Lokasi Pengunjung Blog

Thursday, October 16, 2008

Saxophone dan do-re-mi...


Manakala not angka alias do-re-mi sudah kita pahami, selanjutnya semuapun menjadi lebih gampang. Main saxophone jadi tak ubahnya seperti kala kita bersiul. Aneka nada bakal bisa kita bidik tanpa keseleyo, tanpa slenco alias blero. Nada sol yang kita inginkan misalnya, akan sol juga yang kita dapat, bukan nada2 tetangganya sel ataupun fi.

Soal mana yang lebih gampang atau lebih perlu, ataukah bermain mengandalkan kertas partitur bergambar kecambah yang kudu dipelototi itu atau cukup menggunakan not2 angka yang sudah terekam di benak, yuk kita periksa bersama.

Tentunya yang namanya benak, kemana mana ya mesti ngikut sama si kepala. Kemanapun pergi, kita si empunya kepala, tak perlu khawatir ketinggalan..., benak. Jadi misalnya tiba2 kita dilanda nafsu pengin ngesax, nimbrung di suatu acara musik band, tak perlu ragu kitapun bisa langsung turut bergabung, menambah semaraknya suasana dengan alunan suara merdu saxophone yang kita tiup. Kita bisa begitu lantaran data sederhananya yakni not do-re-mi sudah tersimpan terlebih dahulu di memori. Kalau kita tergantung pada buku lagu, tentu kita tak akan seleluasa itu. Mana bisaaa! Andai buku tidak ada, mati kutulah kita...

Apalagi saxophone itu merupakan alat musik hembus, dimana piranti hembusnya yaitu mulut letaknya deket bener dengan hati. Sehingga expresi dari hati, langsung dapat disuarakan lewat mulut yang menghembus-hembus, meniup saxophone. Pengin niup kenceng sak kayange atau pengin berbisik selirih lirihnya...,itu bisa. Semua isi dan suasana hati mampu diungkapkan dengan tepat oleh saxophone. Makanya banyak peniup saxophone kalau pas nyebul matanya..., merem!(Kenapa merem?) Dengan kondisi mata terpejam seperti itu tentu tak bisa dia membaca. Mana bisaaa....

Saxophone memang ekspresif. Kadang kita dibuat terkecoh oleh tampilan fisik pemainnya. Di sosok pemain yang renta misalnya, ternyata di dalam dadanya tersimpan bara api semangat yang berkobar. Ini tercermin dari tiupannya yang bebas penuh enerji. Atau di sosok yang nampak sangar dan kasar ternyata terdapat kemalasan yang luar biasa. Ya, saxophone memang begitu, pancen enak. Dan memahami not doremi juga begitu..., pancen perlu! Dua kekuatan itu musti dikawinkan. Kalau keduanya bersatu, barulah dapat diharapkan akan diperoleh hasil yang makin mantap, makin..., ekspresif! Ini dibutuhkan terutama untuk melayani jenis permainan musik bebas, seperti Jazz atau yang lain, misalnya.

Dan belajar do-re-mi itu tidak sulit. Tidak beda kok dengan kalau kita berlatih vokal atau menyanyi. Kita cukup melatih diri agar dari lagu yang terdengar, kemudian bisa kita terjemahkan ke dalam not2 angka atau doremi nya. Begitu saja...
Piye Jal?

Anton Pri.

No comments: