(Tulisan asli ada di link teman, "Papyrus" majalah elektronik)
--------------------------------------------------------------
Jawa termasuk kebudayaan dunia yang cukup besar, kata papi Ray. Tidak hanya besar namun ternyata juga sangat tua. Uniknya, ada "sesuatu" yang orisinil asli Jawa yang kita masih bisa temui saat sekarang. Apakah itu? Itu adalah nama2 hari "pasaran" ala Jawa.
Kliwon, legi, paing, pon dan wage adalah istilah asli Jawa! Ya, asli alias tidak niru dan tidak nyontek budaya luar. (Ini kata sebuah sumber lho...).
Sejak jaman kunooo nama2 itu telah ada dan digunakan untuk menentukan dibukanya pasar bagi para pedagang. Dipercaya, oleh nenek moyang, bahwa bisnis akan lancar ketika berhasil dipilih hari yang tepat, hari baik. Saat hari baik, semua dagangan di pasar itu ditanggung laris manis. Karenanya ada istilah pasar kliwon, pasar legi dsb.
Leluhur (Jawa) percaya bahwa ada 5 roh dalam jiwa menungsa yang disebut "sedulur papat limo pancer" Dan yang menjadi pusat atau pancer adalah si kliwon atau disebut juga ingsun, sukma, roh atawa kasih. Empat sedulur si kliwon mewakili unsur jasmani yakni unsur2 tanah, air, api dan udara.
Kemudian datanglah orang2 Hindhu dengan membawa serta nama hari, bulan dan tahun yang kita kenal sebagi tahun saka. Dan nama2 hari versi Hindhu itu adalah: Aditya, Soma, Anggara, Budha, Whraspati, Cukra dan Caniscara. Lantaran lidah jowo itu medok banget, maka nama aditya berubah menjadi radite atau dite, soma jadi somo, anggara menjadi anggoro, budha jadi budo, whraspati jadi respati, cukra menjadi sukro dan caniscara menjadi..., tumpak! Lho?
Meskipun ada pengaruh luar (Hindhu), tapi dasar wong jowo itu kreatif, nama2 hari punyanya tidak mau dihilangkan begitu saja.Nama hari pasaran dilekatkan kepada nama2 hari versi hindhu menjadi:
Somo manis untuk hari senin legi.
Anggoro kasih untuk hari selasa kliwon.
Respati manis untuk kamiis legi dst.
(Sinonimnya kliwon adalah kasih atau kasihan. Dan legi yang merupakan unsur udara sinonimnya manis, warnanya putih atau pethak/pethakan. Paing merupakan unsur api, warnanya merah atau abrit/abritan. Pon merupakan unsur air, berwarna kuning alias jene atau jeneyan. Dan wage merupakan unsur tanah, warnanya hitam atau cemeng/cemengan).
Jadi,
Dite kasih = minggu kliwon.
Dite pethakan = minggu legi.
Dite abritan = minggu paing.
Dite jeneyan = minggu pon.
Dite cemengan = minggu wage.
Demikian juga untuk hari senin, disebut somo kasih, somo manis, somo abritan, somo jeneyan, somo cemengan.
Untuk hari selasa dst, jenengono dewe! He he...
Seiring jaman, penanggalan jawa itu ditinggalkan. Namun jejak nama2 hari pasaran masih ada di beberapa daerah sebagai nama pasar tradisionil, semisal: Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Paing, Pasar Pon dan Pasar Wage. Tak hanya sebagai nama pasar tapi bahkan banyak dipakai untuk nama orang, mbah Kliwon, Ponikem, Ponijan, Wagiyo, Wagiyem, Legirah,Pai(ng)man, Pai(ng)min dsb.
Piye Jal?
Papilon..., lahir senin legi, makanya manis! Ha ha...
Lokasi Pengunjung Blog
Sunday, November 2, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment