Lokasi Pengunjung Blog

Monday, November 24, 2008

CORUNDUM...

Corundum...

Seperti slogan kita, satu nusa satu bangsa, bhinneka tunggal ika, meskipun berlainan warna namun batu mulia ruby dan sapphire berasal dari jenis mineral yang sama yaitu corundum. (Formula kimianya Al2O3 atau Aluminium Oxide).

Kristal tersebut terbentuk sejak jutaan abad lalu di dalam perut bumi, lebih dari minus puluhan km dari tempat pepohonan biasa berdiri, pada suhu diatas ribuan derajat celsius. Kristal itu merupakan elemen utama dari magma hasil partisipasi antara mineral garam pekat dan carbon dioxide. Muncul kepermukaan dengan jalan nebeng lahar yang muncrat atau ndledek akibat gunung terbatuk atau akibat bumi menggeliat. Hal ini dapat kita ketahui dari kehadirannya di daerah Srilangka (Ceylon), Madagascar, Kenya dan Tanzania. Daerah daerah tersebut satu sama lain memang bersaudara secara geologi. Selain itu corundum juga terdapat di daerah Kashmir (India), Pakistan, Thailand, Kamboja, Burma, Afghanistan, Colombia, Montana (USA), China serta Australia.

Di lapangan, corundum ditemui tidak dalam keadaan glundang-glundung sendiri-sendiri dan berserakan, tapi menempel pada batu inang, bagai kutu disela jari si Charlie guguk. Corundum terlihat hanya serupa kerikil, bukan seperti kerakal atau batu besar. Ditimang terasa mantap, padat berisi dan kerasnya minta ampun. Kekerasannya berskala 9, terpaut hanya 1 point dibawah batu intan yang terkenal paling keras sedunia itu. Ribuan kali lebih keras dibanding kuku jari yang berskala 2,5 atau dengan layar kaca komputer yang 5,5 maupun dengan topi baja yang 6,5 itu.

Berat jenisnya mendekati angka 4, maksudnya seperempat gelas berisi corundum bobotnya setara dengan segelas penuh air pada temperatur 4 derajat celsius. Atau dengan kata lain bodinya sekel dan tahan banting, tidak rapuh seperti kapur tulis yang cepat habis meninggalkan jejak serbuknya di pipi Bu Guru ilmu bumi. Kristalnya bersegi-segi mirip model piramid mini (hexagonal/trigonal). Sosoknya dapat ditemukan dalam keadaan bening sebening embun ataupun keruh sekeruh kali Ciliwung.

Aslinya corundum tidak berwarna alias putih saja. Imbuhan unsur mineral lain telah membuatnya nampak merona merah atau lebam membiru dan sebagainya. Unsur seperti Chromium (Ce), Ferrum (Fe), Titanium (Ti) dan Nickel (Ni) telah menjadikannya demikian. Corundum putih yang kerasukan zat-zat pewarna tersebut akan berubah menjadi corundum berwarna. Keadaannya serupa es serut yang diguyur aneka syrup, menjadi terlihat manis dan bikin kita ngiler cleguken.......

Penambangan...

Metode penambangan, seperti membuat sumur, memangkas gunung ataupun menggali terowongan sering dipraktekkan untuk mencari corundum. Istilah-istilah spesifik kerap pula terdengar di lokasi penambangan itu. Misalnya di Burma, istilah "asa yo " dipakai untuk menyebutkan hasil temuan yang berukuran kecil seupil, atau istilah "nila" untuk temuan berukuran besar.

Dapat kita bayangkan betapa riuh rendahnya suasana di pertambangan itu. Seorang pekerja yang menemukan corundum sebesar ibu jari misalnya, sudah pasti akan jingkrak-jingkrak sambil meneriakkan istilah yang khas itu, serta pamer-pamer keseluruh rekannya. Dia girang karena mendapat tangkapan sekelas kakap bukan sekedar teri. Justru kalau dia tenang-tenang saja itu malah mencurigakan. Batu mungil tapi berharga itu memang terlalu mudah ditilep. Dan jangankan ngumpetin yang mungil, yang segunungpun ada orang tega..., nyikaaatttt.

Dari daerah tambang, material itu dibawa ke ahlinya untuk diproses lebih lanjut. Batu dipilah, dipotong, diasah, diampelas, dimodel, dan tahap terakhir dipoles. Pemilahan bertujuan untuk menemukan dan menentukan bagian-bagian mana yang akan dipotong guna membentuk permukaan yang akan ditampilkan nantinya. Dengan demikian bahan baku tersebut dapat digunakan sehemat dan seefisien mungkin, tidak ada yang disunat sia-sia.

Setelah semua proses dilalui, batu kasar itu kini salin rupa menjadi bentuk batu perhiasan yang siap dipasarkan ke segenap penjuru. Pedagang serta para calo siap beraksi, merayu calon pembeli. Sertifikat diterbitkan guna menjamin keasliannya. Penerbitan sertifikat ini penting karena adanya produk serupa tapi tak sama alias imitasi. Tidak hanya imitasi, tapi yang nampaknya aslipun kadang ternyata sudah tidak orisinil lagi, sudah disentuh di sana sini dan sudah di make-up sehingga tidak ketahuan belangnya. Memang betul, dengan tehnik tertentu warna yang pudar misalnya, dapat didandani menjadi berpendar.

Promosi juga dilakukan secara gencar. Ada yang mengaitkan antara batu tersebut dengan aspek lain seperti keberuntungan, cinta, persahabatan, kebahagiaan, kesehatan dan rasa percaya diri. Atau dihubungkan dengan keberadaan planet seperti Mercurius, Uranus, Venus, Neptunus, Bumi, Pluto, Mars ataupun Bulan. Semua cerita karangan itu sebenarnya sulit untuk dapat dimengerti. Tapi begitulah kenyataan. Yang percaya dan terperdaya pun kemungkinan ada dan..., banyak!

(Dilanjut ke artikel: RUBY & SAPPHIRE).

No comments: