang dihias, diukir sangat cantik sehingga berkesan sebagai karya seni bermutu tinggi. Jumlah pengrajinnya pun ada banyak. Yang terkenal antara lain Dunhill, Peterson. Porche, Savineli dan masih sejibun lagi.

Sebagai bahan dasar cangklong umumnya adalah akar kayu briar (Briar Root) yang sudah berumur puluhan tahun. Ini sejenis pohon bunga, tumbuh di Eropa hingga Afrika. Briar memiliki tingkat kekerasan yang cukup (berat jenisnya 0,9 atau satu setengah kali lebih keras dibanding kayu jati), dan memiliki motif yang cakep, menyerupai gambaran rajangan daun2 tembakau. Untuk bagian mouthpiece biasa dipakai material ebonite, ataupun amber. Namun ada juga yang membuat cangklong dari bahan lain seperti porselen, batu karang dll.

Itulah secuil kisah tentang pipa cangklong. Dan kalau sampeyan tertarik ingin merasakan sensasi merokok cangklong, silahkan berkunjung ke Rumah Tembakau “MBAKO TINGWE” (lihat: link teman). Di sana tersedia pipa cangklong plus tembakau dan “saus” nya. Nikmati rasanya jadi ningrat dengan…, cangklong.

Dari cerita di atas kita jadi tahu bahwa cangklong itu mempunyai banyak variasi bentuk, tidak seperti saxophone yang bentuknya “gita-gitu aja”. Jadi bagaimana kiranya kalau saxophone itu dikembangkan sehingga bentuknya bervariasi. Misalnya corongnya dimodel serupa tomat, serupa tulip atau lily, serupa kepala naga, serupa ular kobra dst., dsb., dll. Ya…, ngapa tidak?

Piye Jal?

Anton Prihardianto
Sax Mania.

No comments: