Lokasi Pengunjung Blog

Saturday, February 28, 2009

Mouthpiece pun bisa bernyanyi...



Dengan saxophone, kita bisa melantunkan lagu, tralala en trilili. Tapi pernahkah mencoba bernyanyi dengan menggunakan mouthpiece nya saja? Bener lho, mouthpiece saxophone (tentunya plus reed), itu bisa juga bernada. Tidak hanya satu atau dua nada, bahkan dia bisa menyuarakan nada2 hingga lebih dari 1 oktaf, dari nada sol rendah sampai nada do tinggi. Kok bisa?

Ya bisa dong, karena di antara reed dan mouthpiece saxophone itu terdapat celah yang dapat kita atur "bukaannya" alias lebar sempitnya dengan menggunakan bibir bawah. Ibaratnya selang air, kita bisa pijit2 ujung selang guna menghasilkan aliran air yang muncrat ke arah jauh atau cukup dekat2 saja. Begitu juga mouthpiece, semakin bibir kita ketat "memijit", nada yang dihasilkan akan semakin tinggi, dan sebaliknya, kala pijitan bibir kita kendorkan, suara mouthpiece akan bernada rendah.

Berlatih bernyanyi dengan mouthpiece ini penting, supaya bibir kita menjadi cukup fleksibel, sehingga bisa sukses menyuarakan nada2 rendah, terutama pada saxophone jenis tenor.

Silahkan melantunkan lagu "balonku ada lima", dengan menggunakan mouthpiece saja. Notasinya sbb: 3 4 5 1 5 3 5 1...., 2 3 4 2 5 4 3...., 1 1 6 6 7 1 5 ...., 3 4 5 4 3 2 1... dst.

Jadi, untuk berhasil mendapatkan nada2 bawah pada saxophone, posisi jepitan bibir kita di mouthpiece juga mesti mengendur. Gitu deh...

(Untuk mas Alvin di Tembagapura..., dicoba ya tehnik ini. Mas Arthur dan teman2 lain sudah bisa. Selamat belajar en semoga sukses).

Friday, February 27, 2009

Antara knalpot Harley Davidson dan Saxophone


Meskipun mirip knalpot motor Harley Davidson, tetapi antara saxophone dengan knalpot Harley tidak ada hubungan sama sekali. Gitu deh...

Antara sandal dan saxophone...


Sandal ini ada sepasang. Kalau hilang satu..., wah repot deh kita. Seperti juga neck dan body saxophone, itu sudah merupakan pasangan. Jadi kita mesti ekstra hati2 menanganinya, jangan sampai neck saxophone, terutama untuk sax alto, tenor dan bariton, itu hilang. Ya, neck saxophone itu beresiko bisa hilang atau kita lupa naruh, karena dia bisa dilepas dari body. Dan kalau neck itu sampai hilang, berabe deh...

Reed rasa duren...


Penginnya ada lho reed rasa duren, rasa coklat, rasa anggur, rasa straberi dsb. Namun dikhawatirkan ntar malah reed itu bukannya ditiup tapi malah cuma diklamut, nyam nyam nyam... (Atau malah..., dirubung semut!) Piye Jal?

Thursday, February 26, 2009

Ini Saxpot..., bukan pispot bukan fishpot

Mekar..., seperti bunga


Tak jemu2 mata ini memandang. Makin dipandang makin mempesona. Pucuknya melengkung, kemudian melurus, lalu melengkung lagi. Bonggolnya..., wiiih, lebar seperti bunga sedang mekar.

Dansa Yo Dansa...


Aslinya, saxophone dirancang untuk bersuara halus dan lembut, sesuai keperluan orkestra jaman itu, namun mengalami modifikasi setelah saxophone dipakai juga sebagai pengiring musik dansa.

Agar suaranya dapat bersaing dengan kerasnya bunyi trumpet yang meraung raung, dengan bunyi drum yang berisik, dengan hentakan kaki di lantai dansa dan dengan bunyi2 an lain di sekitarnya, maka mouthpiece yang merupakan sumber bunyi pada saxophone, dibuat menjadi lebih ramping dan lebih lancip. Hasilnya, suara menjadi lebih keras, lebih wah, tidak lagi sekedar weh.

Gitu lho...

Saturday, February 21, 2009

Saxophone Jadul...


Beginilah tampang saxophone jaman dulu (jadul) atau vintage. Perhatikan model "key guard" yang masih serupa kawat. Meskipun jadul namun tidak berarti kalah dengan saxophone kontemporer generasi masa kini. Bener lho...

Bayangkan...


Kalau udah mangku saxophone kayak gini ini, lupa deh mangku yang lain...
Piye Jal?

Tuesday, February 17, 2009

Monday, February 16, 2009

Danny Boy


Ini lagu, sangat enak dimainkan di kunci nada G (saxophone). Coba saja...

Nothing's Gonna Change My Love For You


Kalau kita main lagu ini di kunci C (saxophone), pada bagian yang ada keterangan: naik satu nada, kita perlu ganti kunci, dari C ke kunci D.

Wis, dicoba saja...

Sunday, February 15, 2009

Friday, February 13, 2009

Pinkie Finger...


Dalam permainan saxophone, kelingking mendapatkan kehormatan. Ya..., dia memperoleh peran lebih banyak ketimbang jempol ataupun jari telunjuk. Jari kelingking tangan kiri kita bertugas mengoperasikan empat tombol nada pada "pinkie table key" yaitu: nada G#, C#, B dan Bes. Sementara jari lainnya masing2 cuma kebagian satu tombol.

Jadi jangan dikira kelingking itu barang sepele, cuma buat ngupil. Kagak gitu deh...

Saxophone..., table key






Saxophone vintage dan saxophone moderen bisa ditengarai dari model "table key" atau juga disebut "pinkie table key" nya. Disebut pinkie table, karena key itu dioperasikan dengan menggunakan jari kelingking (tangan kiri).

Table Key saxophone jaman dulu, dirangkai mengarah ke dalam, sedang pada saxophone moderen mengarah ke luar, seperti dapat kita lihat pada gambar2 berikut.

Wednesday, February 11, 2009

Saxophone Congratulations...


Saxophone cake ini ditanggung enak deh. Manis...

Saxophone .., makin asyik aja.


Model saxophone berkembang seiring waktu. Dari mula2 sederhana kini menjadi sempurna. Tombol pengatur nadanya semakin lengkap, konstruksinya semakin kuat dan dimainkannya semakin enak. Ya, main saxophone..., makin asyik aja.

Saxophone jaman sekarang modelnya nyaris sama, meskipun mereknya berbeda beda. Perbedaan antara saxophone model lama dengan disain saxophone moderen sangat menyolok yakni ada pada bentuk "table key" nya, yang lama mengarah ke dalam sedangkan pada saxophone moderen table key itu mengarah keluar. Selain itu bentuk "guard" nya juga mengalami perubahan, dari guard berbentuk kawat menjadi bermodel plat.

Rupanya saxophone kini sudah menemukan disain standardnya. Dan yang menjadi acuan tak lain adalah model saxophone merek Selmer mark VII (menurut saya). Atau akankah disain saxophone masih akan berkembang lagi? Entahlah...

Dengan adanya standard model itu, apakah saxophone vintage, saxophone model lama jadi kurang menarik? Menurut saya kok tidak demikian. Saxophone vintage tetap istimewa, terlebih lagi di waktu lalu para produsen saxophone membuat saxophone dengan ciri khasnya masing2. Lain merek, lain model....

Gitu deh...

Mulut Besar...


Butuh "mulut besar" untuk dapat "ngemut" dua mouthpiece sekaligus kayak ini. Ada2 aja...

SAX SMOKE

Monday, February 9, 2009

Saxophone dan sepeda onthel


Begini ini yang sulit, main saxophone sembari ngayuh sepeda onthel...

This is Jazz...

Sunday, February 8, 2009

Saxophone..., Micky Mouse


Saat ditiup, kadang saxophone bukannya bersuara merdu tapi malah bunyi cuat cuit. Kenapa ya? Jangan2 kemasukan si Micky Mouse, he he he...

Piye Jal?

Saxophone, Jazz, Parfum dan Insiden


Apa ya kira2 hubungan antara saxophone, jazz, parfum dan insiden di buku karya mas Seno ini. Piye Jal?

Wednesday, February 4, 2009

Tribal Saxophone


Unik betul gambar satu ini. Saya membayangkan ada teman Papua, berpakaian adat (koteka), namun berkalung handphone sembari..., main saxophone melantunkan lagu: The Girl From Ipanema. Wis jan, top markotop dah.

Sunday, February 1, 2009

JOGYA, JOGYES..., kampung halaman



Berikut ini cerita kita tentang kampung halaman yang dikutip dari blog kita yang lain (alamatnya ada di Link Teman, GALERI ANTIK SERBA JADUL).


Jogya, Jogja, Yogya, Yogja dan Jogyes. Ah…, banyak nian nama alias untuk menyebut kota antik, kota sejuta kenangan itu. Dan memang, pancen en sungguh saya punya, tidak hanya satu atau dua, tapi ada sejuta kenangan di kota itu karena …, “ku dibesarkan oleh ibuku (dan bapakku), dikampung halamanku”. Yes, Jogya is kampung halaman!

Di sana, sebagai pusat kota adalah kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, pada tahun 1756. Dan kata Ngayogyakarta itu berasal dari kata ng-ayu-agyo-karto (ayu : beautiful, noble, agyo from ageyo : built, karto : prosperous), it has a meaning that the country was built with a noble wish to bring prosperity. Begitulah ujar salah satu sumber. Nama Ngayogyakarta tak lagi sering disebut. Orang lebih suka menyebutnya Yogyakarta, Yogya, Jogya delele.

Di seputar kraton Jogya terdapat aneka bangunan kuno yang hingga kini masih bertahan semisal: Kantor Pos di utara kraton. Gedung Agung, ada sedikit lebih ke utara lagi, lalu Pasar Beringharjo di sisi jalan Malioboro, stasiun Tugu dsb. Nah, dulu saya tinggal tak jauh dari stasiun kereta api itu, kira2 ditengah antara stasiun dan pasar Beringharjo, dekat dengan jalan Malioboro, yakni di kampung Kemetiran Kidul, kecamatan Gedong Tengen.

Rute jalan dari Kemetiran Kidul, Dagen, Malioboro, Pasar Beringharjo, Gedung Agung dan Kantor Pos, ulang alik, biasa saya lalui (saya jalan kakiin), karena dulu saya bersekolah menuntut ilmu di SD dan SMP Bruderan (Pangudi Luhur) Kidul Loji yang terletak persis di belakang gedung Kantor Pos, di angka kilometer kisaran 0,2 km.

Lha kalau Bruderan itu di km 0,2 lantas titik kilometer nol di mana? “Titik nol” kilometer itu adanya ditengah tengah prapatan jalan depan Kantor Pos, atau lebih dikenal dengan sebutan prapatan kantor pos.

Acara Pasar Malam Sekaten biasa dilangsungkan di Alun Alun persis di depan Kraton Jogja. Aneka ragam jajanan dan hiburan rakyat digelar. Dan..., dari sanalah kisah tentang saxophone ini bermula: Bocah kecil itu berdiri terpaku di depan panggung hiburan pasar malam "Sekatenan". Bukan pemainnya yang menarik perhatian, tapi alatnya itu lho! Kereeeen....

Itu jaman dulu (jadul) ..., sekian puluh tahun lalu.
Gitu deh...

Main Saxophone..., siapa takut?


Tengok gaya mas Iksan dan mas Ari kala beraksi meniup saxophone ini. Wow..., mantab! Itu baru aksinya, belum lagi tiupannya. Wah, kalau dulur bisa mendengar tiupan saxophone beliaus (beliau berdua), wow..., tulat tulit deh kepenak uninya alias uenaaak tenan.

Dan..., kalau mau sampeyan pun juga bisa. Ya, main saxophone..., siapa takut? Piye Jal?