Lokasi Pengunjung Blog
Monday, September 15, 2008
Mula - Awal
AWAL TERPIKAT.
Bocah lanang kelas 6 SD itu berdiri di depan panggung hiburan di keramaian pasar malam Sekatenan. Matanya nyaris tak berkedip, tertuju pada sebuah benda mengkilat yang sedang ditiup oleh seorang anggota pemain band (Albert Sumlang?). Bukan lagu ataupun si peniup yang menarik perhatiannya, tapi alatnya itu lho. Wiiih..., ciamik tenan. Dan sejak saat itu si bocahpun bermimpi....
Dua puluh tahun berlalu, barulah terwujud impian si bocah untuk punya dan memainkan alat musik yang persis kayak cangklong itu.
Ya ya ya....
AWAL PERBURUAN
Mencarinya tidak mudah. Banyak cerita suka dan duka di baliknya. Hampir seluruh toko musik seantero Jakarta disambangi. Tidak disemua toko ada. Hanya beberapa saja yang sedia. Salah satunya sebuah toko musik di sebelah terminal Kampungmelayu.
Di etalasenya jelas terpajang sebuah benda berkilau, berkesan wah.., mewah. Warnanya kuning bukan sembarangan tapi kuning keemasan. Keadaanya masih baru gres, kinyis-kinyis. Tapi sayang seribu sayang, harganya tinggi selangit. Lagipula jangankan dicoba, dipegangpun kagak boleh. Jangan! Ah..., hajinguk tenan. Sontoloyo!
Untunglah ada seorang kawan mengabarkan kalau pakdenya yang sudah berangkat jompo mau menjual alat musik miliknya. "Mending dilego, daripada cuma jadi teken" katanya.
Ee..., akhirnya dapet juga. Saxophone tenor itu kondisinya sudah tidak mulus, model tua, made in Amerika. Dan yang penting..., murah bro!
Wis jan, saxophone pancen enak...
Salam dahsyat.
Anton Pri/Tina Sax
(We love saxophone, the way they look and the way they sound).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment