Lokasi Pengunjung Blog

Wednesday, August 19, 2009

JEMBATAN KELEDAI


Dulu, di sekolah, banyak guru yang kadang memberikan cara-cara untuk memudahkan kita mengingat, atau kiat-kiat menghapal. Saya masih ingat bahwa “cara mengingat” itu kerap di sebut sebagai “jembatan keledai”. Seperti misalnya untuk mengingat secara berurutan ke tujuh warna warni pelangi, kita bisa menggunakan kata singkatan: mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu). Atau misalnya untuk memecahkan soal perkalian seperti ini:
11 x 11 = 121
21 x 11 = 231
12 x 11 = 132
34 x 11 = 374
36 x 11 = 396
63 x 11 = 693
dst.
Soal perkalian seperti diatas dapat dengan mudah kita selesaikan dengan menggunakan “jembatan keledai” alias jembatan pengingat, yaitu: dua angka yang dikalikan sebelas, hasilnya sama dengan bilangan kedua angka itu yang mengapit jumlah kedua angka. Jadi misalnya 21 dikalikan 11, hasilnya adalah 231.

Dan asal mula ungkapan "jembatan keledai" ini, menurut Papi Ray di majalah elektronik Papyrus, diambil dari bahasa Belanda: ezelbrug atau ezelbruggetje. Ezel - keledai, kuldi, brug / bruggetje - jembatan / jembatan kecil. Konon kata ini diambil dari ungkapan bhs Latin yang sudah biasa dipakai di jaman pertengahan.

Pons Asinorum (jembatan para keledai) dinamakan demikian, karena menurut pengamatan, agar keledai dapat sampai ke tempat seberang dia hanya memerlukan blabag atau batang kayu yang kecil, dan dengan jembatan kecil ini dia bisa sampai ke tujuan.
Dalam hal menghafalkan sesuatu, membuat kunci ingatan kepada apa yang harus diingat dapat ditolong dengan membuat "jembatan keledai ini". Istilah Inggris yang sekarang dipakai ialah mnemonic device, sarana untuk mengingat-ingat sesuatu.

Dengan jembatan keledai itu, menghafalkan sesuatu memang menjadi gampang. Tapi yang sulit justru mbikin jembatannya itu lho...

Namun ini ada satu jembatan keledai yang bakal memudahkan kita2 untuk menghapalkan manakala kita bermain saxophone (atau apapun alat musik) pada kunci nada dasar yang berbeda beda, pada nada dasar G, D, A, E dsb.

Cara mengingat perubahan nada dasar tersebut, seperti yang biasa saya praktekkan, adalah sebagai berikut:

Kunci nada dasar “C”, merupakan kunci nada yang “netral”, artinya tanpa tanda kres (#) ataupun tanda mol (b).
Kunci nada dasar “G”, merupakan kunci nada 1 kres. Dan nada yang “kena kres” adalah nada “si” (7).
Kunci nada dasar “D”, merupakan kunci nada 2 kres. Dan nada yang “kena kres” adalah nada “mi” dan nada “si” (atau 3 dan 7 atau mi, si).
Kunci nada dasar “A”, merupakan kunci nada 3 kres. Dan nada yang “kena kres” adalah nada “mi” dan “la” dan “si” (atau 3 dan 6 dan 7 atau mi, la, si).
Kunci nada dasar “E”, merupakan kunci nada 4 kres. Dan nada yang “kena kres” adalah nada “re” dan “mi” dan “la” dan “si” (atau 2 dan 3 dan 6 dan 7 atau re, mi, la, si).
Kunci nada dasar “B”, merupakan kunci nada 5 kres. Dan nada yang “kena kres” adalah nada “re” dan “mi” dan “sol” dan “la” dan “si” (atau 2 dan 3 dan 5 dan 6 dan 7 atau re, mi, sol, la, si).

Sedangkan,
Kunci nada dasar “F”, merupakan kunci nada 1 mol. Dan nada yang “kena mol” adalah nada “fa” (atau 4).
Kunci nada dasar “Bes”, merupakan kunci nada 2 mol. Dan nada yang “kena mol” adalah nada “do” dan “fa” (atau 1 dan 4 atau do, fa ).
Kunci nada dasar “Es”, merupakan kunci nada 3 mol. Dan nada yang “kena mol” adalah nada “do” dan “fa” dan “sol” (atau 1 dan 4 dan sol atau do, fa, sol ).

Begitu seterusnya (silahkan cari sendiri kelanjutannya, untuk nada dasar Fis dan Cis).

Gampang khan…

No comments: