Lokasi Pengunjung Blog
Sunday, February 1, 2009
JOGYA, JOGYES..., kampung halaman
Berikut ini cerita kita tentang kampung halaman yang dikutip dari blog kita yang lain (alamatnya ada di Link Teman, GALERI ANTIK SERBA JADUL).
Jogya, Jogja, Yogya, Yogja dan Jogyes. Ah…, banyak nian nama alias untuk menyebut kota antik, kota sejuta kenangan itu. Dan memang, pancen en sungguh saya punya, tidak hanya satu atau dua, tapi ada sejuta kenangan di kota itu karena …, “ku dibesarkan oleh ibuku (dan bapakku), dikampung halamanku”. Yes, Jogya is kampung halaman!
Di sana, sebagai pusat kota adalah kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, pada tahun 1756. Dan kata Ngayogyakarta itu berasal dari kata ng-ayu-agyo-karto (ayu : beautiful, noble, agyo from ageyo : built, karto : prosperous), it has a meaning that the country was built with a noble wish to bring prosperity. Begitulah ujar salah satu sumber. Nama Ngayogyakarta tak lagi sering disebut. Orang lebih suka menyebutnya Yogyakarta, Yogya, Jogya delele.
Di seputar kraton Jogya terdapat aneka bangunan kuno yang hingga kini masih bertahan semisal: Kantor Pos di utara kraton. Gedung Agung, ada sedikit lebih ke utara lagi, lalu Pasar Beringharjo di sisi jalan Malioboro, stasiun Tugu dsb. Nah, dulu saya tinggal tak jauh dari stasiun kereta api itu, kira2 ditengah antara stasiun dan pasar Beringharjo, dekat dengan jalan Malioboro, yakni di kampung Kemetiran Kidul, kecamatan Gedong Tengen.
Rute jalan dari Kemetiran Kidul, Dagen, Malioboro, Pasar Beringharjo, Gedung Agung dan Kantor Pos, ulang alik, biasa saya lalui (saya jalan kakiin), karena dulu saya bersekolah menuntut ilmu di SD dan SMP Bruderan (Pangudi Luhur) Kidul Loji yang terletak persis di belakang gedung Kantor Pos, di angka kilometer kisaran 0,2 km.
Lha kalau Bruderan itu di km 0,2 lantas titik kilometer nol di mana? “Titik nol” kilometer itu adanya ditengah tengah prapatan jalan depan Kantor Pos, atau lebih dikenal dengan sebutan prapatan kantor pos.
Acara Pasar Malam Sekaten biasa dilangsungkan di Alun Alun persis di depan Kraton Jogja. Aneka ragam jajanan dan hiburan rakyat digelar. Dan..., dari sanalah kisah tentang saxophone ini bermula: Bocah kecil itu berdiri terpaku di depan panggung hiburan pasar malam "Sekatenan". Bukan pemainnya yang menarik perhatian, tapi alatnya itu lho! Kereeeen....
Itu jaman dulu (jadul) ..., sekian puluh tahun lalu.
Gitu deh...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment