Lokasi Pengunjung Blog
Sunday, November 30, 2008
Resto Taman Hek, tempat kita ngumpul...
Resto Taman Hek.....tempatnya cukup representative....trus....suasananya juga sangat kondusive.....para personil Band nya kooperatif......Tunggu apalagi....ayo Mas Wawan bawa si "VITO" nya unjuk kebolehan berlatih sambil menghibur...heee...heee
(Catatan Redaksi: Mas Andre dan Mas Wawan di foto ini terlihat klimis. Yang berkumis cuma saya sendiri. Dan kumis itu sengaja saya pasang, selain berguna untuk menyaring wedang kopi, juga untuk menyaring suara, biar suara saxnya makin..., nyaring! Ha ha...,ee.., he he...
Setiap Jum'at malam mulai jam 7.30 di Resto Taman Hek ada live music, keyboard, saxophone en singer. Kita bisa lho, nimbrung ikut ngesax di situ. Dateng saja, tak perlu segan2. Piye Jal?)
Akhirnya.......Klop.......Juga
Niup Saxophone bareng Mas Anton di Resto Taman Hek rasanya "Muanteb" apa pasal....?
ketika kunci nada antara Sax en Keyboard disentuh "tangan dinginnya" wah.....
Lagu "Juwita Malam" mengalun sempurna...........Thank's Mas Anton....ini pertanda yang baik buat saya....berarti sudah nemu tempat buat "berlatih" sekaligus kongkow dengan Komunitas "ANTON GENK" .....setujuuuuu....!
Mas Anton dengan Tenornya mengiringi Bung Cory yang membawakan lagu "Crazy".....
Trus dilanjutkan dengan solo Tenor membawakan "My Way" wuiih....ciamik maaaas.
(Catatan Redaksi:
Ya, demikianlah catatan "unjuk rasa" dari Mas Andre yang lagi hepi en sumringah. Yang patut ditiru dari beliau ini adalah sifat ngotot dan pantang menyerah en..., tak malu-malu. Wis jan, top markotop tenan).
Sakinah..., Sax Nina
Felix n Friends Trilingual MC & Tina Saxophone
Felix n Friends, Trilingual MC, Entertainment & Organizer (Wedding), didirikan oleh mas Felix Kurnia, sesosok pria dan MC profesional yang ektra ramah.
Beberapa kali saya turut serta ngesax (main saxophone) mengiringi mbak Sinta yang nyonya itu, menyanyi. Wis jan, biasanya acara pesta pernikahan yang dipandu oleh mas Felix dalam 3 bahasa, Inggris, Indonesia dan Mandarin itu berjalan lancar en meriah.
Di foto terlihat mbak Sinta sedang tarik suara, mas Rama sedang main keyboard, mas Fidi lagi gesek2 biola dan aye lagi nyebul saxophone. Biasanya ada juga mas Helmy yang menyanyi dan bergaya enerjik bak Ricky Martin. Tapi saat foto ini diambil, sedang kemana ya beliau?
Jari jari...
Wedding Sax...
Sax cooter (Scooter)...
Saturday, November 29, 2008
SAX LOVER
BIOLA, SI JELITA DARI CREMONA
BIOLA, SI JELITA DARI CREMONA
Oye rupa, oke suara. Tak heran jika jagad menyukainya. Dan seperti layaknya selebriti, sosok terkenal, perjalanan hidupnya dipenuhi kabar-kabari, kabar skandal, sas-sus dsb. Siapakah gerangan dia?
---------------------
Proporsinya pas, barangkali itu yang membuatnya terlihat jelita. Siluetnya persis gambaran sosok ideal wanita, ramping di pinggang, enak dipandang. Make upnya berupa plitur warna jingga kecoklatan. Puncak kepala berhias ukiran serupa sanggul, komplit dengan empat buah konde di kiri dan kanan. Itu baru tampilan, belum lagi suaranya, Wis jan..., apik tenan.
Sudah pasti, untuk merancang dan membuatnya menjadi seperti itu dibutuhkan bukan hanya ketrampilan selevel tukang kayu biasa, tapi tukang yang tahu ilmu matematik, arsitektur, ilmu akustik, ilmu kimia, ilmu musik serta berdaya kreasi tinggi. Dan Andrea Amati, seorang luthier atau pembuat alat musik lute, gitar dan sebangsanya yang berasal dari Cremona, Itali, telah berhasil menciptakan alat itu abad ke 15 yang lalu. Alat musik gesek berdawai empat karya ciptanya itu kita kenal dengan sebutan violin atau biola....
Beruntung, keahliannya membuat biola tidak dimonopoli oleh pak Andrea sendiri tetapi diwariskan turun temurun kepada para putra, sanak kadang, handai taulan serta para murid. Diwariskan lewat generasi ke generasi, lewat abad ke abad. Dan di antara para murid terdapat nama Guarneri abad 16 serta Stradivari, sebuah nama yang tidak asing lagi bagi kita, yang hidup di abad ke 17.
SOSOK BIOLA ATAU VIOLIN
Sosok biola atau violin terdiri dari beberapa bagian, atas, samping dan bawah. Bagian atas disebut soundboard, atau top plate, atau table atau belly. Nama bagian lainnya adalah neck, fingerboard, scroll, peg, pegbox, F hole, bridge, soundpost, senar, fitting, chainrest dan tailpiece.
Scroll berada persis di ujung fingerboard bentuknya artistik, serupa gelungan. Di tengah-tengah top plate, terpasang potongan kayu tipis yang disebut bridge, berfungsi sebagai penumpu senar. Soundpost atau soulpost berada di dalam bodi, posisinya tegak berdiri persis di bawah salah satu kaki bridge. Soundpost itu berfungsi sebagai tiang penopang sekaligus penghantar vibrasi dari papan atas ke papan bawah. Kita dapat mengintip keberadaannya melalui celah F hole yang terdapat di papan atas. Di dekat scroll, ada empat buah senar terpasang pada tuning pegs di dalam pegbox. Senar itu besarnya berbeda-beda.
BIOLA ATAU VIOLIN PANCEN ISTIMEWA
Yang sungguh istimewa, alat musik biola atau violin itu berhasil dirancang untuk segala usia. Semua umur akan dapat memainkannya. Ya…, biola itu bisa dibuat di berbagai ukuran sesuai dengan jangkauan lengan dan jemari tangan masing-masing kita. Ada ukuran anak-anak hingga ukuran untuk orang dewasa. Dimulai dari biola berukuran penuh atau ukuran dewasa 4/4, kemudian ukuran 3/4, 1/2, 1/4, 1/8, 1/10, 1/16, dan yang mini 1/32. Biola 4/4 memiliki panjang bodi sekitar 35 cm. Biola 3/4 sekitar 33 cm dan ukuran 1/2 sekitar 30 cm. Kita perlu catat bahwa biola 3/4 bukan berarti 1/4 kurang dari ukuran penuh.
Ada juga biola yang berukuran spesial, yaitu ladies violin. Biola ini merupakan biola untuk dewasa namun sedikit lebih mungil dibanding biola ukuran penuh. Biola for ladies ini biasa disebut juga biola 7/8 dan sangat cocok dimainkan oleh jari-jari lentik mereka.
PIRANTI GESEK
Ada satu piranti penting yang tak dapat dipisahkan dari biola yakni alat penggesek yang disebut bow. Bow berujud seperti busur panah, panjang sekitar 75 cm dan beratnya kurang lebih 60 gram. Bagian pangkal bow disebut frog atau nut atau heel. Helaian tali tipis mirip pita kado terpasang di ujung hingga ke pangkal bow itu. Dan percaya atau tidak, tali penggesek senar itu aslinya dibuat dari helai-helai rambut ekor kuda… betina!
DIGESEK
Main biola tak perlu mata. (Lha hiya lah, karena kita bukan mau main mata…). Sebelum tongkat penggesek atau bow difungsikan untuk menggesek, talinya perlu kita gosok dulu dengan rosin agar peret. Selesai digosok-gosok, kita bisa mulai menyandarkan pantat biola itu di pundak kiri. Jari-jari tangan kiri kita siapkan untuk beraksi mengatur nada di sepanjang finger board. Pangkal bow kita pegang dengan tangan kanan kemudian kita dapat mulai menggesekkan tali bow itu kearah senar yang dituju. Kita gesek naik dan turun sehingga biola bersuara mendesah, menjerit, mencicit, meringkik dan lalu berlagu tralala dan trilili. Begitulah kira-kira.
MAFIA
Seiring jaman biola itupun berangkat populer. Metode pengajarannya berkembang. Para violis, para pemain biola handal seperti Vanessa Mae bermunculan, disamping ada juga pemain yang sekedar amatiran…
Banyaknya penggemar membuat pasar biola menjadi riuh semarak. Di dalamnya terlibat kelompok para pedagang yang berhadapan dengan kelompok calon konsumen. Terlibat kelompok pakar berhadapan dengan kelompok bakal. Dan seperti biasa, di tengah pasar raya semacam itu ada mafia pencari mangsa, yang tega mengakali dan menipu calon pembeli.
Tak tanggung-tanggung mereka terdiri dari oknum yang seharusnya paling dapat dipercaya, yakni para dealer, apraisal serta balai lelang. Modusnya, biola kelas kambing di tempeli label nama besar, biola ecek-ecek diberi label dan diaku sebagai karya maestro. Gilanya, diterbitkan pula sertifikat jaminan keaslian dan kemudian biola itu…, dilelang!
Skandal pemalsuan atau pembajakan merek seperti itu banyak terjadi di masa lalu. Nama Stradivarius paling sering dipalsukan. Namun bukan hanya dia saja, AMATI, GUARNERI, dan STAINER, juga CAPPA, DALLA COSTA, KLOZ (KLOTZ), DUKE, BANKS, GAGLIANO, GUADAGNINI, RUGGIERI, TONONI, VUILLAUME, MONTAGNANA dll. Namanya juga sering dicatut.
Saking banyaknya kasus, dibuatlah kemudian kode etik pelekatan label atau aturan dagang pada tahun 1958. Inti aturan, berdagang biola musti jujur. Biola jiplakan atau biola hasil foto copy musti dibilang biola copy. Biola tidak orisinil alias orasinil tidak boleh dibilang sebagai biola orisinil dsb.
BISA APES DONG
Meski tipa-tipu itu peristiwa jadul, jaman dulu, namun hingga kini dampaknya masih terasa. Hari berganti, biola-biola berlabel palsu yang dulu dipersoalkan itu sekarang otomatis menjelma menjadi biola-biola tua. Mereka dapat ditemukan di mana-mana, tersebar di seluruh penjuru dunia. Mereka menjadi biola dengan dosa asal, dengan membawa label aspal (asli tapi palsu). Dan bukan tidak mungkin kitapun telah menjadi salah satu korban. Tiwas kita merasa bangga punya biola tua bermerek, tiwas kita beli mahal, tak tahunya itu biola bodong. Wah..., apes dong.
DESAS-DESUS
Berita tentang mafia pemalsu label membuat kita kaget. Tapi kisah yang lain ini, desas-desus seputar biola bisa bikin kita bingung. Soalnya:
- Ada yang bilang biola tua lebih bagus disbanding biola baru. Sementara orang lain bilang biola baru lebih bagus dari yang lama.
- Ada yang bilang biola bagus itu pasti mahal. Orang lain bilang biola mahal pasti bagus.
- Ada orang bilang biola buatan Asia kurang bagus dibanding biola made in Eropa.
- Ada orang bilang, biola dengan bodi kayu bermotif macan loreng lebih bagus suaranya ketimbang yang lain, yang tidak bermotif loreng.
- Ada orang bilang pada label apabila dua digit angka tahun terakhir berupa tulisan tangan dengan pensil, bukan dicetak, itu berarti label asli, dsb.
Semua yang dibilang itu tentu tidak seluruhya benar. Ada yang kabar burung tapi juga ada yang memang kabar betul. Ada yang mitos dan ada yang yektos. Bingung dah …..
BIOLA STRADIVARI
Kabar-kabari seputar biola memang cukup seru. Info mutakhir berkisah tentang biola Stradivari yang harganya kini melangit. Konon salah satu biola yang dijuluki “The Hammer”, laku 3,5 juta US dolar pada bulan Mei 2006. Biola Stradivari yang lain laku lebih dari 2 juta dolar pada bulan april 2005. Yang lain lagi terjual seharga 2,7 juta dolar pada April tahun ini, melalui balai lelang Christie.
Ya, kalau boleh diumpamakan, biola langka itu ibarat lukisan. Karya handmade, karya semata wayang, tidak ada duanya. Contohnya Stradivari, membuat biola secara handmade, menggarap sendiri biola itu dari awal proses hingga karya itu tuntas.
Dengan cara kerja seperti itu tentunya tidak akan banyak karya yang kemudian dapat dihasilkan. Diperkirakan hanya ada 1.100 buah instrumen. biola, viola, cello, gitar dan harpa yang dibuat di sepanjang hayatnya. Dari jumlah itu karya yang berhasil selamat hanya ada sekitar 650 buah saja. Sisanya mungkin telah hancur atau masih tersembunyi entah di mana. Jadi wajarlah kiranya kalau biola buah karya Stadivari kini menjadi barang langka dan sangat berharga.
PANCEN OYE
Namun di luar aneka kisah itu, kita perlu setuju bahwa sosok biola memang sungguh cantik, apik dan artistik. Tak peduli itu biola spesial atau sekedar biola biasa, semua mereka enak dipandang, enak didengar dan enak dimainkan. Ya…, biola pancen oye.
Jadi jangan bimbang dan ragu, pengin nggesek, gesek saja biola dan dendangkan lagu gelang sipatu gelang atau apapun. Tapi jangan lupa…, sarapan! (Lho, kok gak nyambung?)
Anton Pri.
Friday, November 28, 2008
Jazz, Java Jazz, Jak Jazz, JogJazz dan saxophone
Wednesday, November 26, 2008
Violin & Saxophone...
Perlu ditekuk supaya...
Batu Mulia...
Little Girl and Sax...
Tuesday, November 25, 2008
Mitoni..., satu peristiwa seribu makna.
“MITONI”
SATU PERISTIWA SERIBU MAKNA
Oleh: Anton Prihardianto
Mitoni berbeda dengan ngidoni. Yang satu peristiwa gembira menyambut akan lahirnya seorang anak manusia, yang lain peristiwa peludahan serta penghinaan terhadap sesama manusia. Dan upacara MITONI atau selamatan yang menandai tujuh bulan usia kehamilan itu begitu indah menarik dan mengandung seribu makna. Peristiwanya selalu berbunga-bunga sekaligus mendebarkan, karena tidak lama lagi, sepasang temanten akan segera menjadi nyokap dan bokap, sepasang papa dan mama akan segera menjadi kakek dan nenek. Mbah kakung en mbah putri akan segera menjadi eyang buyut dan seterusnya.
ADAT JAWA
Wong Jowo atau orang Jawa itu kreatif dan pandai memaknai segala sesuatunya. Telinga ini dibilangnya “kuping”, diartikan sebagai sesuatu yang kaku njepiping, sesuatu yang kaku dan kaku. “Cengkir” alias kelapa muda diterjemahkan sebagai kencenging pikir atau tekad yang keras. “Tebu” diartikan sebagai antebing kalbu.”Pisang ayu” disimbolkan sebagai harapan akan kehidupan yang tata tentrem kerta rahayu, kehidupan yang indah, bahagia, tentram dan sejahtera.
Para pahlawan disebut kusuma bangsa atau bunga bangsa, sementara para koruptor dicap sebagai kusuma bangsa...tttt!. Putri solo yang lemah gemulai diibaratkan lumakune koyo macan luwe, berjalan kalem seperti harimau lapar, sementara putri yang sedang hamil tua dikatakan seperti bulus angrem, seperti kura-kura sedang mengeram.
Begitu luasnya daya imajinasi itu sehingga melahirkan banyak ragam tata upacara adat yang sarat dengan makna simbolik, di antaranya yang menandai siklus kehidupan manusia sejak masa pra kelahiran. Dan salah satunya adalah upacara memperingati usia kehamilan tujuh bulan yang biasa disebut “mitoni” itulah.
Mitoni berasal dari kata pitu yang artinya angka tujuh. Dasar kreatif, kata bilangan itu kemudian dipakai oleh orang Jawa sebagai simbol yang mewakili kata kerja. Pitu menjadi pitulungan, bermakna mohon berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Usia kehamilan tujuh bulan oleh orang Jawa dinamai SAPTA KAWASA JATI. Sapta-tujuh, kawasa-kekuasaan, jati-nyata. Pengertiannya, jika Yang Maha Kuasa menghendaki, dapat saja pada bulan ketujuh bayi lahir sehat dan sempurna. Bayi yang lahir tujuh bulan sudah dianggap matang alias bukan premature. Namun apabila pada bulan ketujuh itu bayi belum lahir, maka calon orang tua atau eyangnya akan membuat upacara mitoni, yaitu upacara slametan atau mohon keselamatan dan pertolongan kepada Yang Maha Kuasa agar semuanya dapat berjalan lancar, agar bayi didalam kandungan beserta ibunya tetap diberi kesehatan serta keselamatan….
PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan upacara mitoni berurutan, bermula dari siraman, brojolan dan terakhir pemakaian busana. Sangat cocok dilaksanakan pada sore hari, ngiras mandi sore. Dan biasanya dihadiri oleh segenap sanak kadang, para tetangga serta handai taulan.
TAHAP SIRAMAN
Siram artinya mandi. Siraman berarti memandikan. Dimaksudkan untuk membersihkan serta menyucikan calon ibu dan bayi yang sedang dikandung, lahir maupun batin. Siraman dilakukan di tempat yang disiapkan secara khusus dan didekor indah, disebut krobongan. (Atau bisa juga dilakukan di kamar mandi?).
Dan sesuai tema, jumlah angka tujuh atau pitu kemudian dipakai sebagai simbol. Air yang digunakan diambil dari tujuh sumber, (atau bisa juga dari air mineral berbagai merek?), yang ditampung dalam jambangan, yaitu sejenis ember bukan dari plastik tapi terbuat dari terakota atau kuningan dan ditaburi kembang setaman atau sritaman yaitu bunga mawar, melati, kantil serta kenanga. Aneka bunga ini melambangkan kesucian.
Tujuh orang bapak dan ibu teladan dipilih untuk tugas memandikan. En seolah tanpa saingan, yang pasti terpilih adalah calon kakek dan neneknya.
Tanpa mengenakan tetek bengek asesoris seperti anting, ataupun gelang akar bahar, jadi hanya mengenakan lilitan jarit (kain batik), calon ibu dibimbing menuju ke tempat permandian oleh pemandu atau dukun wanita yang telah ditugasi.
Siraman diawali oleh calon kakek, berikutnya calon nenek, dilanjutkan oleh yang lainnya. Dilakukan dengan cara mengguyurkan air penuh bunga itu ke tubuh calon ibu dengan gayung yang terbuat dari batok kelapa yang masih berkelapa alias masih ada dagingnya.
Bekas bunga yang menempel di sekujur badan si terguyur, dibersihkan dengan air kendi. Kendi kemudian dibanting kelantai oleh calon ibu hingga pecah. Semua hadirin mengamati. Jika setelah pecah cucuk atau paruh kendi masih terlihat mengacung, hadirinpun akan berteriak: “ Cowok! Laki! Jagoan! Harno!” dan komentar-komentar lain yang menggambarkan bahwa sang anak nanti bakal lahir cowok. Namun jika kendi pecah berantakan tanpa cucuk yang utuh, dipercaya bahwa anak yang lahir nanti bakalan…, cewek.
Acara siraman ini bisa berlangsung sangat meriah. Para tamu berdesakan ingin melihat dan ramai berkomentar, sementara sang MC dengan full semangat menyiarkan berita di seputar pandangan mata.
Siraman selesai, calon ibu yang basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki segera dikeringkan dengan handuk plus hair dryer supaya tidak masuk angin.
BROJOLAN
Calon ibu kini berbusana kain jarit yang diikat longgar dengan letrek yaitu sejenis benang warna merah putih dan hitam. Warna merah melambangkan kasih sayang, putih melambangkan tanggung jawab calon bokap bagi kesejahteraan keluarganya. Warna hitam melambangkan kekuasaan Yang Maha Kuasa yang telah mempersatukan cinta kasih kedua orang tuanya. (Kalau tidak ada letrek..., janur pun jadi).
Calon nenek memasukkan tropong (bagian dari alat tenun tradisional) ke dalam lilitan kain jarit si calon ibu, kemudian tropong dijatuhkan kebawah. Ini dimaksudkan sebagai pengharapan agar proses kelahirannya kelak, agar sang bayi dapat mbrojol lahir dengan lancar. (Tidak ada tropong..., telur ayam pun jadi).
Dilanjutkan dengan acara membrojolkan atau meneroboskan dua buah kelapa gading lewat lilitan kain jarit yang dikenakan oleh calon ibu. Sepasang kelapa gading tersebut biasanya ditato/ digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau Harjuna dan Sembadra atau Panji Asmara Bangun dan Galuh Candra Kirana. Para selebriti perwayangan tersebut dikenal berwajah cantik dan ganteng. Dengan gambar2 itu diharapkan agar anak yang lahir kelak bisa tampil keren seperti para tokoh itu. Kelapa yang mbrojol ditangkap oleh salah seorang ibu untuk nantinya diberikan kepada calon bapak.
Calon bapak bertugas memotong letrek yang mengikat kain jarit si calon ibu tadi dengan keris yang ujungnya telah diamankan/ditutupi kunyit, atau bisa juga menggunakan parang yang telah dihiasi untaian bunga melati. Ini melambangkan kewajiban suami untuk memutuskan segala rintangan dalam kehidupan keluarga.
Setelah itu calon bapak akan memecah salah satu buah kelapa bertato tadi dengan parang, sekali tebas. Apabila buah kelapa terbelah menjadi dua, maka hadirin akan berteriak:”Perempuan!” Apabila tidak terbelah, hadirin boleh berteriak:”laki-laki!” Dan apabila kelapa luput dari sabetan, karena terlanjur menggelinding sebelum dieksekusi misalnya, maka adegan boleh diulang....
PEMAKAIAN BUSANA
Selesai brojolan, calon ibu dibimbing keruangan lain untuk dikenai busana kain batik atau jarit berbagai motif, motif sido luhur, sido asih, sido mukti, gondo suli, semen raja, babon angrem dan terakhir kain lurik motif lasem. Kain lurik motif lasem melambangkan cinta kasih antara bapak dan ibunya. Kain-kain yang tujuh motif tersebut dikenakan bergantian urut satu persatu.
Setiap berganti hingga kain yang ke enam, pemandu akan bertanya kepada hadirin sudah pantas atau belum, dan hadirin akan menjawab serentak: “belum!” Ketika kain ke tujuh atau terakhir dikenakan, yaitu kain lurik motif lasem, barulah hadirin menjawab sudah. (Sudah pantas dan selayaknya).
Keenam kain lainnya yang tidak layak pakai itu kemudian dijadikan alas duduk calon bapak dan ibunya. Gaya “pendudukan” seperti itu disebut angreman. Angreman bukan menggambarkan bapak melainkan menggambarkan ayam yang sedang mengerami telurnya.
Sebelum matahari terbenam seluruh rangkaian upacara ini sudah dapat dirampungkan, tuntas, tas, tassss.
YAYANG…
Semoderen apapun jaman ini nantinya berkembang, perasaan ketika kita menantikan hadirnya seorang cucu pasti tidak akan berubah. Rasanya pasti tetap saja mendebarkan. Bagaimana tidak, karena sebentar lagi, sepasang papah dan mamah ini akan menjelma menjadi sepasang kakek dan nenek. Gelar eyang akan segera melekat. Dan tidak bisa tidak itu pasti akan terjadi, sekitar dua bulan lagi setelah upacara mitoni.
Dan ketika tiba saatnya nanti, andai bisa memilih, penulis beserta nyonya lebih suka disebut yayang daripada cuma eyang. Yayang artinya eyang yang tersayang. Terdengarnya lebih mesra dan lebih gaul. Piye Jal?
(Catatan: Ini tulisan lama. Dan kini Hanny, cucu nan lucu, sudah berumur 3 ½ tahun, dan sudah seneng niup2 mouthpiece saxophone lho. Wis jan...)
Anton Pri.
SATU PERISTIWA SERIBU MAKNA
Oleh: Anton Prihardianto
Mitoni berbeda dengan ngidoni. Yang satu peristiwa gembira menyambut akan lahirnya seorang anak manusia, yang lain peristiwa peludahan serta penghinaan terhadap sesama manusia. Dan upacara MITONI atau selamatan yang menandai tujuh bulan usia kehamilan itu begitu indah menarik dan mengandung seribu makna. Peristiwanya selalu berbunga-bunga sekaligus mendebarkan, karena tidak lama lagi, sepasang temanten akan segera menjadi nyokap dan bokap, sepasang papa dan mama akan segera menjadi kakek dan nenek. Mbah kakung en mbah putri akan segera menjadi eyang buyut dan seterusnya.
ADAT JAWA
Wong Jowo atau orang Jawa itu kreatif dan pandai memaknai segala sesuatunya. Telinga ini dibilangnya “kuping”, diartikan sebagai sesuatu yang kaku njepiping, sesuatu yang kaku dan kaku. “Cengkir” alias kelapa muda diterjemahkan sebagai kencenging pikir atau tekad yang keras. “Tebu” diartikan sebagai antebing kalbu.”Pisang ayu” disimbolkan sebagai harapan akan kehidupan yang tata tentrem kerta rahayu, kehidupan yang indah, bahagia, tentram dan sejahtera.
Para pahlawan disebut kusuma bangsa atau bunga bangsa, sementara para koruptor dicap sebagai kusuma bangsa...tttt!. Putri solo yang lemah gemulai diibaratkan lumakune koyo macan luwe, berjalan kalem seperti harimau lapar, sementara putri yang sedang hamil tua dikatakan seperti bulus angrem, seperti kura-kura sedang mengeram.
Begitu luasnya daya imajinasi itu sehingga melahirkan banyak ragam tata upacara adat yang sarat dengan makna simbolik, di antaranya yang menandai siklus kehidupan manusia sejak masa pra kelahiran. Dan salah satunya adalah upacara memperingati usia kehamilan tujuh bulan yang biasa disebut “mitoni” itulah.
Mitoni berasal dari kata pitu yang artinya angka tujuh. Dasar kreatif, kata bilangan itu kemudian dipakai oleh orang Jawa sebagai simbol yang mewakili kata kerja. Pitu menjadi pitulungan, bermakna mohon berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
Usia kehamilan tujuh bulan oleh orang Jawa dinamai SAPTA KAWASA JATI. Sapta-tujuh, kawasa-kekuasaan, jati-nyata. Pengertiannya, jika Yang Maha Kuasa menghendaki, dapat saja pada bulan ketujuh bayi lahir sehat dan sempurna. Bayi yang lahir tujuh bulan sudah dianggap matang alias bukan premature. Namun apabila pada bulan ketujuh itu bayi belum lahir, maka calon orang tua atau eyangnya akan membuat upacara mitoni, yaitu upacara slametan atau mohon keselamatan dan pertolongan kepada Yang Maha Kuasa agar semuanya dapat berjalan lancar, agar bayi didalam kandungan beserta ibunya tetap diberi kesehatan serta keselamatan….
PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan upacara mitoni berurutan, bermula dari siraman, brojolan dan terakhir pemakaian busana. Sangat cocok dilaksanakan pada sore hari, ngiras mandi sore. Dan biasanya dihadiri oleh segenap sanak kadang, para tetangga serta handai taulan.
TAHAP SIRAMAN
Siram artinya mandi. Siraman berarti memandikan. Dimaksudkan untuk membersihkan serta menyucikan calon ibu dan bayi yang sedang dikandung, lahir maupun batin. Siraman dilakukan di tempat yang disiapkan secara khusus dan didekor indah, disebut krobongan. (Atau bisa juga dilakukan di kamar mandi?).
Dan sesuai tema, jumlah angka tujuh atau pitu kemudian dipakai sebagai simbol. Air yang digunakan diambil dari tujuh sumber, (atau bisa juga dari air mineral berbagai merek?), yang ditampung dalam jambangan, yaitu sejenis ember bukan dari plastik tapi terbuat dari terakota atau kuningan dan ditaburi kembang setaman atau sritaman yaitu bunga mawar, melati, kantil serta kenanga. Aneka bunga ini melambangkan kesucian.
Tujuh orang bapak dan ibu teladan dipilih untuk tugas memandikan. En seolah tanpa saingan, yang pasti terpilih adalah calon kakek dan neneknya.
Tanpa mengenakan tetek bengek asesoris seperti anting, ataupun gelang akar bahar, jadi hanya mengenakan lilitan jarit (kain batik), calon ibu dibimbing menuju ke tempat permandian oleh pemandu atau dukun wanita yang telah ditugasi.
Siraman diawali oleh calon kakek, berikutnya calon nenek, dilanjutkan oleh yang lainnya. Dilakukan dengan cara mengguyurkan air penuh bunga itu ke tubuh calon ibu dengan gayung yang terbuat dari batok kelapa yang masih berkelapa alias masih ada dagingnya.
Bekas bunga yang menempel di sekujur badan si terguyur, dibersihkan dengan air kendi. Kendi kemudian dibanting kelantai oleh calon ibu hingga pecah. Semua hadirin mengamati. Jika setelah pecah cucuk atau paruh kendi masih terlihat mengacung, hadirinpun akan berteriak: “ Cowok! Laki! Jagoan! Harno!” dan komentar-komentar lain yang menggambarkan bahwa sang anak nanti bakal lahir cowok. Namun jika kendi pecah berantakan tanpa cucuk yang utuh, dipercaya bahwa anak yang lahir nanti bakalan…, cewek.
Acara siraman ini bisa berlangsung sangat meriah. Para tamu berdesakan ingin melihat dan ramai berkomentar, sementara sang MC dengan full semangat menyiarkan berita di seputar pandangan mata.
Siraman selesai, calon ibu yang basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki segera dikeringkan dengan handuk plus hair dryer supaya tidak masuk angin.
BROJOLAN
Calon ibu kini berbusana kain jarit yang diikat longgar dengan letrek yaitu sejenis benang warna merah putih dan hitam. Warna merah melambangkan kasih sayang, putih melambangkan tanggung jawab calon bokap bagi kesejahteraan keluarganya. Warna hitam melambangkan kekuasaan Yang Maha Kuasa yang telah mempersatukan cinta kasih kedua orang tuanya. (Kalau tidak ada letrek..., janur pun jadi).
Calon nenek memasukkan tropong (bagian dari alat tenun tradisional) ke dalam lilitan kain jarit si calon ibu, kemudian tropong dijatuhkan kebawah. Ini dimaksudkan sebagai pengharapan agar proses kelahirannya kelak, agar sang bayi dapat mbrojol lahir dengan lancar. (Tidak ada tropong..., telur ayam pun jadi).
Dilanjutkan dengan acara membrojolkan atau meneroboskan dua buah kelapa gading lewat lilitan kain jarit yang dikenakan oleh calon ibu. Sepasang kelapa gading tersebut biasanya ditato/ digambari Kamajaya dan Dewi Ratih atau Harjuna dan Sembadra atau Panji Asmara Bangun dan Galuh Candra Kirana. Para selebriti perwayangan tersebut dikenal berwajah cantik dan ganteng. Dengan gambar2 itu diharapkan agar anak yang lahir kelak bisa tampil keren seperti para tokoh itu. Kelapa yang mbrojol ditangkap oleh salah seorang ibu untuk nantinya diberikan kepada calon bapak.
Calon bapak bertugas memotong letrek yang mengikat kain jarit si calon ibu tadi dengan keris yang ujungnya telah diamankan/ditutupi kunyit, atau bisa juga menggunakan parang yang telah dihiasi untaian bunga melati. Ini melambangkan kewajiban suami untuk memutuskan segala rintangan dalam kehidupan keluarga.
Setelah itu calon bapak akan memecah salah satu buah kelapa bertato tadi dengan parang, sekali tebas. Apabila buah kelapa terbelah menjadi dua, maka hadirin akan berteriak:”Perempuan!” Apabila tidak terbelah, hadirin boleh berteriak:”laki-laki!” Dan apabila kelapa luput dari sabetan, karena terlanjur menggelinding sebelum dieksekusi misalnya, maka adegan boleh diulang....
PEMAKAIAN BUSANA
Selesai brojolan, calon ibu dibimbing keruangan lain untuk dikenai busana kain batik atau jarit berbagai motif, motif sido luhur, sido asih, sido mukti, gondo suli, semen raja, babon angrem dan terakhir kain lurik motif lasem. Kain lurik motif lasem melambangkan cinta kasih antara bapak dan ibunya. Kain-kain yang tujuh motif tersebut dikenakan bergantian urut satu persatu.
Setiap berganti hingga kain yang ke enam, pemandu akan bertanya kepada hadirin sudah pantas atau belum, dan hadirin akan menjawab serentak: “belum!” Ketika kain ke tujuh atau terakhir dikenakan, yaitu kain lurik motif lasem, barulah hadirin menjawab sudah. (Sudah pantas dan selayaknya).
Keenam kain lainnya yang tidak layak pakai itu kemudian dijadikan alas duduk calon bapak dan ibunya. Gaya “pendudukan” seperti itu disebut angreman. Angreman bukan menggambarkan bapak melainkan menggambarkan ayam yang sedang mengerami telurnya.
Sebelum matahari terbenam seluruh rangkaian upacara ini sudah dapat dirampungkan, tuntas, tas, tassss.
YAYANG…
Semoderen apapun jaman ini nantinya berkembang, perasaan ketika kita menantikan hadirnya seorang cucu pasti tidak akan berubah. Rasanya pasti tetap saja mendebarkan. Bagaimana tidak, karena sebentar lagi, sepasang papah dan mamah ini akan menjelma menjadi sepasang kakek dan nenek. Gelar eyang akan segera melekat. Dan tidak bisa tidak itu pasti akan terjadi, sekitar dua bulan lagi setelah upacara mitoni.
Dan ketika tiba saatnya nanti, andai bisa memilih, penulis beserta nyonya lebih suka disebut yayang daripada cuma eyang. Yayang artinya eyang yang tersayang. Terdengarnya lebih mesra dan lebih gaul. Piye Jal?
(Catatan: Ini tulisan lama. Dan kini Hanny, cucu nan lucu, sudah berumur 3 ½ tahun, dan sudah seneng niup2 mouthpiece saxophone lho. Wis jan...)
Anton Pri.
Saxophone anti penyok...
Nomor Cantik...
Monday, November 24, 2008
KARAT..., SAXKARAT
KARAT
Karat merupakan ukuran berat batu mulia. Satu karat setara dengan 0,2 gram atau satu gram sama dengan 5 karat. Apakah satu karat batu mulia tersebut volumenya sama antara jenis yang satu dengan yang lainnya? Tentu saja tidak. Besar kecilnya atau volume batu mulia sangat tergantung kepada berat jenisnya. Sebagai contoh, ruby dan sapphire memiliki berat jenis yang lebih besar dibanding batu akik, 4 dibanding 2,6. Oleh karena itu satu karat batu akik akan nampak lebih besar, sekitar 1,5 kali, dibanding batu ruby ataupun sapphire.
BINTANG PALSU
Melalui proses difusi, bintang berkaki enam dapat ditampilkan pada permukaan batu ruby atau sapphire polos. Bubuk TiO2 dilukiskan membentuk gambar bintang kemudian dipanaskan pada temperatur sekitar 1.300 derajat celcius. Gambar piauw itu akan menusuk dan masuk beberapa mikron kedalam tubuh batu. Bintang palsu ini digarap dan dipasarkan pertama kali oleh perusahaan Union Carbide pada tahun 1947. Kalau mau kita bisa memesan yang bergambar SAXOPHONE..., umpamanya.
NUANSA WARNA
Nuansa warna ruby dan sapphire sungguh beragam. Seperti bendera parpol, ada yang gres dan ada yang kelihatan luntur. Dari yang lamat-lamat hingga yang sangat jelas. Dari kuning pucat hingga kuning telur. Ada warna serupa lime, lemon, olive, whiskey, vivid yellow dan golden yellow. Ada cognac. peach, orange, deep orange, vivid orange, salmon dan pigeon’s blood. Atau hot pink, pink, cherry blossom, plum dan padparadscha. Juga vivid lilac, vivid purple, violet serta vivid violet. Warna blue sapphire yang terkenal adalah yang serupa cornflower atau royal blue. Terdapat pula warna lavender dan warna pastel.
Salam,
Anton Pri.
RUBY & SAPPHIRE...
Batu RUBY kita kenal sebagai corundum berwarna merah, sedangkan BLUE SAPPHIRE sebagai corundum berwarna biru. Warna lain selain merah dan biru dikelompokkan sebagai FUNKY SAPPHIRE. Diantara mereka ada yang dapat menyiratkan gambaran bintang berkaki enam ketika digeleng-gelengkan dibawah sinar, disebut STAR RUBY atau STAR SAPPHIRE. Yang berubah warna ketika siang berganti malampun, juga ada, disebut COLOR CHANGE SAPPHIRE
RUBY
Warna merah batu ruby terjadi karena kristal corundum (Al2O3) telah kerasukan unsur chromium (Ce). Banyak sedikitnya dosis akan mempengaruhi kepekatan warna itu. Over dosis akan membuat masa depannya kelam dan gelap. Kata ruby itu sendiri berasal dari bahasa latin ruben, bukan rabun, yang artinya merah. Istilah sansekerta menyebut ruby sebagai “ratnaraj” atau raja permata (King of Gemstone). Sudah dari dulu ruby ini dikenal sebagai permata berharga dan nilainya sangat mahal terutama yang berkualitas di atas rata-rata. Orang menyukai warna merahnya yang menyolok itu serta materinya yang keras. Warna merah dianggap sebagai lambang gairah dan semangat yang menyala-nyala tak kenal padam. Semoga gairah seperti itu menyala pula di dada kita, senantiasa.
BLUE SAPPHIRE
Warna biru terbentuk karena adanya unsur ferrum (Fe) serta titanium (Ti) pada mineral corundum. Blue sapphire adalah nama sebutan untuk corundum biru ini. Berasal dari kata Sappheiros dalam bahasa Yunani yang artinya biru.
Blue sapphire tampil dalam nuansa warna biru langit pagi hingga langit lepas tengah hari di cuaca tidak mendung berawan. Sebagian orang baik pria maupun wanita menyukai warna biru yang berkesan melankolis itu. Bahkan kata biru atau blue sering digunakan dalam berbagai istilah seperti blue moon, blue lagoon, blue sky, blue deep, hingga blue film. Positip program seperti program keluarga berencana juga dilambangkan dengan gambar lingkaran biru, bukan lingkaran kelabu. Memasuki lingkaran biru tentu bakal lebih nyaman daripada masuk lingkaran setan. Betul ?
FUNKY SAPPHIRE
Kecuali merah dan biru, corundum warna lain disebut funky sapphire. Dalam kelompok funky ini ada warna pink, orange, hijau, kuning, ungu dan sebagainya. Warna pink atau merah jambu seperti rona wajah yang tersipu malu itu pernah mengundang dilema. Seperti kita tahu hanya corundum merah yang disebut ruby. Persoalan muncul ketika orang bertanya kapan batas warna merah dimulai dan kapan berakhir. Apakah warna merah muda itu masih termasuk ruby atau sudah masuk wilayah sapphire. Daripada repot repot, kita kemudian dipersilahkan memilih sendiri sesuka selera. Boleh menyebut pink ruby, boleh juga pink sapphire. Keduanya sama saja.
Kalau kita pernah menyaksikan matahari senja di pantai Kuta, seperti itulah kira-kira warna funky sapphire jingga yang juga disebut padparadscha. Perpaduan antara unsur Cr dan Fe menghasilkan warna jingga atau orange seperti itu. Nama padparadscha itu sendiri menggambarkan betapa cantiknya bunga teratai yang tengah mekar di kolam, di antara katak hijau yang sedang naik daun.
Warna hijau corundum diakibatkan oleh unsur nickel (Ni). Warna lain terjadi karena beberapa unsur menyatu tercampur aduk. Merah campur biru hasilnya ungu. Ungu campur hijau menghasilkan coklat dan seterusnya. Dari kawin campur itu kemudian lahirlah lusinan anak-anak warna.
STAR SAPPHIRE DAN STAR RUBY
Bintang berkaki enam berwajah sutera atau putih susu akan terlihat berbinar dan berdansa di tubuh ruby atau sapphire ketika ditimpa cahaya. Akan nampak nyata ketika tubuh itu berwarna gelap dan tidak tembus pandang. Star sapphire terbesar kemungkinan adalah yang disebut „Star of India“ seberat 534 karat atau sekitar 1 ons dan „Star of Asia“ seberat 330 karat. Star ruby yang spektakuler seberat 138 karat. Bintang bintang lapangan yang istimewa seperti itu biasanya dibon oleh museum dan kita boleh menontonnya.
COLOR CHANGE SAPPHIRE
Sapphire merupakan salah satu dari jenis batu mulia yang dapat menampilkan perubahan dari satu warna ke warna yang lain. Bukan perubahan dramatis dari merah menjadi biru umpamanya, tapi biru muda menjadi biru tua atau ungu. Ini bisa terjadi karena adanya kombinasi antara pengaruh struktur atom pada batu tersebut dengan sinar ultraviolet matahari. Sekedar lampu senter tidak cukup mampu untuk mengubah warnanya. Harus sang surya.
BARANG BERHARGA
Harga ruby atau sapphire yang kondisinya oke tidak kurang dari US $ 200 per karat atau Rp 2 juta. Mata cicin sebesar telur cicak, ukurannya bisa sekitar 10 karat. Jadi nilai semata cincin itu kira kira Rp 20 juta. Harga tersebut sangat bervariasi, bisa melambung setinggi langit, tergantung kepada faktor kecantikan, keaslian, besar, kecil, model, kelangkaan dsb. Baik 20 juta atau 20 milyar semuanya masih di luar jangkauan kebanyakan kita. Anggaran rumah tangga biasa belum siap untuk belanja barang semahal itu. Entah kalau itu anggaran belanja negara....
Kalimat pelipur lara, mencintai tidak harus memiliki, boleh kita benarkan. Dengan tahu kisahnya saja, ternyata kita sudah terpuaskan. Kita mengenal batu-batu mulia itu sebagai karya alam yang indah tiada tara. Warna warninya bagai pelangi. Semua mereka berasal dari perut bumi yang terkenal gelap dan gelap, jauh di bawah telapak kaki ibu. Kita merasa takjub oleh kenyataan bahwa ada pelangi tumbuh di sana, ada pesona bersembunyi di kegelapan. Ah, betapa cantiknya bumi kita. Yuk, kita eman....
Anton Pri.
CORUNDUM...
Corundum...
Seperti slogan kita, satu nusa satu bangsa, bhinneka tunggal ika, meskipun berlainan warna namun batu mulia ruby dan sapphire berasal dari jenis mineral yang sama yaitu corundum. (Formula kimianya Al2O3 atau Aluminium Oxide).
Kristal tersebut terbentuk sejak jutaan abad lalu di dalam perut bumi, lebih dari minus puluhan km dari tempat pepohonan biasa berdiri, pada suhu diatas ribuan derajat celsius. Kristal itu merupakan elemen utama dari magma hasil partisipasi antara mineral garam pekat dan carbon dioxide. Muncul kepermukaan dengan jalan nebeng lahar yang muncrat atau ndledek akibat gunung terbatuk atau akibat bumi menggeliat. Hal ini dapat kita ketahui dari kehadirannya di daerah Srilangka (Ceylon), Madagascar, Kenya dan Tanzania. Daerah daerah tersebut satu sama lain memang bersaudara secara geologi. Selain itu corundum juga terdapat di daerah Kashmir (India), Pakistan, Thailand, Kamboja, Burma, Afghanistan, Colombia, Montana (USA), China serta Australia.
Di lapangan, corundum ditemui tidak dalam keadaan glundang-glundung sendiri-sendiri dan berserakan, tapi menempel pada batu inang, bagai kutu disela jari si Charlie guguk. Corundum terlihat hanya serupa kerikil, bukan seperti kerakal atau batu besar. Ditimang terasa mantap, padat berisi dan kerasnya minta ampun. Kekerasannya berskala 9, terpaut hanya 1 point dibawah batu intan yang terkenal paling keras sedunia itu. Ribuan kali lebih keras dibanding kuku jari yang berskala 2,5 atau dengan layar kaca komputer yang 5,5 maupun dengan topi baja yang 6,5 itu.
Berat jenisnya mendekati angka 4, maksudnya seperempat gelas berisi corundum bobotnya setara dengan segelas penuh air pada temperatur 4 derajat celsius. Atau dengan kata lain bodinya sekel dan tahan banting, tidak rapuh seperti kapur tulis yang cepat habis meninggalkan jejak serbuknya di pipi Bu Guru ilmu bumi. Kristalnya bersegi-segi mirip model piramid mini (hexagonal/trigonal). Sosoknya dapat ditemukan dalam keadaan bening sebening embun ataupun keruh sekeruh kali Ciliwung.
Aslinya corundum tidak berwarna alias putih saja. Imbuhan unsur mineral lain telah membuatnya nampak merona merah atau lebam membiru dan sebagainya. Unsur seperti Chromium (Ce), Ferrum (Fe), Titanium (Ti) dan Nickel (Ni) telah menjadikannya demikian. Corundum putih yang kerasukan zat-zat pewarna tersebut akan berubah menjadi corundum berwarna. Keadaannya serupa es serut yang diguyur aneka syrup, menjadi terlihat manis dan bikin kita ngiler cleguken.......
Penambangan...
Metode penambangan, seperti membuat sumur, memangkas gunung ataupun menggali terowongan sering dipraktekkan untuk mencari corundum. Istilah-istilah spesifik kerap pula terdengar di lokasi penambangan itu. Misalnya di Burma, istilah "asa yo " dipakai untuk menyebutkan hasil temuan yang berukuran kecil seupil, atau istilah "nila" untuk temuan berukuran besar.
Dapat kita bayangkan betapa riuh rendahnya suasana di pertambangan itu. Seorang pekerja yang menemukan corundum sebesar ibu jari misalnya, sudah pasti akan jingkrak-jingkrak sambil meneriakkan istilah yang khas itu, serta pamer-pamer keseluruh rekannya. Dia girang karena mendapat tangkapan sekelas kakap bukan sekedar teri. Justru kalau dia tenang-tenang saja itu malah mencurigakan. Batu mungil tapi berharga itu memang terlalu mudah ditilep. Dan jangankan ngumpetin yang mungil, yang segunungpun ada orang tega..., nyikaaatttt.
Dari daerah tambang, material itu dibawa ke ahlinya untuk diproses lebih lanjut. Batu dipilah, dipotong, diasah, diampelas, dimodel, dan tahap terakhir dipoles. Pemilahan bertujuan untuk menemukan dan menentukan bagian-bagian mana yang akan dipotong guna membentuk permukaan yang akan ditampilkan nantinya. Dengan demikian bahan baku tersebut dapat digunakan sehemat dan seefisien mungkin, tidak ada yang disunat sia-sia.
Setelah semua proses dilalui, batu kasar itu kini salin rupa menjadi bentuk batu perhiasan yang siap dipasarkan ke segenap penjuru. Pedagang serta para calo siap beraksi, merayu calon pembeli. Sertifikat diterbitkan guna menjamin keasliannya. Penerbitan sertifikat ini penting karena adanya produk serupa tapi tak sama alias imitasi. Tidak hanya imitasi, tapi yang nampaknya aslipun kadang ternyata sudah tidak orisinil lagi, sudah disentuh di sana sini dan sudah di make-up sehingga tidak ketahuan belangnya. Memang betul, dengan tehnik tertentu warna yang pudar misalnya, dapat didandani menjadi berpendar.
Promosi juga dilakukan secara gencar. Ada yang mengaitkan antara batu tersebut dengan aspek lain seperti keberuntungan, cinta, persahabatan, kebahagiaan, kesehatan dan rasa percaya diri. Atau dihubungkan dengan keberadaan planet seperti Mercurius, Uranus, Venus, Neptunus, Bumi, Pluto, Mars ataupun Bulan. Semua cerita karangan itu sebenarnya sulit untuk dapat dimengerti. Tapi begitulah kenyataan. Yang percaya dan terperdaya pun kemungkinan ada dan..., banyak!
(Dilanjut ke artikel: RUBY & SAPPHIRE).
Seperti slogan kita, satu nusa satu bangsa, bhinneka tunggal ika, meskipun berlainan warna namun batu mulia ruby dan sapphire berasal dari jenis mineral yang sama yaitu corundum. (Formula kimianya Al2O3 atau Aluminium Oxide).
Kristal tersebut terbentuk sejak jutaan abad lalu di dalam perut bumi, lebih dari minus puluhan km dari tempat pepohonan biasa berdiri, pada suhu diatas ribuan derajat celsius. Kristal itu merupakan elemen utama dari magma hasil partisipasi antara mineral garam pekat dan carbon dioxide. Muncul kepermukaan dengan jalan nebeng lahar yang muncrat atau ndledek akibat gunung terbatuk atau akibat bumi menggeliat. Hal ini dapat kita ketahui dari kehadirannya di daerah Srilangka (Ceylon), Madagascar, Kenya dan Tanzania. Daerah daerah tersebut satu sama lain memang bersaudara secara geologi. Selain itu corundum juga terdapat di daerah Kashmir (India), Pakistan, Thailand, Kamboja, Burma, Afghanistan, Colombia, Montana (USA), China serta Australia.
Di lapangan, corundum ditemui tidak dalam keadaan glundang-glundung sendiri-sendiri dan berserakan, tapi menempel pada batu inang, bagai kutu disela jari si Charlie guguk. Corundum terlihat hanya serupa kerikil, bukan seperti kerakal atau batu besar. Ditimang terasa mantap, padat berisi dan kerasnya minta ampun. Kekerasannya berskala 9, terpaut hanya 1 point dibawah batu intan yang terkenal paling keras sedunia itu. Ribuan kali lebih keras dibanding kuku jari yang berskala 2,5 atau dengan layar kaca komputer yang 5,5 maupun dengan topi baja yang 6,5 itu.
Berat jenisnya mendekati angka 4, maksudnya seperempat gelas berisi corundum bobotnya setara dengan segelas penuh air pada temperatur 4 derajat celsius. Atau dengan kata lain bodinya sekel dan tahan banting, tidak rapuh seperti kapur tulis yang cepat habis meninggalkan jejak serbuknya di pipi Bu Guru ilmu bumi. Kristalnya bersegi-segi mirip model piramid mini (hexagonal/trigonal). Sosoknya dapat ditemukan dalam keadaan bening sebening embun ataupun keruh sekeruh kali Ciliwung.
Aslinya corundum tidak berwarna alias putih saja. Imbuhan unsur mineral lain telah membuatnya nampak merona merah atau lebam membiru dan sebagainya. Unsur seperti Chromium (Ce), Ferrum (Fe), Titanium (Ti) dan Nickel (Ni) telah menjadikannya demikian. Corundum putih yang kerasukan zat-zat pewarna tersebut akan berubah menjadi corundum berwarna. Keadaannya serupa es serut yang diguyur aneka syrup, menjadi terlihat manis dan bikin kita ngiler cleguken.......
Penambangan...
Metode penambangan, seperti membuat sumur, memangkas gunung ataupun menggali terowongan sering dipraktekkan untuk mencari corundum. Istilah-istilah spesifik kerap pula terdengar di lokasi penambangan itu. Misalnya di Burma, istilah "asa yo " dipakai untuk menyebutkan hasil temuan yang berukuran kecil seupil, atau istilah "nila" untuk temuan berukuran besar.
Dapat kita bayangkan betapa riuh rendahnya suasana di pertambangan itu. Seorang pekerja yang menemukan corundum sebesar ibu jari misalnya, sudah pasti akan jingkrak-jingkrak sambil meneriakkan istilah yang khas itu, serta pamer-pamer keseluruh rekannya. Dia girang karena mendapat tangkapan sekelas kakap bukan sekedar teri. Justru kalau dia tenang-tenang saja itu malah mencurigakan. Batu mungil tapi berharga itu memang terlalu mudah ditilep. Dan jangankan ngumpetin yang mungil, yang segunungpun ada orang tega..., nyikaaatttt.
Dari daerah tambang, material itu dibawa ke ahlinya untuk diproses lebih lanjut. Batu dipilah, dipotong, diasah, diampelas, dimodel, dan tahap terakhir dipoles. Pemilahan bertujuan untuk menemukan dan menentukan bagian-bagian mana yang akan dipotong guna membentuk permukaan yang akan ditampilkan nantinya. Dengan demikian bahan baku tersebut dapat digunakan sehemat dan seefisien mungkin, tidak ada yang disunat sia-sia.
Setelah semua proses dilalui, batu kasar itu kini salin rupa menjadi bentuk batu perhiasan yang siap dipasarkan ke segenap penjuru. Pedagang serta para calo siap beraksi, merayu calon pembeli. Sertifikat diterbitkan guna menjamin keasliannya. Penerbitan sertifikat ini penting karena adanya produk serupa tapi tak sama alias imitasi. Tidak hanya imitasi, tapi yang nampaknya aslipun kadang ternyata sudah tidak orisinil lagi, sudah disentuh di sana sini dan sudah di make-up sehingga tidak ketahuan belangnya. Memang betul, dengan tehnik tertentu warna yang pudar misalnya, dapat didandani menjadi berpendar.
Promosi juga dilakukan secara gencar. Ada yang mengaitkan antara batu tersebut dengan aspek lain seperti keberuntungan, cinta, persahabatan, kebahagiaan, kesehatan dan rasa percaya diri. Atau dihubungkan dengan keberadaan planet seperti Mercurius, Uranus, Venus, Neptunus, Bumi, Pluto, Mars ataupun Bulan. Semua cerita karangan itu sebenarnya sulit untuk dapat dimengerti. Tapi begitulah kenyataan. Yang percaya dan terperdaya pun kemungkinan ada dan..., banyak!
(Dilanjut ke artikel: RUBY & SAPPHIRE).
Pelangi Dari Perut Bumi...
(Artikel selingan, tentang batu mulia/gemstone, oleh: Anton Pri)
Cincin permata siapa yang tak suka. Kilat maupun warnanya, wow… cantik nian. Seandainya bumi ini transparan tentu kita akan dapat menyaksikan merah, biru, hijau atau kuningnya batu-batu mulia itu di tempat asalnya nun jauh di kedalaman sana. Sayang keadaan tidaklah demikian. Perut bumi yang padat dan gelap telah menyembunyikan pesonanya selama jutaan masa. Oleh karenanya kita menjadi takjub tak terkira ketika batu warna warni bak pelangi itu muncul ke permukaan. Di bawah cahaya sinar matahari, mereka seakan berlomba memamerkan keindahannya. Piye Jal?
Kepadatan perut bumi serta temperatur magma yang super panas telah menjadi salah satu biang sebab terjadinya kristal-kristal batu mulia. Disaat magma sedang dalam puncak gairah, sedang hot-hotnya, beberapa jenis kristal berharga bahkan sudah mulai terbentuk. Mula-mula butir intan kemudian diikuti oleh yang lainnya. Melalui kegiatan vulkanik maupun tektonik, letusan gunung berapi ataupun gempa bumi, magma mendidih itu keluar dari dapurnya menuju ke permukaan, mencari hawa segar.
Magma keluar mengendap-endap sampai akhirnya malah mengendap beneran. Senggol-senggolan dengan batuan di sekelilingnya tidak membuat magma kegerahan, tapi sebaliknya malah membuatnya kehilangan panas, kedinginan. Dan seiring dengan perjalanannya itu terbentuk pula berbagai batu mineral yang diantaranya tergolong sebagai batu mulia, batu berharga, ratna mutu manikam.
Dari sekitar 2000 jenis batu mineral yang dapat dikenali, hanya ada 100 jenis yang merupakan batu mulia. Dari sejumlah itu cuma 16 jenis saja yang dianggap cukup penting yaitu: Beryl, Chrysoberil, Corundum, Diamond, Fieldspar, Garnet, Jade, Lazurite, Peridot, Opal, Quartz, Spinel, Topaz, Tourmaline, Turquise dan Zircon.
Tanpa campur tangan manusiapun batu-batu mulia itu sudah menawan. Apalagi ketika kemudian berhasil disulap menjadi perhiasan, lengkap dengan bumbu cerita seputar khasiat serta tetek-bengek kisah mistik lainnya. Wah,… jadi sangat menggoda. Tidak hanya ladies saja tapi gentlemen juga mudah tergoda olehnya. Bahkan Tesi yang berperan sebagai banci dalam komedi srimulat itupun tergila-gila. Saking gilanya kesepuluh jari tangannya dibiarkan tetap mekar selama berjam-jam, paling tidak selama pentas. Jemarinya dipenuhi oleh cincin batu segede bayi kura-kura. Kalau dituruti bisa jadi bandul kalungnya akan sebesar induk kura.
Memang, banyak alasan orang untuk gandrung kepada batu perhiasan. Ada yang benar-benar jatuh hati, ada yang niatnya untuk investasi, ada yang demi gengsi atau demi untuk pamer. Ada yang menganggapnya sebagai jimat, aji pangestu, pengasihan, aji kekuatan dan keberuntungan. Atau memakainya sekedar untuk lucu-lucuan seperti yang Tesi lakukan itu. Yang terang, mengenakan berbagai asesoris batu, apapun jenisnya, rasanya..., wiiih gimana gitu !
Sebagai wakil keluarga batu berharga itu, di antaranya adalah ruby dan sapphire. Saking berharganya, nama keduanya sering diadopsi orang untuk menamai buah hati kesayangan. Kita sudah tidak asing lagi dengan nama Bella Sapphira. Dan kebetulan sapphira yang satu ini pancen belle alias cakep. Jadi klop.
Batu bergengsi seperti ruby dan sapphire itu dipasarkan dalam berbagai kelas, dari kelas VIP hingga kelas ekonomi, dari grade A hingga grade D. Tinggi harganya bisa membuat kita klenger. Hampir semuanya mahal berjut-jut. Terlebih lagi yang bermutu istimewa. Namun demikian hal itu tidak lantas membuat kita ciut nyali. Justru karenanya kita jadi terangsang untuk mencari tahu, siapakah sesungguhnya gerangan dia...
(Bersambung ke artikel: CORUNDUM).
Rekan kita..., Chandra.
Saturday, November 22, 2008
Tenor sax "SELMER MARK VII"..., ada yang mau?
Para saxdulur, saya baru saja mendapatkan saxophone tenor Conn "NAKED LADY" yang sangat terkenal itu (buatan tahun 1948). Ngiler juga saya untuk mengkoleksinya. Namun untuk itu saya harus memilih salah satu antara Naked Lady itu atau Sax tenor SELMER MARK VII, koleksi saya terdahulu.
Nah, kalau ada saxdulur yang berminat untuk "ngopeni" alias membeli Selmer Mark VII, silahkan saja kontak ke saya (bisa via telp. atau HP). Kondisinya baik dan orisinil lho...
Salam,
Anton Pri.
Cttn:
Ada juga sax alto merek SELMER BUNDY II, kondisi 90%.
Maaf, barang terjual 2 hari kemudian.
Friday, November 21, 2008
Nimbrung..., piye jal?
Nyaxophone di resto atau cafe, nimbrung spontan dengan home band atau home organ setempat, tidak selamanya "memuaskan" lho. Kenapa? Jalarannya, kadang ada beda kemahiran antara organis dengan kita yang saxonis. Misalnya, kita paling lancar kalau main di nada dasar C (alto sax), yang berarti nada Es di piano. Sementara organis/pianis lebih lancar kalau bermain di kunci nada E ketimbang Es. Nah lho... Dan bayangkan, ketika pianis nekat ambil nada dasar E, dan kitapun nekat nyebul sax alto di nada C (Es piano), hasilnya..., ancur dah! (Dan kita yang saxonis pemula, sedih bukan kepalang, merasa kitalah yang kagak gableg, kagak bener). Padahal kan sebenarnya tidak demikian....
Atau bisa jadi kita memang dikerjain oleh band/organis pengiring. Mereka bermain di nada B yang agak tidak umum, bukannya di nada C atau Bes yang sangat umum (padahal bermain instrumentalia). Dengan nada dasar B yang mereka ambil, saxonis harus bermain di Cis (tenor) atau di Gis (alto). Hasilnya..., saxonis kagak berhasil bermain lancar alias kagak cas-cis-cus, karena memang jarang berlatih di kunci itu.
Lalu piye jal? Menghadapi situasi kayak gitu, saxonis tak perlu kecil hati. Justru pengalaman itu harus dijadikan obat perangsang guna berlatih menguasai kunci2 nada Cis, Gis, Fis, Bes ataupun Es, selain kunci nada yang wajib dikuasai yakni G, D, A, E dan B.
Caranya, silahkan lihat dan pelajari kembali tabel " Cara (yang mudah diingat) untuk gonta-ganti nada dasar".
Salam & tetap semangat!
Anton Pri & Tina Sax.
Thursday, November 20, 2008
Profil Teman........, (Andreas Suradji)
Saya sebenarnya belum pas disebut penggila Saxophone, tapi menyenangi saxophone sejak kuliah di Yogya. Kebetulan teman satu kost adalah kolektor lagu2 instrument dengan saxophone. Dari seringnya mendengarkan akhirnya menyukai trus membayangkan bisa memainkannya....Itulah awal dari sebuah mimpi.
Nah, baru seputaran tahun 2007 umur saya sudah 55 tahun, ketika itu ada kesempatan bersama keluarga ke Shanghai untuk suatu keperluan. Ketika melihat sosok Alto Saxophone di sebuah etalase toko alat2 musik, lalu iseng masuk trus yang jual membunyikannya trus menanyakan harganya..........akhirnya bagai mendapatkan durian runtuh.....Saxophone Alto yang bermerek "MasterShi" itu dimiliki. Itulah saxophone pertama saya asli buatan China hingga sekarang masih dibunyikan.
Ketika itu belum kenal "TINA SAXOPHONE MUSIC GALLERY" boro-boro bisa membunyikan, lha wong 'ganjel-ganjel' yang dari gabus itu belum dilepas, betul2 gresss.....Waktu itu ya cuma dibuka dipelototi tombol-tombol dan klep-klepnya yang 'rumit' terbayang mustahil bisa memainkannya.
Sebulan kemudian kursus di Sekolah Musik dan Studio Y2K untuk kelas saxophone, gurunya namanya Mas Yoyok CR,....santai mengajarnya....karena memang itu kelas Hobi yang rata2 muridnya "PATAS" atau 40 th keatas. Kami kebetulan kelas Hobi ada 4 orang.
Selama satu bulan mencoba beradaptasi dengan MP, bagaimana si cangkem ini bisa pas posisinya dan sewaktu meniup bisa menghasilkan suara. Selama itu yang dirasakan MP ditiupnya 'berat' dan suara yang keluar enggak 'stabil'.
Singkat cerita lewat koran POS KOTA berkenalan dengan Mas Anton dan Mba' Tina. Tujuannya ketika itu cuma pengin membeli MP 'seken' yang bermerek......ketika itu yang ada dipikiran cuma mencoba mencari solusi bagaimana supaya sumber bunyi yang diwakili oleh MP itu disebulnya enteng trus suara yang keluar bulet. Nah Mas Anton Prihardianto ini juga guru saya yang kedua. Lewat beliau ini banyak mendapat masukan yang berarti untuk proses perkembangan saya menggeluti si saxophone.
Sekarang sudah berjalan satu tahun. Kalau dikalkulasi.... progres yang dicapai lumayan. Sudah bisa membawakan 10 buah lagu (Barat dan Indonesia), sudah berani tampil dimuka umum, DLL.
Catatan Redaksi:
Itulah profil teman kita, Andreas Suradji. Fotonya dengan Saxophone TENOR "WERIL" adalah Sax Kedua yang dimilikinya 'Bekas' tapi kondisinya masih 'Prima' dibeli dari TINA SAXOPHONE MUSIC GALLERY, Fotonya pas lagi "ngemot" en "nyebul"...., perhatikan wajahnya jadi kagak keruan kan. Soalnya pasti lebih sering merem-merem ketimbang meleknya. He he... Betul?!
Makasih mas, tetap semangat! (Anton Pri).
Wednesday, November 19, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)